4 Dèjàvu _______________________

Ava merindukan ibunya. Ibu yang selama setahun lebih telah pergi meninggalkan Ava beserta keluarganya yang lain.

Pergi dalam artian pergi merantau untuk bekerja diluar negeri menjadi seorang TKW. Atas dasar ingin membantu ayah mencari nafkah. Membantu perekonomian keluarga.

Yah syukur-syukur dengan ibu bekerja diluar negeri, ibu bisa mengumpulkan uang yang banyak supaya ayah dan ibu bisa membangun rumah untuk keluarga mereka sendiri-ayah,ibu, Masayu, Ava dan Keysha-.

Dan selama ibu bekerja di negeri orang. Ava beserta saudara-saudaranya diurus oleh sang nenek dan keluarga yang lain. Dan kini Ava sangat merindukan sang ibu.

Setelah beberapa saat Ava menangis dan disisa-sisa tangisnya ia membersihkan pecahan gelas yang tadi terjatuh. Kini semua pekerjaan Ava sudah selesai. Dan Ava juga sudah bersama dengan sang adik kembali menonton televisi sembari bermain.

"Kak, main diluar yuk?" Ajak Keysha tiba-tiba menatap Ava.

"Main diluar?" Ulang Ava seakan memastikan.

Keysha mengangguk. "He'em... Bosan main disini." Ujar Keysha cemberut.

"Yaudah, yuk!" Ajak Ava setelah mematikan televisi.

Dengan semangat Ava menggandeng tangan Keysha untuk bermain diluar rumah.

"Kak, aku mau naik ayunan." Rengek Keysha menunjuk ke arah ayunan setelah berada di teras depan rumah.

Ya, didepan rumah mereka ini ada sebuah ayunan. Ayunan yang terbuat dari ban bekas yang kedua sisi kanan-kiri diikat dengan tali tambang plastik, lalu diikat dibatang pohon besar yang ada di halaman depan rumah.

"Baiklah. Ayo!" Ajak Ava menghampiri ayunan yang dimaksud Keysha. Hanya beberapa langkah dari teras depan rumah.

"Naiklah. Kakak pegangin." Ujar Ava saat sudah tiba disisi ayunan.

Keysha mengangguk. Lalu menaiki ayunan dengan hati-hati.

"Sudah siap?" Tanya Ava setelah Keysha terlihat sudah duduk nyaman di atas ayunan tersebut. "Kakak ayun, ya Key?" Ujar Ava yang berada dibelakang Keysha.

"Iya kak." Keysha menggangguk dengan semangat.

Ava yang berada dibelakang Keysha dengan perlahan mulai mengayunkan ayunan yang ditumpangi Keysha. Lalu sedetik kemudian Ava mengayunkan ayunannya dengan tempo agak lebih kencang.

"Hahahaa...." Terdengar suara tawa yang begitu bahagia. Ava tersenyum melihat sang adik yang begitu ceria dan bahagia hanya dengan hal-hal yang sederhana seperti ini.

"Kamu senang?" Tanya Ava melihat ayunan Keysha yang mulai memelan.

Keysha lagi-lagi mengangguk sembari terkekeh. "Lagi kak! Ayun lagi yang kencang!" Seru Keysha tanpa menatap Ava.

Ava menuruti keinginan Keysha. Ava mendorong kembali ayunan Keysha dengan tempo seperti sebelumnya. Dan kembali Keysha tertawa riang dan menular ke Ava yang juga ikut tertawa bersama.

"Udah ya, dek? Kakak capek ngedorongin kamu terus!" Seru Ava pada Keysha setelah beberapa saat terus mendorong ayunan Keysha.

Walaupun tanpa diminta. Asal adiknya senang, Ava tak masalah melakukannya walau akhirnya ia menyerah dan mengeluh capek.

"He'em..." Keysha mengangguk mengiyakan.

Setelah satu dorongan terakhir, Ava hanya diam berdiri disisi ayunan yang masih melaju dengan kecepatan sedang.

Selagi menunggu ayunan yang ditumpangi Keysha berhenti, Ava melirik sebuah botol minuman yang ada dibangku didepan teras rumah. Ia haus.

Lalu Ava melirik ke arah Keysha. Pasti Keysha juga haus. Pikirnya.

Kemudian Ava segera berlari menuju bangku diteras untuk mengambil minuman tersebut. Ava langsung menyambar botol itu setelah tiba disisi bangku. Dan langsung berbalik berniat untuk menghampiri Keysha kembali.

Namun baru ia berbalik dan akan melangkah. Ia langsung melotot dan berteriak. "AWAS DEK!! TUNGGU JA-"

Bruuughhh!!!

"Aaakhh... Huwaaa.....!!"

Terlambat. Ava terlambat memperingatkan adiknya. Keysha sudah terlanjur terjatuh dari ayunan yang di tumpanginya. Dan seketika itu juga Keysha berteriak kesakitan dan menangis kencang.

Ava langsung berlari menghampiri Keysha yang terjatuh lalu membantunya untuk berdiri dan membawanya untuk duduk dibangku diteras depan rumah.

"Cup..cup..cupp.... udah ya jangan nangis. Mana yang sakit? Coba kakak liat." Ava yang sedang berjongkok didepan Keysha berusaha menenangkan adiknya yang sudah duduk dibangku supaya berhenti menangis.

Jujur saja Ava pun merasa sangat panik dan khawatir melihat kondisi Keysha yang terluka akibat terjatuh dari ayunan. Ia merasa bersalah karena lalai menjaga adiknya. 

"Ini... dan ini.. hiks.. sakiitt... hiks..hikss..." Dengan sesegukan Keysha menunjukkan lukanya di telapak tangan dan lututnya.

"Kamu tenang ya. Kakak coba obatin. Key tunggu disini dulu. Kakak mau ke dalam ambil kotak p3k-"

"Ada apa ini?"

"Keysha kenapa kok nangis?"

"Ava, Keysha kenapa?"

Belum sempat Ava bangkit dari posisi jongkok. Terdengar suara dengan nada khawatir bertanya secara beruntun.

Ava mengenali suara-suara itu dan langsung menoleh ke sumber suara-suara tersebut. Dan ternyata benar dugaan Ava bahwa suara-suara yang bertanya dengan nada khawatir itu ialah milik nenek dan kakaknya.

"Kenapa dengan Keysha, Va?" Oke. Kali ini mereka kompak bersuara berbarengan. Kembali mengulang pertanyaan yang sama. Yaitu menanyakan keadaan Keysha.

"Keysha tadi terjatuh dari ayunan." Terang Ava menatap neneknya takut-takut.

Ava pun pasrah jikalau ia akan dimarahi oleh neneknya karena ia lalai menjaga adiknya.

"Terjatuh?" Ulang sang nenek. "Kok bisa?" Tanya sang nenek yang sudah berjongkok disebelah Ava memperhatikan luka-luka Keysha.

"Iya, nek. Tadi kami sedang bermain ayunan. Tapi Keysha yang naik, aku yang dorong. Tadi pas ayunannya masih melaju. Aku tinggalin Key untuk ambil minum. Dan sebelum ayunannya benar-benar berhenti, Key sudah berusaha untuk turun dari ayunan. Ya- lalu Key jatuh." Terang Ava dan menunduk takut dengan nada lemah di akhir kalimatnya.

Menghela nafas, sang nenek menatap Ava yang masih merasa cemas karena takut akan dimarahi dan kemudian berkata. "Yasudah tidak apa-apa."

Lalu sang nenek mengalihkan perhatiannya kembali menghadap Keysha dan memperhatikan luka Keysha. "Lagi pula ini juga lukanya kecil kok. Diobatin juga nanti sembuh. Udah ya jangan nangis lagi." Nenek mencoba menenangkan Keysha yang masih menangis sesegukan.

"Ayu tolong ambilkan kotak p3k didalam ya." Perintah nenek kepada Masayu yang sedari tadi hanya diam memperhatikan. Namun sejujurnya ia juga merasa khawatir terhadap Keysha.

Masayu mengangguk patuh. "Iya, nek." Dan Masayu langsung berlalu masuk ke dalam rumah untuk mengambil apa yang diperintahkan oleh sang nenek.

Sedangkan Ava sendiri. Ia terperangah. Ia tak percaya akan sikap sang nenek. Ia pikir ia akan dimarahi oleh sang nenek. Namun ternyata tidak. Ava salah mengira.

Ava menghela nafas lega. Nenek memang yang terbaik. Ava sangat menyayangi sang nenek yang selalu bersikap adil dan pengertian terhadap cucu-cucunya. Nenek memang sangat jarang marah.

Nenek memang mempunyai sifat penyayang dan sabar. Namun juga tegas. Tutur katanya juga lembut. Ava bersyukur mempunyai nenek seperti neneknya ini.

"Ini nek, kotak obatnya!" Seru Masayu yang langsung menyerahkan kotak obat kepada sang nenek.

Ava sempat terkejut karena seruan sang kakak yang mengagetkannya dari lamunan karena sedang memikirkan sang nenek yang baik hati, penyayang dan penyabar.

Selanjutnya Ava dan Masayu hanya diam berdiri memperhatikan sang nenek yang sedang telaten mengobati luka-luka Keysha.

"Sssttt.... perih.. hiks..." Keysha meringis menahan perih karena obat yang baru saja dibalurkan ke lukanya.

Ava diam-dia2m juga ikut meringis. Ava menoleh ke samping dan ternyata bukan hanya ia yang merasa ngilu dan meringis melihat Keysha menahan perih lukanya. Tapi juga kakaknya Masayu diam-diam juga ikut meringis.

Rasanya Ava ingin tertawa melihat ekspresi kakaknya yang terlihat lucu dengan wajah meringis seperti itu. Namun ini bukan keadaan yang tepat.

"Ada apa ini pada berkerumun disini?" Terdengar suara bariton bertanya dengan nada kaku.

DEG.

Ava sekarang berdiri dengan tubuh kaku bak patung. Wajahnya mulai pucat pasi. Dan kedua tangannya sudah terkepal kuat dikedua sisi tubuhnya.

Ia merasa dèjàvu hanya karena mendengar suara bariton itu.

***

avataravatar
Next chapter