1 Bahagia Sederhana _______________________

Praaank.....!!!

Terdengar suara piring pecah yang baru saja terjatuh.

"ADA APA INI..?!!" Tak lama di susul suara orang dewasa bertanya dengan nada membentak yang membuat seorang anak kecil berjengkit kaget mendengarnya.

Ava.. Nama sang anak kecil tersebut ialah Ava Serena Audrey. Ia kini berdiri membeku. Tubuhnya gemetar ketakutan dan keringat dingin sudah mulai bercucuran di dahinya. Ia tak berani menoleh untuk melihat orang yang baru saja membentaknya. Bahkan untuk bergerakpun ia takut.

Mati aku. Pasti aku akan di marahi habis-habisan oleh tante Yanti.

Pikir Ava dengan kepala tertunduk dalam dan mata terpejam erat. Ya Ava paham betul suara itu ialah suara tantenya. Tante Yanti yang menurut Ava, tantenya itu adalah orang yang paling galak yang pernah Ava kenal.

"Heii..!! Kamu BUDEG ya?!! Ditanya diem aja!" Bentak orang dewasa itu lagi dengan menekankan kata budeg.

Karena tidak ada tanggapan dari Ava. Orang yang di yakini Ava adalah tantenya itu menghampiri Ava dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Bisa dilihat olehnya setelah berada di dekat Ava. Terdapat pecahan piring yang berserakan dimana-mana.

Ia pun langsung menggeram marah dan menarik lengan Ava dengan paksa supaya menghadapnya sehingga membuat Ava langsung meringis kesakitan karena cengkraman di lengan Ava yang kuat. Dan mata Ava pun sudah berkaca-kaca.

"Kamu...." Geram tante Yanti menatap Ava. "Kamu yang melakukan semua ini? Kamu yang mecahin piring itu? Hah!!" Bentak tante Yanti menunjuk ke arah pecahan piring di lantai.

Ava masih menunduk dan tidak berani menatap ke arah tante Yanti yang sedang marah. Karena pasti seram melihat orang yang sedang marah. Apalagi wajah tante Yanti memang terlihat garang. Tidak dalam mode marah pun wajahnya memang terlihat galak. Apalagi jika sedang marah. Pasti akan terlihat seperti macan betina yang akan menerkam mangsanya.

Mengangguk takut-takut, Ava pun menjawab dengan terbata. "I..i..ya... tante... A..aku gak sengaja." Cicitnya.

"Gak sengaja katamu?" Tante Yanti tersenyum remeh. Lalu mencengkeram lengan Ava semakin kuat. "Kamu memang ANAK TIDAK BERGUNA!! Bisanya cuma bikin kacau!" Ujar tante Yanti menyentak lengan Ava dan menghempaskan Ava dengan kasar.

Ava mengusap lengannya yang terasa sakit setelah dihempaskan begitu saja oleh tantenya.

"Maaf tante...." lirihnya mulai terisak.

Tante Yanti membuang muka sebentar dari Ava. Namun sedetik kemudian ia mendorong Ava ke arah pecahan kaca di lantai. Untung Ava hanya oleng tak sampai terjatuh di atas pecahan-pecahan kaca tersebut. Jika iya sampai ia jatuh, maka Ava akan merasa sakit berkali-kali lipat. Sakit secara fisik dan juga batin. Karena diperlakukan begitu kasar oleh anggota keluarganya sendiri hanya karena masalah kecil.

"Sekarang kamu beresin pecahan-pecahan piring itu." Tunjuk tante Yanti ke lantai. "Jangan nangis! Cepat beresin!" Perintahnya tak terbantahkan.

"I..iyaa tan..." Ava mengangguk sesegukan.

"Yang bersih. Jangan sampai ada pecahan kaca yang terlewatkan. Ngerti?!" Tekan tante Yanti.

Ava hanya mengangguk mengiyakan.

Tante Yanti pun bersiap untuk berbalik. Dan sebelum ia pergi. Masih sempat-sempatnya tante Yanti....

"Aaauwkhhh.... ssstttt...." Ava seketika meringis kesakitan karena baru saja sisi pinggang sebelah kirinya di cubit.

Ya... sempat-sempatnya Tante Yanti mencubitnya. Dan itu sakit sekali karena terkena kuku-kuku tante Yanti yang tajam dan tante Yanti mencubitnya dengan kuat pula.

Dan.....

"Dasar ANAK BODOH CEROBOH!!" Maki tante Yanti. Dan setelahnya ia melenggang pergi dari hadapan Ava.

Sempatnya pula tante Yanti menghina Ava.

Seketika Ava langsung luruh ke lantai. Ia menangis sesegukan mengeluarkan semua emosinya.

Kenapa tante Yanti selalu jahat terhadap Ava? Padahal kalau dipikir-pikir kesalahan yang ia buat bukan kesalahan yang besar. Ia hanya tidak sengaja memecahkan piring yang baru saja ia cuci. Lalu ia berniat ingin meletakkan piring tersebut ke rak piring yang ada di sudut ruangan. Saat Ava berbalik dan akan melangkah ia terkejut karena ia merasa akan menginjak seekor kucing yang ternyata ada di dekat kakinya. Makanya ia sampai memecahkan piring.

Sungguh Ava benar-benar tidak sengaja melakukannya. Ava benar-benar tak habis pikir. Ava hanya anak kecil yang masih berusia 6 tahun yang tidak sengaja melakukan kesalahan kecil. Tapi mengapa tante Yanti bisa semurka itu padanya hanya karena masalah sepele?

Ava berusaha menghentikan tangisannya. Ia harus segera membersihkan kekacauan yang tidak sengaja ia buat. Sebelum tante Yanti balik lagi dan semakin murka kepadanya.

***

"Va..."

Hening.

"Ava..."

Hening.

"AVAA...!!"

Ava terkejut kala seseorang menyentuh pundaknya dan meneriakan namanya tepat di depan telinganya.

"Kakak... ngagetin tau gak!" Ava merajuk wajahnya cemberut.

"Ya habisnya dipanggil dari tadi gak jawab. Segitunya banget nonton tv sampe di panggil kakak aja kamu gak denger." Ujar orang yang di panggil Ava kakak.

Ava hanya cemberut. Kembali fokus nonton tv acara kesukaannya film kartun yang tokohnya 2 bocah kembar berkepala botak.

Ya. Tadi itu kakaknya Ava. Namanya Masayu Zeqiarasya. Dia anak pertama. Sedangkan Ava anak kedua. Dan adik perempuan satu lagi namanya Vania Keysha. Mereka bertiga selisih usianya masing-masing terpaut 3 tahun.

"Va, nenek dimana?" Tanya Masayu.

"Gak tau." Jawab Ava mengendikan bahu tanpa menatap ke arah Masayu.

Hening sejenak.

"Nih..." Tiba-tiba Masayu menyodorkan beberapa bungkus makanan ringan di depan wajah Ava sehingga membuyarkan fokus Ava yang sedang nonton tv.

Ava langsung mengambil makanan ringan itu dari tangan Masayu dengan mata berbinar. "Buat aku?" Tanyanya memastikan menatap Masayu.

Masayu mengangguk mengiyakan dengan senyum manis tercetak jelas di wajahnya kerena melihat adiknya merasa senang dengan pemberiannya.

Ava pun berteriak girang." Makasih kak." Ujarnya menatap Masayu dengan binar senang dan senyum yang tak kalah manis dengan kakaknya.

"Iya.." jawabnya masih dengan senyum yang belum memudar.

Senang rasanya bisa menyenangkan adik sendiri. Batin Masayu.

Walaupun apa yang Masayu berikan pada adiknya bukan apa-apa. Hanya sekedar makanan ringan. Tetapi sudah membuat sang adik begitu senang. Itu kebahagiaan tersendiri untuknya.

Ya.. Bahagia itu sederhana.

"Emm, kakak kenapa tadi nanyain nenek? Apa ada yang penting?" Tanya Ava polos.

"Mm, gak terlalu penting sih. Cuma mau ngasih titipan sesuatu dari om Aryo buat nenek."

"Oh.." Ava membulatkan mulutnya. "Trus yang itu buat siapa? Itu untuk kakak sendiri ya?" Tanya nya kembali setelah melihat masih ada beberapa bungkusan snack di kantong kresek yang masih dipegang Masayu.

Masayu melirik kantong kresek yang dipegangnya. Lalu menatap Ava kembali. "Oh, yang ini buat Keysha."

Ava hanya mengangguk menanggapi Masayu.

Kemudian Ava mulai membuka salah satu bungkus snack yang tadi di berikan Masayu kepadanya. Ia mulai menikmati snack itu sembari menonton tv kembali.

Teringat akan sesuatu, Ava pun menoleh ke arah Masayu kembali. Lalu menyodorkan bungkus snack yang dipegangnya ke hadapan Masayu.

Masayu menampilkan ekspresi heran dengan kening berkerut. Memandang antara Ava dan snack itu bergantian.

Melihat kakaknya yang kebingungan, Ava pun berucap. "Barengan. Kita makannya barengan kak."

"Buat kamu aja, Va." Masayu menolak secara halus. "Makan gih."

"Pokoknya barengan. Kalau gak, aku gak mau makan." Pura-puranya Ava merajuk.

Masayu terkekeh melihat sang adik yang sedang pura-pura merajuk itu.

"Yaudah iya, kita barengan makannya." Ujar Masayu sembari menyomot isi snack dalam bungkusnya lalu menyuapkan ke mulutnya sendiri. Begitupun dengan Ava.

Akhirnya mereka menikmati cemilan bersama sembari menonton tv kembali.

Inilah yang namanya bahagia sederhana. Dimana terdapat kebersamaan dan saling berbagi kasih.

***

avataravatar
Next chapter