webnovel

Anaya dan Hujan Bab 2

Dikediaman Anaya. Maid di rumahnya sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk Raka dan Anaya. Raka tengah sibuk mencari dan membuka buku-buku milik Anaya, siapa tahu menemukan barang yang bersangkutan dengan kasus untuk penyelidikan. Anaya sendiri tengah membersihkan tubuh nya yang lengket karena keringat.

"Buku apa ini, tebal sekali," cicit Raka.

Blushhh Bruk!!

"Ahh, sakit! Tepat mengenai wajaku. Nona Anaya, apa yang kamu lakukan?" Raka geram. Anaya datang dengan handuk yang mengikat rambutnya dan buku sejarah yang dilemparkan tepat mengenai wajah Raka.

"Jangan sembarangan membuka buku orang lain. Simpan buku itu, ikut aku ke kamar," Anaya menarik lengan Raka sedikit kuat membuat Raka terseret.

Dikamar, Raka merebahkan tubuh nya di ranjang Big Size milik Anaya. Anaya sendiri mencari lembaran kertas yang berisi biodata orang lain.

Raka mendekati Anaya yang tengah sibuk membuka tumpukan buku. "Anaya, aku ingin bertanya sesuatu," ucap Raka sedikit gugup.

"Apa, tanyakan saja," jawab Anaya.

"Ada apa dirumah ini? Aku perhatikan para Maid takut melihat mu--"

"Sussttt! Menurutmu apa yang membuat kamu tertarik menemuiku dan rumah ini?" tangan kecilnya menyekap mulut Raka.

"Eumphh. Mi-si pen-car-ian. Puahhh!! Lepaskan ini membuatku sesak," protes Raka.

"Apa yang kamu cari? Ceritakan semuanya. Kamu terlalu lambat dan bertele-tele, kamu bilang ingin membantuku? Bantu aku sekarang," kata Anaya sedikit berbisik, karena beberapa Maid sedang menyapu di luar kamarnya.

Raka terlihat sedang berfikir. "Ada kertas berisi data diri sedeorang, ada tanda tangan Ayahku juga, dan orang ini?" dia memberikan kertas itu pada Anaya.

"Ini foto Ayah, kenapa bisa ada disini?" tanya Anaya heran.

"Mana aku tahu, jadi apa hubungan mereka berdua?" tanya Raka dan teringat satu hal. "Oh iya, beberapa hari yang lalu, aku dengar ada seorang Mafia yang mempunyai anak gadis cantik. Nah gadis cantik itu sedang dicari banyak orang dikota ini, apa yang ingin mereka ambil dari gadis itu?" tanya Raka lagi.

"Aku tidak tahu," jawab Anaya singkat.

Raka menunjuk lengan Anaya terdapat simbol seperti permata yang menyatu dengan warna kulit. "Apa ini yang mereka cari?"

Wajah Anaya kembali suram. "Apa kamu mau mendengsr ceritaku? Jika tidak pulang saja," ucap Anaya.

"Hey, jangan bodoh, jauh-jauh dari sana hanya ingin bertemu dengan Nona. Sudah bertemu malah di usir," protes Raka.

"Baiklah, janji rahasiakan semua ini?" Anaya melentikan jari manisnya.

"Aduhai, kecil sekali jari ini. Tututu--"

"Cepat!"

"Saya berjanji, demi kebahagiaan Nona Deluna Anaya Davia," jawab Raka tegas.

Flash Back Anaya

Aku, Deluna Anaya Davia. Mereka sering memanggilku Anaya, putri dari pasangan Mafia dikotaku. Setelah terjadi pembantaian besar-besaran antara Ayah dan rival nya, aku disembunyikan didalam ruang bawah tanah bersama Ibu.

"Dimana anak itu? Kita bisa mendadak kaya jika anak itu ditemukan!"

Mereka mencariku, entah apa yang mereka inginkan aku tidak mengerti. Ibu diam-diam menarik pistol, berjaga-jaga takut ada yang menyelinap masuk kedalam ruang bawah tanah, tempat kami bersembunyi.

Dor!!

Satu tembakan lepas mengenai seseorang, aku terkejut dan hampir teriak untung saja Ibu langsung menutup mulutku. Kami melanjutkan perjalanan, lebih dalam menelurusi ruangan itu.

Tak lama Ibu berbisik. "Anaya, ada brangkas tempat Ayahmu menyimpan hartanya, diujung sana tepat di sebelah kiri, kau lihat? Masuk kesana kunci nya tanggal lahirmu dan ini," Ibu menunjukan simbol yang ada ditanganku. "Tempel simbol ini saat lampu pendeteksi menyala, kamu mengerti Nak?" sambung nya.

"Iya Bu, aku mengerti. Aku kesana sekarang, tapi Ibu bagaimana?"

"Ibu baik-baik saja. Cepat sebelum mereka datang kamu harus sudah ada didalam brangkas!" pinta Ibu sedikit memohon, aku takut. Tapi ku coba untuk kuat lalu pergi meninggalkan ibu sendirian.

Ketika brangkas itu sudah kutemukan, samar-samar terlihat Ibu yang dipukuli segerombolan orang, dibawa mereka ke sudut ruangan lalu diperkosa secara bergantian. Terhitung ada tiga orang pelaku, aku menangis, sakit hati melihatnya. Mengingat pesan Ibu aku masuk ke brangkas untuk menyelamatkan diri. Dalam hati mengingat orang tuaku bagaimana keadaan mereka.

Dua hari tertidur di dalam sana, saat terbangun aku sudah berada di kamar. Tapi bukan kamar pribadiku. Ibu dan Ayah berada disampingku, mereka terlihat baik-baik saja. Hanya ibu yang sedikit lesu, kasihan ia.

"Terima kasih sudah menjaga anakku," ucap Ayah.

Ibu tersenyum. "Sama-sama, anggap saja balas budiku pada keluarga Tuan," jawabnya. Tunggu Ibu bilang, Tuan? Maksudnya?

"Aku sudah menganggap Anaya sebagai anakku sendiri. Setelah ini, aku akan kembali berpetualang sendiri. Temukan ibu aslinya, jangan biarkan dia sendirian."

"Tapi, kondisi ibu kandungnya--"

"Aku tahu, masih ada beberapa waktu untuk mengobatinya. Akan aku bantu semampuku, jaga Anaya jika hal buruk terjadi padanya," ucap Ibu, entah Ibuku yang keberapa. Sudah berapa kali Ayah meminang selir?

"Emm Ayah, Ibu. Jika Ibu ini bukan punyaku, lalu dimana Ibuku?"

"Ibu mu … " kata Ayah terlihat takut dan gugup dari wajahnya.

"Aku Melinda, kamu baru tahu Anaya? Aku sahabat Ayahmu sejak kecil. Kami selalu bermain bersama sampai pada masa petualangan kami menyusuri dunia, tetapi Ayah mu menipu Aku. Katanya dia tidak akan jatuh cinta, sampai tiba-tiba dia menikahi Ibumu karena cinta."

"Lalu, dimana Ibu? A-aku juga menyayangimu Melinda," cicitku.

"Ibumu sedang aku obati. Boleh melihatnya tapi jangan terlalu dekat. Jaga dirimu baik-baik, dan Aku janji akan melindungimu, selain kamu punya Tuhan ada aku dan juga keturunan ku nanti," jawab Melinda ramah.

Sampai beberapa tahun kemudian, dunia semakin modern, dan aku sudah duduk di bangku SMA kelas 1. Rumor tentang Mafia dan petualangannya masih melekat tapi hanya sebatas kabar burung. Mereka tidak tahu bahwa aku keturunannya, dan Aku masih menunggu keturunan Ibu Melinda seperti yang telah ia janjikan.

Mengenai Ibu? Aku baru tahu semenjak liburan musim panas kemarin. Rumahku selalu bau darah dan banyak mayat tergeletak. Terlihat Ibu Daisyi yang puas dan Ayah yang terlihat dingin tanpa ekspresi melihat Maid dan Bodyguard mereka yang mencoba berkhianat.

Sampai sini ceritaku.

Flashback Off.

"Jadi jelasnya, Melinda Ibu angkat, Ayah seorang Mafia, dan Ibumu psiko--" ucap Raka

"Sussttt!! Jangan bicara itu dirumah ini. Kamu mau keluar dari rumah ini tinggal tulang atau kepalamu yang sampai dirumah?" Anaya membekap mulut Raka yang spontan bicara.

"Ups, sadis sekali. Maaf … "

"Ayo ke caffe, aku sudah mulai muak dengan aroma rumah ini."

"Tapi disini wangi," ucap Raka.

"Itu bukan pewangi ruangan, tapi cara mereka arwah Maid dirumah ini menampakan dirinya," jelas Anaya. Raka yang sedang berfikir, mendengar penjelasan Anaya merinding ketakutan, reflek memeluk Anaya.

"Hei lepaskan!"

"Tidak mau!"

"Astaga Raka!" mau tidak mau Anaya keluar sambil dipeluk Raka kuat. Para Maid yang ada terlihat menahan tawa, dan ditanggapi lirikan tajam Anaya. Jelas para Maid mengerti dan melanjutkan aktifitasnya.