webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama ¡ Teen
Not enough ratings
53 Chs

49. Marah

"Pak Budi, tolong ceritakan kepada saya sejelas jelasnya tentang kasus suami saya dengan wanita bernama Silvia itu." Kata Lily sambil duduk menatap keluar jendela dengan kacamata hitam yang menutup sembab dimatanya.

Setelah adu argumen antara Juno yang mencoba berkata jujur dan Lily yang merasa di bohongi. Lily pergi keluar dari rumah dengan wajahnya yang sendu dan membawa Elang bersamanya tanpa sepengetahuan Juno. Juno hari ini ada pekerjaan yang mengharuskannya pergi keluar kota untuk beberapa hari. Sesaat sebelum Juno berangkat, Lily lebih dahulu menemui pak budi.Pak Budi sudah tak dapat berkutik lagi, dia sangat gugup dan bingung akan memulai cerita yang menjebak majikannya itu dari mana.

Lily menemui pak Budi di kafe, dengan setelan kaos oblong dan celana pendek hitam serta rambut yang hanya di ikat asal. Lily sungguh berantakan karena dia masih belum bisa menerima kejujuran Juno sehingga dia memutuskan untuk pergi keluar menemui pak Budi.

"Jadi begini Bu" ucap pak Budi yang memulai membuka suara tentang kasus Juno.

"Saat itu, adalah saat dimana perusahaan kita memenangkan tender besar. Pak Juno dan sederet jajaran pemimpin mengadakan makan malam. Bapak sebenernya tidak minum sama sekali Bu. Kami menikmatinya, makan malam itu berjalan lancar sampai ada seorang wanita yang ikut merayakan bersama kami. Dia Silvia, dia adik dari rekan kamu yang juga secara tak sengaja sedang berada di restoran itu." pak Budi menghela nafas untuk memulai ceritanya lagi.

"Lalu?" tanya lili lagi dengan datar.

" Saat itu bapak undur diri karena ingin merayakan malam romantisnya bersama anda Bu. Tapi, keesokan paginya, Bapak menghubungi saya dan meminta untuk menjemputnya di suatu hotel. Awalnya saya kira bapak kelelahan dan sudah tak sanggup untuk segera pulang. Tapi setelah sadar bapak langsung meminta saya untuk memeriksa semua CCTV di hotel itu. dan hasilnya sangat mencengangkan. Wanita itu, dia memapah bapak sampai masuk kedalam kamar. Setelah itu, bapak hanya ingat seperti samar samar wanita itu sedang memotret bapak dengan pose berbaring. Bapak berniat bangun, tetapi kepalanya sungguh sakit dan tak bisa bangun. bagitu kata bapak Bu." Ujar pak Budi jujur.

Lily sangat terpuruk dengan raut wajah sedih dan bernada datar,

"Ya sudah, anda bisa pergi. Saya hanya ingin memperjelas apa yang sedang terjadi dengan suami saya." ucap Lily sambil menepuk nepuk perlahan Elang yang tertidur di sofa sebelah Lily.

Pak Budi pergi dengan segera karena Juno sudah menelponnya sedari tadi. Selepas kepergian pak Budi, Lily masih duduk terdiam di kafe sambil menikmati harinya.

"Ma, maaf ngerepotin. tapi, mama bisa kan bantu aku untuk berkemas. Aku ingin pergi jalan jalan bersama kalian ma, bawa baju yang banyak ya ma. Agak lama mungkin. Aku ada di cafe *****. Segera ya ma."

Mama Kim tidak banyak bertanya karena sedari pagi dia sudah mendengar dan mengetahui keributan yang terjadi di rumah. Mama Kim hanya berada di tengah tengah tak membela siapapun. karena, banyak kesalahan mama Kim di masa lalu yang membuatnya sekarang ini tak bisa banyak bicara di hadapan putranya.

Mama Kim hendak berangkat namun di hadang oleh Juno yang berada di depan rumah.

"Mama, mau kemana?" tanya Juno sambil memegang pergelangan tangan mama Kim.

"Mau, ke tempat istrimu. Dia ingin pergi jalan jalan sama mama dan anak anak." jawab mama Kim singkat.

"Baik, aku antar ya ma." ucap Juno yang tiba tiba menenteng tas mama Kim.

Mama Kim tau betapa putranya itu sama persis dengan mendiang suaminya yang bersikap hangat dan baik kepada keluarga. Juno mengemudi dengan kekhawatiran yang sangat kentara. Mama Kim sesekali menelisik dan melihat ke arah Juno.

"Istrimu itu sangat baik, dia hanya kecewa karena di saat dia sedang repot dengan putramu yang sakit. Kamu justru bersama wanita lain." Ucap Mama Kim tiba tiba.

"Dia, menceritakan semuanya ma?" tanya Juno penasaran.

"Iya, semuanya. Dari awal Silvia datang ke rumah dan memeras istrimu berkali kali." Ucap Mama Kim sambil menunduk dan mengusap usap tangannya.

"Apa, Silvia datang kerumah? Apa maksud mama Silvia memeras Lily dengan apa?" Tanya Juno penasaran.

"Iya dia datang dan menunjukkan tangkapan gambar percakapan kalian dalam chat. Serta foto foto kalian di ranjang." Juno terkejut dan seketika menepikan mobilnya.

"Mungkin, kamu seperti itu karena sifat buruk mama yang dulu menurun padamu. Mama merasa bersalah pada kalian semua." ujar mama Kim sambil menunduk dengan mata yang berkaca kaca.

"Bukan ma, itu semua hanya kebodohanmu sendiri yang ingin mencari kesibukan dengan wanita lain. Saat itu aku hanya merasa terabaikan oleh istriku sendiri ma. Dia lebih fokus pada anak anak dan mulai jarang melayaniku. Tapi, aku hanya sekedar chat saja

dengan Silvia kami tidak pernah melakukan hubungan badan." ujar Juno sambil membuang padangan dan memegang keningnya.

"Lalu, bisa sampai ada foto itu?" tanya Mama Kim penasaran dan serius.

"Jadi malam itu, sebelum perayaan tender aku dan rekan rekan pergi makan malam ma. sebelumnya memang aku hanya mengirim chat hanya untuk sekedar menggodanya ma tidak lebih. Tapi dia berniat sungguh sungguh ingin melakukannya padaku, aku menolak ma tapi tidak tau kenapa malam itu aku jadi hilang kesadaran dan hanya samar samar mengingat kejadiannya. Dokter yang memeriksaku mengatakan jika aku di beri obat tidur ma, bukan perangsang. Sekarang Silvia berada di penjara bersama gerombolannya. Mereka sering melakukan hal semacam itu ma, Tapi istriku sudah terlanjur tidak mempercayaiku sama sekali. Aku harus bagaimana ma?"

"Berikan dia waktu untuk menyendiri saja. biarkan dia menenangkan pikirannya. Tenang ada mama disampingnya, perlahan mama akan membujuknya." Ujar mama Kim dengan lembut.

"Baiklah." jawab Juno singkat.

Mama Kim sangat senang karena putranya sekarang menjadi baik dan lembut kepadanya berkat Lily menantunya. Mama hanya mengusap lembut lengan Juno sambil tersenyum pada juno.

"Mari kita jemput embun, dia sudah pulang jam segini." Ujar mama sambil melihat jam tangannya.