webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

40.

"Lily, apa yang terjadi. Apa dia berkata kasar padamu tadi?" tanya Nando penuh dengan kekhawatiran sambil memegang bahu Lily.

"Tidak kak, dia meminta maaf padaku." Jawab Lily dengan suara pelan.

"Terus kenapa kamu nangis gini sih? kenapa?" Tanya Nando sambil menatap mata Lily.

"Ga tau kak, hatiku masih sangat sakit mengingat semua itu" Jawab Lily yang mulai menangis dan memeluk Nando erat.

"Sstt..., sudah jangan menangis lagi. Kasihan bayi yang ada di dalam perutmu. kakak tidak akan ikut campur mengenai segala keputusanmu dalam rumah tanggamu ini. Tapi, jika kau butuh seseorang untuk berbagi cerita atau bahkan kau ingin meminta pertolongan. Carilah kakak, Kakak akan selalu ada untukmu" Ucap Nando sambil mengecup kening Lily lembut dan itu semakin membuat Lily menjadi haru dan tersedu.

"Aku masih mencintainya, tapi juga sangat benci dengan ucapannya yang melukaiku. Aku harus gimana kak?" Ucap Lily dengan suara yang bergetar dan terisak.

"Untuk sekarang mungkin kalian butuh waktu untuk saling koreksi diri. Menyendiri pun tak ada salahnya. Setelah tenang, baru pikirkan semuanya baik baik" Nasihat Nando dengan suara lembutnya.

Lily semakin menangis dan memukul mukul punggung Nando. Sementara Nando yang menerima pukulan itu justru merasa senang dan tersenyum bahagia. Mama Kim yang melihat itu dari kamar lantai atas ikut menitikan air mata dan bersedih akan apa yang menimpa rumah tangga putranya.

🌼🌼🌼

*Aku harus kesana dan membawa mereka semua pulang. Betapa bodohnya aku yang cemburu buta dengan Kakak beradik yang lama ga jumpa* Gerutu Juno sambil melihat ke jendela luar.

Sampailah di kediaman Nando. Gerbang itu masih tertutup rapat, tapi samar samar terdengar suara canda tawa gadis kecil dan seorang pria. Mereka bermain lari larian sambil menyiram bunga di taman. Mama Kim berjalan membawakan teh hangat dan camilan untuk mereka berdua.

Juno melihat itu penuh dengan kekecewaan atas kebodohannya sendiri. Embun menyadari keberadaan papanya yang berdiri di depan gerbang. Embun dan Nando berjalan menghampiri Juno. Dengan senyum khasnya yang ceria Embun menyapa sang Papa.

"Papa" Ucap Embun sembari berusaha membuka kunci gerbangnya.

Juno tak membalas dan hanya tersenyum pada gadis kecilnya. Tatapan Embun langsung tertuju pada kaki Juno yang terbalut perban putih.

"Kaki papa sakit?" Pertanyaan yang sederhana tapi cukup membuat terenyuh atas bentuk kepedulian.

"Iya sayang, kemarin Papa kesandung" jawab Juno lembut sambil melihat Nando sekilas.

Nando terus fokus menatap Juno seperti ada amarah, kebencian, tapi juga rasa kasihan. Juno mengulurkan tangan untuk menjabat Nando. Tetapi Nando dengan santai melengos begitu saja dan duduk di bangku taman. Juno mengepalkan tanganya dan berjalan mengikuti Nando sambil menggandeng Embun.

Mama Kim yang melihat kedatangan Juno seperti sangat kecewa dan pergi begitu saja tanpa sebuah senyuman atau sapaan. Juno yang menangkap hal itu hanya menunduk dan menyadari kesalahannya. Embun duduk di pangkuan Juno memeluknya dengan erat dan sesekali melihat wajah Papanya yang lebam.

"Dimana istriku?" Tanya Juno langsung pada inti.

"Hehh... tidak sopan" Jawab Nando kesal sambil membuang pandangan.

"Dimana Lily?" tanya Juno lagi yang masih tidak menyadari kesalahan pengucapannya.

"Bukankah aku sekarang kakak iparmu?" Nando bertanya balik dengan tatapan tajam dan serius.

"Di mana istriku kak?" tanya Juno untuk hal yang sama.

"Hhh, dia di kamarnya." Jawab Nando sambil berlenggang pergi tanpa kata kata lagi.

Juno hanya mampu menatap kepergian Nando yang semakin jauh tanpa tau letak kamar yang di tempati istrinya.

"Papa mau lihat bunda? Bunda juga sakit, tadi dokter suntik Bunda" Ucap Embun dengan polosnya.

*Apa, Lily juga sakit. Berarti kandungannya?* batin Juno penuh kecemasan.

"Antarkan Papa ke kamar bunda yuk." Ucap Juno yang membujuk Embun.

Embun mengangguk dan langsung menarik tangan Juno dengan terpincang pincang Juno berjalan lambat mengikuti putrinya.

Sampailah di sebuah kamar. Tak ingin putrinya mendengar keributan yang mungkin akan terjadi. Juno lantas memberikan sejumlah uang pada Embun.

"Enun, mau beli mainan ga?"

"Mau pa, Bonek pink" jawabnya polos dengan binar kebahagiaan.

"Ini, uangnya. Enun ajak paman sama Nenek suruh anterin beli ya. Papa mau pijit Bunda dulu" ucap Juno sambil mengusap usap rambut Embun.

"Hore,, mainan baru" Ucap Embun sembari berlari mencari sang Nenek.

Juno mengetuk ngetuk pintu kamar secara perlahan tapi tidak ada Jawaban. Tak sabar Juno langsung masuk begitu saja. Lily sedang tertidur pulas dengan jarum infus yang menancap dan selang infus yang bergelayutan.

Juno berjalan perlahan menuju ke sisi ranjang Lily dan langsung mencium kening Lily perlahan. Tindakan Juno sangat mengagetkan Lily dan terbangun seketika. Lily seperti tak percaya melihat ada Juno di depan matanya.

Dengan rambut yang panjang tergerai dan wajah pucatnya Lily mencoba untuk duduk. Juno berusaha untuk membantunya tapi Lily seketika menepis tangan Juno.

"Ga usah, aku bisa sendiri. Aku harus membiasakan semuanya sendiri" Ucap Lily sambil menyelipkan rambutnya di belakang telinga.

"Sayang kamu masih marah?" tanya Juno dengan suara rendah.

"Hanya orang gila yang akan tersenyum saat dihina dan dituduh tanpa sebab" jawab Lily ketus.

"Sudahlah kita jangan bertengkar lagi ya. Aku tau aku salah dan aku minta maaf sama kamu sayang. Kasihan dia kalau kamu marah marah terus" Ucap Juno sambil mengusap usap perut buncit istrinya.

"Apa urusanmu, dia bukan anakmu kan? Dia hanya anakku." ucap Lily dengan tatapan menindas kepada Juno.

"Jangan bilang begitu sayang. Aku mohon" Ucap Juno sembari mencoba mengusap rambut Lily tapi Lily menghindarinya.

"Aku semalam pendarahan dan jatuh pingsan. Bukankah kau sangat bahagia mendengarnya? Aku ga habis pikir sama kamu ya. Bisa bisanya dengan sangat enteng kamu tuduh aku hamil dengan laki laki selingkuhan. Sadar enggak kamu, itu dosa besar?"

"Udahlah, aku males banyak ngomong. Aku mau istirahat. Soal Embun biar dia yang pilih. Mau ikut kamu atau aku. Jangan ada paksaan. Aku mau kita jangan ketemu dulu, saling koreksi diri masing masing. Aku mau berfikir dengan tenang" Ucap Lily sambil kembali berbaring.

Lama sekali Juno hanya terdiam dan menunggu di sebelah Lily yang memejamkan mata. Tatapan Juno kosong dan hampa.