webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

38.

*Kenapa dia bisa sangat cemburu. bahkan cemburu buta. Apa ini memang kesalahanku? Atau karena perbedaan usia kita yang terpaut jauh. Mungkin dia menuduhku berselingkuh karena hal itu. Dia merasa dirinya terlalu tua untuk ku. Tapi seharusnya dia juga paham jika usianya dan kakak juga sebaya bahkan tua kakak satu tahun. Ada apa dengan otaknya?* gumam Lily sambil melipat mukenanya.

"Ly, besok biar mama yang ke sana untuk menasehatinya." Ucap Mama Kim sembari menata tempat tidur untuk Lily.

"Ma, jangan paksakan diri mama. Dia itu manusia keras kepala, aku rasa dia akan menutup hatinya saat ini dan berdiri sendiri pada opininya. Sangat susah untuk menegurnya. Mama ingat, untuk membujuknya agar mau menerima mama waktu itu aku membutuhkan waktu berbulan bulan tanpa henti. Dan mama ingat, berapa tahun lamanya dia memusuhi Mama?"

"Ini, tidak akan mudah ma" ucap Lily sambil memeluk Mama mertuanya.

"Bunda..." seru Embun sambil berlari menuju ke arah Lily dan Neneknya.

Lily terkejut dan menangis haru memeluk tubuh mungil putrinya. Mereka bertiga menangis bersama dalam pelukan. Nando yang melihat itu pun mulai berkaca kaca. Nando pergi tanpa berucap apa apa.

🐚🐚🐚

"Jangan sakiti dirimu sendiri sayang. Aku tak tega melihatmu seperti ini" Tangis Lily melihat foto yang di kirimkan Bimo kepadanya.

"Apa bapak benar benar sudah tenang dan tertidur sekarang?" tanya Lily melalui sambungan telepon seluler dengan putri.

"Sudah mbak, eh Bu. Tadi dokter sudah memeriksanya dan mengobati luka lukanya." jawab Lily lirih.

"Syukurlah kalau begitu aku bisa tenang sekarang." Ucap Lily sambil mengelus dada dan menarik nafas.

"Bu, anda tidak ingin kesini dan melihat bapak? Tadi bapak mengigau memanggil nama ibu" ucap putri.

"Sudah, dulu ya put. Aku mulai mengantuk" Jawab Lily memutuskan sambungan telepon.

panggilan terputus.

"Gimana, apa ibu mau kesini?" tanya Juno dengan penuh harap.

putri menggelengkan kepalanya sambil memasang wajah putus asa. Juno mendengus kesal dan membuang nafas sambil meninju guling di sebelahnya.

"Salah bapak sih, marah marah aja" ucap Bimo keceplosan.

" iya, orang tu dilihat dulu. Di selidiki dulu, tau tau banting banting apa apa. ngata ngatain nyonya lagi" sambung putri tanpa sungkan.

"Kalian komen lagi aku potong habis gaji kalian!" Seru Nando sembari menatap tajam putri dan Bimo.

putri mengatupkan bibirnya seketika. sedangkan Bimo langsung menutup mulut dengan tanganya.

"Iya, kamu sih pake acara minum minum segala" ucap Bilhan sedikit kesal sambil menekuk alisnya pertanda tidak suka.

"Ya, aku ga tau. Semenjak sebulan terakhir ini tuh mereka berdua punya gelagat yang beda. Jadi kayak lebih Deket dan semakin Deket. Terus tadi aku liat mereka pelukan. Tau kan rasanya gimana?" ucap Juno jujur dengan emosi yang meluap luap.

"Iya mungkin aku juga akan marah kalau jadi kamu. Tapi coba geh ga usah nuduh dulu istri kamu yang enggak-enggak." kata Bilhan sambil duduk di tepi ranjang Juno.

"Ya mungkin menurut kamu mereka Aneh-aneh. tapi mungkin Lily hanya sekedar kasihan sama Nando yang kehilangan mamanya. Sementara Nando sendiri juga bingung mau meluapkan ekspresi gimana. Setengah bulan terakhir ini Nando bilang ke aku kalau dia udah hampir nemuin adiknya dan lagi nunggu test DNA keluar. Kamu kebayang dong, itu adik udah ngulang 12 tahunan. Kamu tau orangnya di depan mata tinggal tunggu pastinya. kebayang ya kan? yang pengen peluk lah pengen bilang, Aku kakakmu."

"Cuman kata Nando, dia bingung mau bilang ke kamu gimana. Soalnya kamu dan dia pernah bersaing untuk dapetin Lily. Takutnya Nando, kamu tuh bakal berpikiran lain" sambung Bilhan.

"Eh, ga taunya malah lebih parah. kamu tuh kejauhan mikirnya" ucap Bilhan sambil berdiri meninggalkan Juno dan beralih duduk di sofa.

"Iya gimana iya aku akuin aku terlalu berlebihan, Kamu tau kan, aku dan Lily beda umur jauh. Aku ngerasa insecure gitu loh. Ngerasa kalau dia bakal cari yang lebih dari aku" ucap Juno jujur.

"Lily juga mikir kali kalau mau cari. Pasti carinya yang muda. Kamu sama Nando kan sama sama udah uzur. Kok ya.... haduh...." Bilhan kehabisan kata kata dan menggelengkan kepalanya.

"Terus sekarang kamu mau gimana? Gimana kalau Lily langsung ngurus perceraian kalian? Kamu tau kan orang hamil itu lebih sensitif?" Ucap Bilhan sembari menenggak air putih.

Juno hanya diam dan menunduk seperti memikirkan tiap kata dari ucapan Bilhan.

"Ga kebayang deh aku gimana perasaan Lily. Baru aja ketemu sama keluarganya itupun di depan pusara mamanya. Hanya tinggal kakak satu satunya kerabat yang di punya. Antara bahagia dan sedih. Terus pulang pulang mau cerita kabar membahagiakan yang dia alami. Eh kamunya malah marah marah sambil mabuk, ngata ngatain dia. Mana posisi lagi hamil lagi. Haduh... kalau aku jadi Lily. Ga bakal mau Nerima kamu lagi" Ucap Bilhan sedikit sinis.

Juno langsung terdiam dan meringkuk menarik selimut dan meneteskan air mata di dalam selimut itu. Bilhan lalu berdiri dan menghampiri Juno.

"Ini peringatan bagimu sob. jangan minum minum lagi hal itu membuatmu bodoh. Berjuanglah lagi untuk menaklukkan hati istrimu yang koyak"

"Aku pulang dulu, anak istriku menungguku di rumah ini sudah terlalu larut" Ucap Bilhan sembari mengambil kunci mobil dan berlenggang pergi.

Tinggallah Juno sendiri menyesali perbuatannya.

🌺🌺🌼

"Kamu putri pak Burhan?" Tanya Nando pada gadis yang berambut coklat itu.

"Kamu cukup manis, Tapi sayang kamu akan menghabiskan sisa hidupmu dengan pahit hingga kau memilih mati"

"Ups, tapi maaf matipun kamu tak bisa tanpa persetujuanku." Ucap Nando sembari menaikkan kakinya di atas pangkuan gadis yang duduk di hadapannya dengan tangan dan kaki yang terikat di kursi kayu.

"Kenapa sayang? hum.....? mau bilang apa?" Tanya Nando sambil mendekatkan wajahnya pada gadis itu dan menatapnya penuh kebencian.

Gadis itu terikat sangat kencang, sehingga nampak guratan guratan tali yang melukai kulitnya. Air matanya terus mengalir tanpa jeda. Dengan suara isakan yang tertahan oleh rapatnya isolasi hitam yang membungkamnya.

"Siapa namamu?" tanya Nando dengan pelan.

"Em.... mem...." jawab gadis itu.

"Apa? aku tidak dengar" kata Nando sembari memainkan rambut gadis itu.

"Leon, buka mulutnya. Aku ingin mendengar dia menyebut namanya" perintah Juno pada Leon yang berdiri di belakangnya.

Begitu Leon melepas penutup mulutnya gadis itu berteriak teriak minta tolong sampai sampai semua urat lehernya kentara dengan jelas. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya.

"Hushh..... sstt...., jangan habiskan tenagamu percuma kau berteriak teriak di sini, Ruangan ini kedap suara."

Gadis itu langsung terdiam seketika mendengar ucapan Nando yang terkekeh dan menatapnya sinis.

"Bagus, gadis pintar. Sekarang, tandatangani ini. Siapa namamu tadi?" tanya Nando sambil memberikan map coklat pada gadis itu.

"Ra...., Rania"

"Cukup bagus sebagai nama seorang piaraan di rumah ini" sahut Nando sambil tersenyum menatap Rania dengan tatapan nanar.

"Apa... apa salahku tuan? Dan siapa anda?" Tanya Rania masih dengan wajah yang pucat ketakutan.

"Leon, jelaskan semuanya. Ingat, jangan berikan dia makan atau minum sebelum ada tanda tanganya di kertas itu" Ucap Nando sembari berjalan keluar dari ruangan itu.