webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

23.

Jamuan makan itu berlangsung dengan tenang di kebun mawar dan di selingi tawa riang dari Embun yang mulai terbiasa dengan lingkungan baru itu. Mama Mella juga terlihat sangat bahagia dengan pancaran kebahagiaan yang terlihat jelas dari matanya.

Nando menatap sang Mama dengan tatapan sayu dan berkaca kaca. Lily yang menangkap hal itu lalu menghampiri Nando dan duduk di sebelah Nando.

"Maaf ya Tante, tadi saya lama ke toiletnya" ucap Lily sambil duduk kembali di sebelah Nando.

Kali ini Embun sudah berani duduk sendiri dan tidak merasa takut lagi. Suapan demi suapan di makanya dengan lahap. Lily tau betul sedari bayi Embun tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang Nenek.

Latar belakang Juno yang tak memiliki hubungan baik dengan ibunya. Sementara Namira adalah anak yatim piatu semenjak SMA. Cerita hidup setiap insan memanglah tak sama, namun kita patut berbahagia dalam setiap detik yang istimewa.

"Kamu kenapa kak?" Tanya Lily pada Nando yang tersenyum dengan mata berkaca kaca menatap Mama Mella dan Embun yang kini bermain bersama.

"Aku, hanya merasa gagal menjadi anak yang baik ly. Kalaulah aku dulu tidak menolak setiap gadis pilihan Mama dan Mama pun tidak keras kepala dengan pilihanya. Mungkin saat ini mama sudah bisa bermain dengan Anak anakku" ucap Nando sambil menyeka air matanya.

" Semua sudah jalanNya. Kalian sama sama keras kepala karena memiliki darah yang sama" Ucap Lily sambil mengusap usap punggung Nando.

*Perempuan itu, Nando bilang tadi. ini adalah kali pertama dia di perkenalkan di hadapan orang tua pacarnya. Lalu saat dengan Ayah anak ini, dia....?* Mama Lily berpikir dengan ucapan Nando tadi.

"Tadi Mama bilang untuk kita agar segera menentukan tanggal pernikahan" Ucap Nando sambil memandang lekat Lily yang tengah makan jelly.

" Uhuk...uhuk.." Lily tersedak karena terkejut dengan kata kata Nando.

" Apa? Kamu serius? kan kita cuma pura pura" bisik Lily yang semakin mendekatkan diri kepada Nando.

"Entahlah apa lagi ini. Bagaimana cara untuk mengatasi masalah ini. Kenapa semakin rumit?" Bisik Lily yang semakin mendekat pada Nando.

"Aku juga tidak tau, mama sangat menyukaimu dan anakmu itu. Lihat anak itu, pintar sekali dia mengambil hati orang lain." Guman Nando dengan menatap Embun.

Dengan kursi rodanya Mama Mella menuju kembali ke meja makan.

"Lily, aku harap kalian segera menikah. Kalian tau sisa umurku tak akan lama lagi. Aku ingin di penghujung usiaku ini. Aku bisa berkumpul dengan bahagia bersama anak,menantu dan cucuku." Ucap Mama Mella yang menatap Lily dan Nando yang ada di hadapannya.

"Tapi tidak secepat itu ma, Lily sudah memiliki anak. Aku rasa kita juga harus menghargai pendapat dari Embun" Ucap Nando menenangkan Mamanya.

"Iya Tante" sahut Lily yang bingung akan berkata apa.

"Apa kamu ingin mama pergi dengan kekecewaan terhadapmu" Ucap Mama Mella lirih di iringi dengan jatuhnya bulir air mata.

Lily hanya diam dan tak mampu berkata apa apa. Bagaimana bisa dia terjebak di dalam situasi seperti ini. Padahal tadi sebelum berangkat, Lily beranggapan bahwa Mama Nando tidak akan menyukai jika dirinya sudah memiliki anak. Tapi TUHAN berkata lain. Semuanya malah lancar seperti jalanan yang tersiram oli.

🐚🐚🐚

Di dalam mobil saat Nando menghantarkan Lily pulang ke rumah Juno.

Embun tertidur pulas di kursi belakang. sementara Lily dan Nando seperti sedang mendinginkan otak mereka dan lebih banyak diam.

"Kak, kenapa kakak seperti sedang menolak secara halus permintaan Tante?" Tanya Lily sambil menatap Nando yang sedang mengemudi.

"Aku tidak ingin memiliki hubungan di atas keterpaksaan ly karena itu sangat memuakkan. Hanya akan saling menyakiti dan merugikan" Jawab Nando yang masih fokus dengan jalanan.

*Ternyata dia laki laki baik yang tidak mencari keuntungan pribadi. Dia bijaksana dan tinggi empati* Batin Lily sambil mengangguk angguk mendengar ucapan Nando.

"Terimakasih untuk hari ini ly, kamu sudah banyak membantuku" Ucap Nando sambil sekilas menatap ke arah Lily.

"Iya kak" jawab Lily singkat sambil membuka ponsel karena ada pesan yang masuk.

"Jujur aku tadi sangat kasihan dan juga merasa bersalah karena telah membohongi Tante" Ucap Lily tiba tiba dengan tatapan lurus ke arah jalan.

" Aku tidak mau seseorang yang mau bersamaku hanya lantaran iba" ucap Nando ketus dengan tatapan tajam.

"Maaf" jawab Lily sambil membuang padangan keluar jendela.

*Serahmu lah Kak, aku juga pusing dengan semua ini* batin Lily kesal.

🌸🌸🌸🌸🌺

Sampainya di rumah Juno, Nando menggendong Embun yang masih terlelap. Juno berada di dalam kamarnya mendengar kedatangan Lily sengaja tidak keluar karena malas dengan Nando. Juno menjadi bad mood dan uring uringan.

Sampai Nando keluar dan pulang Juno baru keluar dari kamar. Lily tengah berganti baju di kamarnya yang kini berada di lantai atas. Dengan rambut yang di ikat cepul baju yang berukuran besar dan celana panjangnya.

"Kemana bapak ya? lagi di ruang baca kali ya?" Lily bertanya tanya pada dirinya sendiri sambil menghapus make up di wajahnya.

"Embun masih tidur, apa aku masak dulu ya" Ucap Lily yang masih bermonolog.

Lily turun dan memasak menu untuk makan malam. Juno keluar dari kamar dengan tatapan menyeramkan dan kaku kepada Lily. Lily yang menyadari itu merasa gugup dan membalikkan badan berusaha menghindari tatapan mengerikan itu.

*Kok gitu liatnya? Aku salah apa lagi sih* Lily membbatin sambil berkomat kamit.

Juno semakin mendekat dan itu membuat Lily semakin gugup. Lily berusaha tetap fokus pada masaknya dan terus saja memotong wortel yang ada di talenan.

"Ly!" Suara yang besar di ruangan yang hening itu mampu membuat Lily terkejut dan mengiris jarinya sendiri tanpa sengaja.

"Auh..." Lily mengaduh kesakitan karena jarinya teriris pisau.

"Kamu kenapa?" Juno yang melihat itu langsung menghampiri Lily dan meraih tangan Lily.

Juno mencuci jari Lily dan menggenggamnya erat. Lily malah kebingungan dengan tingkah majikanya.

"Pak, ini jari saya mau di apain ya?" tanya Lily dengan santainya.

"Mau, ku balut lah. biar darahnya berhenti" ucap Juno yang masih fokus dengan jari Lily.

Lily menahan tawa menyaksikan keanehan majikanya. Wajah Juno benar benar serius saat menangani luka Lily. Lily membiarkannya dan sengaja memberikan kesempatan Juno untuk mengobatinya.

"Sudah," ucap Juno dengan lega sambil melepas tangan Lily.

"Fiuh ... akhirnya, selesai juga" keluh Lily sambil menghela nafas panjang.

"Ly," panggil Juno yang masih berada di belakang Lily.

"Hmm" Jawab Lily santai dan melanjutkan kegiatan memasaknya.

"Lihat aku dulu" ucap Juno.

"Ada apa pak?" Lily berjongkok di hadapan Juno.

"Kamu, kenapa enggak kasih tau aku tentang meninggalnya kakek dan nenekmu" Ucap Juno dengan tatapan sayu pada Lily.

Lily menarik nafas panjang dan berusaha membendung kisah sedih yang dia alaminya itu.

"Bagaimana bisa pak, saat itu anda sedang koma di rumah sakit." Ucap Lily sambil duduk di lantai dan mematikan kompornya.

" Ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi" kata Juno sambil menatap Lily haru.

"Nenek meninggal duluan pak, karena memang sudah sakit dari lama. Kalau kata dokter sih sudah sakit tua. Sementara kakek, Mbah dul. Mbah meninggal karena semenjak kepergian mbok iti dia jadi sakit sakitan dan tidak mau makan. Kesehatanya semakin menurun dan akhirnya Mbah dul meninggal. Maaf pak, selama mereka sakit aku sering membawa Embun untuk menginap dan merawat mereka"

"Maaf pak, lagi lagi tanpa seijinmu" Ucap Lily sambil sesenggukan menceritakan kisah sedih yang di alaminya dan kelancangan yang telah di lakukanya.

"Tak apa apa, aku paham keadaanya. sudah jangan menangis" Ucap Juno sambil mengelus pucuk kepala Lily.

"Beneran bapak enggak marah?" tanya Lily heran.

Juno menggeleng dan berlalu pergi memasuki kamar Embun. Lily kembali melanjutkan pekerjaannya.

*Eh, iya darimana pak Juno tau tentang Mbah dul dan mbok iti.?* batin Lily yang baru sadar akan hal yang baru saja terjadi.

🦜🦜🌼

" Bim, kamu tadi kemana sama tuan?" tanya Lily saat sedang meminum teh di teras belakang.

"Tadi tuan minta di antar ke makam nyonya Namira habis itu mampir ke rumah Ali anaknya mbok inem." jawab Bimo sambil memakan nasi goreng buatan Lily.

"Oh, mbok inem." gumam Lily sambil mengangguk angguk.

"Minta lagi kak, " kata putri sambil menengadahkan piringnya.

"Lagi? Eh kamu ini perempuan loh. makanya udah kayak kuli aja" ledek Bimo pada putri yang ingin meminta nasi goreng Bimo lagi.

"Dikit aja, ya udah satu suap lagi aja deh. udah itu udah, suer" ucap putri sambil mengangkat kedua jarinya membetuk simbol perdamaian.

"Ehem... ehem...," Juno berdehem sambil menatap keakraban para asisten rumah tangga dan sopir pribadinya itu.

"Ly, ikut saya" pinta Juno sambil menggerakkan lehernya ke arah dalam rumah.