webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

15.

Dia bisa mendengar apa yang ada di sekitarnya. Hanya saja dia tidak bisa merespon bahkan hanya untuk sekedar membuka waktu. Juno masih berada dalam masa istirahatnya yang benar benar istirahat tanpa jeda.

"Bunda, papa Napa bubuk eyus?" tanya bocah kecil itu yang sekarang sudah pandai berbicara walau masih cedal.

"Hem, apa sayang? Sudah bangun? Sini sama Bubu. Iya, papa bubuk terus. Kan papa Embun masih capek sayang." Jawab Lily untuk pertanyaan sederhana yang cukup membingungkan untuk di jawab orang dewasa.

"Papa angun. Enun mau main ma papa" Rengek embun sambil menarik narik tangan Juno yang berada di tepi ranjang.

" Embun, sayang. Papa belum bisa main sama embun. Papa biar bobok yang lama dulu ya. Nanti kalau bobok lama, bangunnya papa udah ga capek lagi" Bujuk Lily pada bocah balita yang masih memegang tangan Ayahnya.

Pintu kamar rawat terbuka lebar, Bimo dan putri datang menjemput Lily untuk berangkat ke kelas PAUD. Masukan Embun ke PAUD adalah keputusan Lily dan paman Rudy. Karena semenjak Juno masuk rumah sakit, Lily jadi jarang punya waktu bahkan tidak bisa membawa Embun untuk bermain bersama teman sebayanya.

Memasukkan Embun ke taman usia dini rasanya cukup tepat, untuk melatih Embun bersosialisasi dengan lingkungan dan teman sebayanya. Bocah kecil dengan kepang dua itu tampak semakin cantik dan menggemaskan.

"Pamit sama papa dulu sayang" perintah Lily pada Embun yang bersiap dengan botol minum yang tergantung di lehernya.

"Papa, Enun bangkat ya. Papa tepet banun." Ucap Embun di samping telinga juno dengan bantuan Lily yang menggendongnya.

Embun mencium pipi Juno dan kemudian memeluknya erat. Lily selalu menahan tangis ketika momen itu terjadi. Bimo dan putri yang sudah menunggu pun ikut terenyuh dan membuat mata mereka berkaca kaca tanpa mampu berkata kata.

"Embun sudah ya, nanti telat sekolahnya." Ucap Lily sambil mengangkat dan kemudian menggendong Embun lalu menyerahkannya pada putri.

"Sama embak putri ya. Yang pinter ya, yang sayang sama temen temennya. oke!" Pesan Lily pada gadis kecil itu yang tersenyum melihatnya.

"Berangkat ya." Pamit Bimo pada Lily yang melihat keberangkatan mereka sambil berdiri di depan pintu.

🐚🐚🐚

"Pak, maaf tanpa ijin darimu aku membiarkan Embun memanggilku Bunda"

"Penjelasanku jika aku adalah pengasuhnya ku rasa belum bisa masuk kedalam pola pikirnya yang selalu berkata kepada teman temanya jika aku adalah bundanya"

"Saya sempat melarangnya pak. Tapi ucapanya justru membuat hati saya sakit. Dia bilang, semua temanya punya Bunda kenapa dia tidak bisa memanggil bundanya sendiri. Saya berusaha menjelaskan jika bunda dan Mama adalah sebutan yang sama untuk seorang ibu. Tapi itu sama sekali tak di mengertinya pak"

"Maaf juga, aku ikut kuliah swasta tanpa seijinmu. Kemarin lusa aku lulus pak. Terimakasih, aku sangat bersyukur mempunyai majikan sebaik anda"

Lily berbicara tanpa balasan, Namun Lily yakin jika majikanya bisa merasakan apa yang diucapkan oleh Lily. Tangis Lily selalu berderai saat memulai pembicaraan dengan Juno yang masih tak sadarkan diri semenjak kecelakaan dua tahun lalu itu.

"Maaf pak, aku juga sekarang lancang menyentuh anggota tubuhmu. Maafkan aku pak, Maaf" Tangis Lily semakin menjadi menyadari kelancangan yang wajib dia lakukan kepada sang majikan.

Lily menangis sambil memegang lengan baju Juno dan meremasnya sambil menunduk tanpa berani melihat wajah majikan yang masih pucat. Titik jemu seseorang terkadang datang menghampiri saat mereka benar benar berada di dasar jenuh.

"Saya mohon pak, cepatlah bangun!! Sampai kapan anda akan seperti ini?" Lily mengguncang guncangkan tubuh lemah Juno.

"Apa bapak akan membiarkan Embun tumbuh tanpa kasih sayang anda? Bangunlah pak!!! Bangun!!!!!!" Teriak Lily tepat di samping juno.

Air mata itu menetes...

Jari itu bergerak sedikit...

Matanya mulai terbuka perlahan.

Lily masih menangis dan menundukkan kepalanya di samping lengan Juno. Gerakan lembut tiba tiba terasa di kepala lily. Usapan perlahan yang membuat tangis Lily berhenti seketika tapi justru membuat jantungnya semakin cepat memompa darahnya.

Juno sudah tersadar meski masih sangat lemah. Lily menatap juno untuk sesaat. Lily membeku tanpa bergerak dan masih menelaah yang terjadi. Semuanya seperti mimpi bagi Lily.

"Ly...." Ucap Juno lirih.

Lily membulatkan matanya sambil menyeka sisa air matanya yang sudah terhenti. Tersadar jika itu bukan mimpi, spontan Lily memeluk Juno dengan bahagia yang membuncah.

"Bapak dudah bangun? Sudah sadar!" Ucap Lily sambil memegang wajah Juno dan menatapnya lekat.

Juno membalas dengan mengedipkan matanya dengan bulir air mata yang jatuh begitu saja. Seketika Lily memencet tombol untuk memanggil dokter yang berada di atas ranjang pembaringan.

Dengan tangis bahagianya Lily mengabarkan kebahagiaan itu kepada semua. Pak Rudy pun merasa sangat lega mendengar kabar baik itu. Bimo dan putri langsung pulang bersama Embun untuk melihat majikanya yang kini sudah sadarkan diri.

🦋🦋🦋🦋

"Bapak sudah bangun? Syukurlah. terimakasih Tuhan. Alhamdulillah ya Allah. Kau jaga dan kembalikan dia kepada kami" Ucap Lily spontan sambil menutup bibrnya dan menahan tangisnya yang terus saja membanjiri wajah cantiknya.

"Bantu aku, ingin duduk" ucap Juno yang kepayahan menopang badanya bahkan hanya untuk sekedar duduk bersandar.

Lily membantu Juno untuk duduk dan tanpa di sangka Juno tiba tiba memeluk Lily erat. Lily seketika membeku karena pelukan dari Juno. Badan Lily menjadi hangat karena Juno membagi suhu tubuhnya dengan Lily. Darah Lily seperti berdesir dengan irama jantung yang tak beraturan.

"Ijinkan aku memelukmu sesaat. Aku sangat merindukanmu" Ucap Juno sambil meneteskan air mata dan tanganya terus membelai lembut rambut Lily.

Lily masih membeku dan tak bergeming. Sebagian otaknya masih bingung memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan majikanya sekarang. Ataukah ada efek setelah oprasi atau ada hal lain.