webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

10.

Drama besar selalu terjadi setiap hari saat Lily belum sembuh dari lukanya. Embun terus saja rewel dan merengek. Juno kembali stres dan frustasi. Karena Lily tidak bisa menggendong, jadi tidur embun beralih bersama Lily bukan dengan Juno lagi.

Lily dan Embun tidur di kamar Juno dan Juno tidur di kamar tamu sementara menunggu kamar Lily dan ruangan ruangan yang lain selesai di perbaiki. Dalam keadaan terdesak tetap saja Lily menggendong Embun dengan satu tangan, tangan kirinya. Lily tak mau selalu memanggil Juno majikanya ketika embun minta di gendong.

Walaupun sakit, tapi Lily menyembunyikannya.

"Lukamu beneran sudah sembuh?" tanya Juno pada Lily yang sedang menyuapi Embun sarapan pagi.

"Sudah baikan kok pak" jawab Lily sambil terus menyuapi Embun perlahan.

"Kalau sudah baikan, hari ini aku akan berangkat kerja" ucap Juno sambil menutup laptopnya.

"iya pak" jawab Lily pelan.

"Bu Bu" celoteh embun dengan makanan penuh di mulutnya.

Iklan di televisi menyebut kata bunda, setelah itu embun selalu menirukan tetapi dengan bunyi yang berbeda. Hanya kata Bu Bu yang keluar dari bibir mungil itu.

Juno yang backgroundnya seorang dokter mampu menangkap maksud dari ucapan putrinya.

"Bu Bu, ya nak?" ucap Juno yang berdiri di belakang Lily.

" pa mam Bu Bu" oceh embun sambil melihat papanya yang menatapnya.

"Tau kamu apa maksud ucapan embun, yang selalu manggil kamu Bu Bu?" tanya Juno pada Lily yang membereskan sisa makan Embun.

" Tidak pak" jawab Lily polos.

"Bunda. maksud dia Bu Bu adalah bunda" jawab Juno sambil menatap Lily yang gugup dan seperti mematung.

"Hah, kata Bimo. Bu Bu itu singkatan dari babu pak" jawab Lily yang menirukan ucapan Bimo.

"Bukan, kamu akan tau maksud ucapan Embun nanti saat dia akan lebih sering berbicara" jawab Juno yang mengecup kening putri kecilnya lalu beranjak meninggalkan mereka.

*Bisa bisanya Embun mengartikan kata bunda adalah Lily. Embun, sedari bayi merah kamu tumbuh dengan baik bersama Lily. Jadi secara batin dan naluri kamu otomatis menganggap Lily adalah bundamu.*

*Hhh ya Tuhan. sesak dadaku mengetahui hal ini. Berikan aku seorang pendamping yang menyayangiku dan anakku Tuhan. Ku serahkan padamu.*

*Maafkan aku Namira, janjiku dulu untuk aku setia dan hidup bersama selamanya harus ku ingkari karena kau pergi meninggalkanku. Aku harus disini menjaga putri kita. Namira, sampai kapanpun kau tetap menjadi istriku. istri pertamaku dan jika suatu saat aku menikah lagi maka berilah tanda jika kau merestui pernikahan ku dengan istri keduaku. Restui siapapun nanti yang akan menjadi madumu dan berilah aku pertanda jika siapapun wanita itu nanti dia yang terbaik untukku*

Juno berbicara sendiri pada hati kecilnya. Juno manusia normal yang memiliki nafsu, tidak mungkin dia mampu bertahan dan melajang sampai akhir hayat sedang di sisi lain dia juga butuh pendamping sekaligus pengasuh untuk anaknya.

Ting... tung...

Suara bel pintu berbunyi, hari ini Bimo sedang ijin pulang kampung karena ibunya meninggal dunia. Angin kencang yang terjadi kemarin nyatanya berpindah dan menerjang kampung Bimo. Mereka menyebutnya angin puting beliung.

Dari kabar yang di beritahukan, bahwa ibu Bimo meninggal tertimpa pohon saat berteduh di bawahnya. Ada dua korban jiwa, ibu Bimo dan tetangganya.

Wanita cantik, rambut coklat, dan mata yang memakai soft Lena bulu mata Anti badai dan high heel yang menopang tubuh molek itu sungguh nampak sempurna.

Lily hanya melongo melihat tamu itu saat dia membukakan pintu.

"Pagi, Pak Juno nya ada?" tanya wanita cantik itu.

"Ada, maaf kalau boleh tau. Anda siapa ya?" Lily bertanya balik.

"Saya Amanda, saya bekerja di kantor pak Juno sebagai manager keuangan" ucap Amanda sambil tersenyum simpul pada Lily.

" Mari, silahkan masuk. Tunggu saja di sini sebentar lagi bapak siap" ucap Lily sambil menunjuk sofa di ruang tamu.

Lily berjalan ke kamar Juno untuk memanggilnya. Lily mengetuk pintu dan bersamaan Juno keluar dengan setelan jasnya dan nampak sangat gagah dan berwibawa.

"Pak, ada tamu" ucap Lily sambil menerima tas yang Juno berikan untuk membawakannya.

"Amanda?" tanya Juno sambil mengancingkan lengan bajunya.

"iya" Lily mengangguk cepat sambil menerima tas Juno.

"Pak itu," Lily menunjuk rambut Juno.

"Apa?" Juno nampak kebingungan dan memegang megang rambutnya, namun tidak tepat sasaran.

" Maaf pak, ini lho ada potongan benang di rambut bapak" Lily berjinjit dan Juno sedikit menunduk melihat Lily kesusahan menggapai potongan benang itu.

Amanda tersenyum melihat adegan itu dari ruang tamu yang berada di bawah. Amanda adalah orang kepercayaan Juno selain pak Budi. Amanda masih berkerabat jauh dengan Juno dari garis sang Ayah.

"Oh, makasih ya" ucap Juno yang kembali berdiri tegap dan berjalan menuruni anak tangga.

"Ayo kak, cepet. sebentar lagi rapat di mulai" cletuk Amanda sambil melihat jam tanganya.

" iya, sabar Napa bawel" jawab Juno yang clingukan mencari Embun.

"Embun mana?" tanya Juno pada Lily yang berjalan di belakangnya.

"Sudah tidur tuan, itu di matras depan tv"

"Dia tidurnya mulai banyak berganti posisi tuan jadi saya tidak berani menaruhnya di dalam keranjang." ucap Lily memberi penjelasan.

" Iya, jangan taruh dia di keranjang tidur. Dia sudah mulai memanjat soalnya" ucap Juno sambil meminta tas kerjanya.

" Saya berangkat, jaga rumah, jaga Lily ya" kata Juno sambil beralih pergi.

🐚🐚🌸🌸

"Mbak, mbak sadar ga sih?" tanya putri kepada Lily yang sedang fokus mengerjakan tugas di laptopnya.

"Apa, " Lily tidak menoleh dan masih fokus dengan kegiatanya.

"Kayaknya kak Bimo suka sama mbak deh" cletuk putri.

"Ah, masa?" jawab Lily cuek.

" ih, mbak. Aku serius loh. kalau mbak ga mau buat aku aja boleh" ucap putri yang penuh harap.

" Buat kamu aja put, aku lagi enggak mikirin pacaran" Jawab Lily yang sekarang sudah menutup laptopnya.

"Ah, atau mbak jangan jangan udah punya pacar? Secara gitu ya, mbak cantik dan pinter masa iya ga punya pacar" kata putri yang sedang memainkan sapu yang di pegangnya.

"Ah, enggaklah put. Masih jauh, aku aja baru 2 bulan ini masuk UT. Kalau di tambah sama pacaran apa bisa otak aku ini. Mikirin Embun, mikirin si Mbah, Mikirin tugas. Ah ogah lah males. Enakan tau tau nikah" Jawab Lily sambil tertawa kecil menatap putri.

"Kalau aku udah males mbak mikirin pelajaran udah jebol duluan otakku. dulu aja sekolah aku sering bolos" jawab putri polos sambil tertawa.

"Dasar kamu" ucap Lily sambil mengacak acak rambut putri yang pendek sebahu.

"Iya, jangan bilang sama pak boss kalau aku masuk UT. Aku takut kalau dia bakalan ga setuju karena mungkin akan mengurangi perhatianku pada Embun" ucap Lily pada putri dengan tatapan kepercayaan.

" Siap mbak, asal sarapanya setiap hari jangan lupa" Ucap putri sambil berdiri dan hormat pada Lily.

"Oke, awas kamu kalau ngadu. Kita enggak friend lagi" jawab Lily dengan tatapan mengintimidasi.

putri mengangguk angguk sebagai tanda setuju.

Di Kantor.

"Ehemmm... tadi aku lihat ada yang sweet gitu" ucap Amanda sambil mengetuk ngetukan pena ke meja.

"Apa?" tanya Juno yang menatap Amanda serius.

"Lily, udah berani pegang rambut pak boss. Bagus lah, ada kemajuan" ucap Amanda ngawur.

"Oh, itu tadi. Karena ada benang, kalau enggak ya. Gak mungkin lah" ucap Juno sembari menyeruput kopi lettenya.

"Kayaknya sama sama jaga gengsi nih" Goda Amanda sambil menahan tawa.