1 Bagian Pertama

OMA DAN TUJUH BUKU RAHASIANYA

"Ana ... bangun sayang ..." sebuah panggilan lembut menerpa telingaku.

"Ng ...!" hanya itu yang ku gumamkan karena masih ngantuk, tadi pukul 23 malam baru saja selesai mengerjakan tugas sekolahku.

"Ana ... Oma meninggal !" kali ini ada kata yang mengejutkanku, dengan seketika aku pun membuka mata dan melihat mama duduk di pinggir tempat tidurku.

"Mah ... Oma ..." aku tak meneruskan kata-kataku yang terhenti di tenggorokanku seakan tak percaya. Mama hanya mengangguk pelan.

"Ka ..pan, mah ?" tanyaku, tanpa terasa air mataku meleleh, mama menarik pundakku dan memelukku.

"Tadi barusan, di telpon oleh om Heru !" bisik mama, kemudian melepas pelukanku tangannya pun mengusap air matanya. Tentu saja mama juga bersedih karena Oma Christina adalah nyokapnya, oma aku alias nenekku.

"Besok pagi mama dan papa mau pergi ! kamu disini saja ya ? kamu kan sekolah, sebentar lagi ulangan !" aku mengangguk, dan memang benar apa yang dikatakan mama, ku usap air mataku.

"Ya udah ... kamu tidur lagi ya sayang !" ucap mama, aku hanya bisa mengangguk mama menciumku dan kemudian keluar kamarku.

Aku tak menyangka Oma bakalan pergi secepat itu, liburan kemarin masih ketemu. Walau memang ia sudah sakit-sakitan karena sudah berumur 80 tahun. Mama adalah anak bungsu dari 8 bersaudara 2 diantara sudah meninggal duluan ada yang berumur 5 tahun dan 15 tahun jadi yang tersisa 6 orang saja. Oma Christina adalah keturunan asli dari Belanda yang kemudian menikahi kakekku orang asli Indonesia. Kedua orang tuanya datang ke sini karena ia seorang pengusaha dan membeli tanah perkebunan teh dan karet di tahun penjajahan dahulu, itulah yang selalu ia ceritakan kepada para cucu dan cicitnya bila berkumpul di hari libur sekolah atau libur hari raya.

Aku tak bisa tidur, akhirnya aku berdoa semoga Tuhan menerima Oma di sisi terbaiknya dan di ampuni segala dosa dan kesalahannya, Amin ! dan setelah itu aku pun tertidur.

---------------

"Kriiiinnnggg ... !"

Jam weker ku berdering, aku terbangun dan itu pukul 6 pagi kurang. Aku turun dari tempat tidurku dan menuju kamar mandi, setelah itu aku memakai baju seragam putih biruku dan mempersiapkan segala keperluan sekolahku. Setelah selesai aku pun turun ke bawah.

"Selamat pagi !" sapaku dengan senyum.

"Pagi Non Ana !" jawab Bi Minah, pembantu rumah yang sudah dianggap keluargaku sendiri karena sudah lama bekerja di sini, aku anak tunggal, usiaku 14 tahun dan duduk dibangku SMP kelas 2.

"Mamah dan Papa mana ?" tanyaku kepada Bi Minah yang mempersiapkan sarapan buatku. Perempuan tua itu terkejut dengan pertanyaanku.

"Loh, barusan tadi baru berangkat ke bandara ! kan Oma non meninggal !" ujarnya, aku tertegun, ya tuhan aku lupa ! maafkan aku oma.

"Oh ... ya sudah bi, aku lupa ..." ucap ku pelan, menunduk sedih.

"Yang iklas ya non !" Bi Minah menyentuh pundakku, aku mengangguk dan mengusap air mataku.

Setelah sarapan aku diantar mang Udin berangkat ke sekolah seperti biasa, setelah tiba di sekolah dia pergi lagi. Aku melangkahkan kaki dan masuk ke kelas. Tak terasa waktu istirahat tiba, aku menolak pergi ke kantin hanya menitip membeli roti kepada dua sahabatku yaitu Dina dan Rani, ketika mereka sudah pergi aku menerima kabar dan foto mengenai pemakaman Omaku, ku sentuh foto itu dan ku bisikan selamat jalan.

"Lo kenapa Na? ko nangis !" tiba-tiba mereka sudah berada di dekatku.

"Apa si Dodi menggoda lo lagi ?" tanya Dina.

"Kurang aja anak itu ! awas aja !" Rani menambahkan.

"Bukan Dodi kok ! Oma ... aku meninggal !" jawabku mereka berdua terkejut.

"Oh ... Innalilahi wa inalilahi rojiun ! kapan Na ?" ucap Dina, aku pun menceritakan tentang tadi malam. Oh iya namaku Karennina tapi panggilanku Ana baik oleh kedua orang tuaku atau teman-temanku. Dodi salah satu temanku sering menyebutku si bule karena memang wajah keturunanku lebih pekat di banding saudara sepupuku bahkan nyokap sendiri. Sekitar 90 %, diantara keluarga besar Oma ku, selain dia tentunya ada salah satu tante ku namanya tante Ayu dan tentu saja aku sendiri.

Aku pun memperlihatkan foto prosesi pemakaman omaku, aku sering bercerita tentang dia kepada dua sahabatku itu.

"Yang kuat ya Na !" ucap mereka aku mengangguk. Aku memang dekat dengan Omaku, Sejak kecil hanya aku yang selalu tidur bersama oma dibanding dengan cucunya yang lain. Dia selalu bercerita atau mendongeng apapun sampai aku tertidur.

"Hei bule !"

"Aduh !" aku berteriak karena ada yang menarik rambut buntut kudaku.

"Dodi lo apa-apaan sih !" Dina teriak marah.

"Emang kenapa ... wew !" dia meleletkan lidahnya mengejek.

"Omanya baru aja meninggal tahu !" Rena pun ikut marah. Dodi terlihat terdiam dan kemudian duduk menuju bangkunya.

Istirahat pun usai, rupanya berita meninggalnya omaku cepat tersebar akibat ulah Dodi tadi yang mungkin terdengar oleh teman yang lain baru masuk kelas dari kantin dan kebetulan pelajaran selanjutnya oleh wali kelasku. Maka Bu Asri mengucap doa bersama untuk omaku.

Hari yang cukup berat buatku selesai sudah, aku pun pulang. Dan meminta maaf kepada dua sahabatku tidak bisa kemana-mana. Mereka mengerti dan mang Udin sudah menjemputku pulang ke rumah.

----------------

Sebulan kemudian, setelah oma meninggal, ketika di hari minggu ada antaran paket datang ke rumah. Aku terkejut.

"Ma, paket dari mana sih ?" tanyaku. "Mama belanja online ya ?" lanjutku, mama tersenyum.

"Engga ini buat kamu !" mama menyerahkan paket itu kepadaku.

"Ini ... buat Ana ?" mama mengangguk.

"Apa ini ma ?" tanyaku heran.

"Warisan oma, buat kamu !" jawabnya, aku tertegun.

"Warisan ?"

"Iya, sebelum meninggal ia ingin kamu menerimanya dan mewariskan itu kepadamu !" jawab mama.

"Apa isinya ma ?" tanyaku kembali.

"Buku !" jawabnya singkat. Aku hanya terdiam.

"Kamu mau menerima warisan dari oma ? atau kalau tidak mau, dijual saja !" ujar mama.

"Mau dong ma ! masa mau di jual sih !" jawabku cemberut.

"Soalnya itu buku antik ! sudah ada yang menawar loh !" jelas mama.

"Memang kalau di jual berapa ma ?" tanyaku penasaran.

"10 juta !" ucap mama, mataku terbelalak.

"Serius ma ?" dia hanya mengangguk, aku hanya menatap paket itu.

"Ana akan buka di kamar saja ma !" ucapku, dia hanya menatapku dan kemudian mengangguk dan setelah itu aku pun menuju kamarku.

Paket itu cukup berat dan aku letakan di meja belajarku, aku hanya menatap paket yang terbungkus warna coklat. Masih tak percaya oma mewariskan sesuatu untukku, aku teringat waktu lalu dia pernah bercerita tentang sesuatu kepadaku.

"Ana, kamu tahu tidak ? tanganmu spesial !" ucap oma waktu itu, setelah aku diminta memperlihatkan telapak tanganku.

"Spesial apa oma ?" tanyaku heran.

"Hanya kamu yang nanti akan mewarisinya di antara semua keturunan oma !" jawabnya, aku tertegun dan tak mengerti.

Apa mungkin ini yang dikatakan oma ? aku pun membuka paket itu perlahan dan ketika di buka ... aku tertegun ada sebuah kotak kayu di dalamnya dan terukir. Aku pun membuka kotak itu, ternyata di dalamnya ada 7 buku berderet tidak tebal tapi tidak tipis ada angka dari 1 sampai 7 di pinggirannya dalam huruf romawi. Aku ambil satu buku yang pertama dari kotak kayu.

Aku merasakan sesuatu yang aneh ketika mengambil buku itu, tubuhku seperti merinding. Sampul buku itu berwarna biru ada tulisan yang tak kutahui bahasa apa, mungkin saja bahasa belanda karena oma kan dari sana. Tulisan itu seperti di tulis dari tinta emas, sampulnya cukup tebal dan ku buka tiba-tiba jatuh sepucuk surat dari dalamnya dan ku ambil dan ku buka ternyata ada surat dari oma !

"Ana, bila membaca surat ini artinya buku ini sudah tiba di tanganmu ... cucuku Ana, oma mewariskan ini khusus kepadamu karena kamu adalah satu-satu penerusku selanjutnya sebagai seorang penyihir ...!" aku terkejut bukan main ketika membacanya.

"Penyihir ? Herry Potter ?" aku teringat akan buku novel terlaris beberapa waktu lalu dan ada filmnya juga !

Bersambung ....

avataravatar
Next chapter