3 MENGUBAH TAKDIR

Hujan mengguyur seluruh wilayah Ibukota membuat jalanan menjadi licin. Banyak para pengendara khususnya motor memutuskan untuk berteduh dipinggir jalan, membuat bahu jalan dipenuhi para pengendara. Sirine ambulance berbunyi memekikkan telinga, namun tidak mengubah apapun.

"Hei minggir! Beri jalan"Teriak seorang kondektur minibus dari balik jendela. Sebagian pengendara bergerak memindahkan kendaraannya, memberikan peluang kepada ambulance untuk lewat.

"Hujannya sangat deras, pantas saja banyak terjadi kecelakaan"

"Semoga tidak banyak korban"Harap supir ambulance

Setelah menempuh waktu 30 menit perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu 15 menit. Jalanan basah dan macet membuat ambulance terlambat datang. Petugas yang berada dilokasi memberikan arahan kepada ambulance untuk berhenti. Merekapun segera menurunkan kasur lipat untuk membawa korban.

"Ada tiga korban dimana ambulan yang lain?"Tanya salah seorang polisi

"Masih ada dijalan pak, sepertinya terhambat karena macet"

"Lapor pak. Salah seorang korban melemah"Ucap seorang petugas kepolisian lainnya. Para tim medis yang berada dilokasi menuju kearah korban, melakukan pertolongan pertama.

Herman melihat kearah istrinya yang berada tak jauh dari tempatnya. Dilihatnya senyuman indah dari balik bibir merahnya yang telah bercampur dengan darah.

***

Yuki terbangun dari tidurnya, napasnya tidak beraturan, keringat dingin membanjiri tubuhnya. Ia beranjak dari kasur menuju dapur, mengambil segelas minuman untuk dirinya. Setelahnya iapun kembali kekamar melanjutkan tidurnya, namun langkahnya terhenti saat melewati kamar kedua orangtuanya. Hatinya mengatakan untuk berjalan kesana, Yuki melangkah mendekat kekamar tersebut ia membuka pintu sangat pelan agar tidak membangunkan orang didalamnya. Dilihatnya wajah kedua orangtuanya yang tengah tertidur pulas. Airmata keluar dari sudut-sudut matanya

"Kenapa aku menangis? Aneh"Ucap Yuki seorang diri. Ia mengusap cairan bening tersebut, bibirnya melengkung menampilkan senyuman hangat

"Yuki sayang mama dan papa. I love you all"

***

Mentari masih bersinar menepati janjinya disetiap pagi. Hujan semalam menyisakan bekas, beberapa jalanan tergenang oleh air. Aku menarik selimut keatas menyisakan rambut hitamku, hawa dingin masih sangat terasa membuatku tak ingin bangkit dari tempat hangat dan nyaman ini.

"Yaampun Yuki! Mau sampai kapan kamu tidur? Ayo bangun"Teriak Mama sangat nyaring ditelinga

"Five minutes, Ma"

"Bangun atau mama guyur kamu sekarang"Ancam Mama. Dengan sangat terpaksa ia bangun dari pembaringannya, memutuskan untuk mematuhi perintah mamanya ketimbang membuat kasurnya basah kuyup

"Segera siap-siap berangkat sekolah setelah itu sarapan. Mama tunggu dibawah"Ucap mama tak bisa dibantah. Dengan ogah-ogahan ia menyeret kakinya menuju kamar mandi.

Setelah memastikan semua siap, ia berjalan menuruni anak tangga menuju tempat makan dimana Mama dan Papanya menunggu.

"Pagi Ma, Pagi Pa"Sapanya memberikan ciuman singkat kearah pipi kedua orangtuanya. Iapun berjalan kekursi kosong disebelah kiri Papanya sedangkan Mamanya berada didepannya dan disebelah kanan Papa.

"Ini makanan kesukaanmu, habiskan"Ucap Mama menyodorkan sepiring sandwich dengan isi selai coklat, telur dan taburan keju

"Makasih, Mama yang terbaik"

"Yuki, Papa dan Mama akan pulang telat nanti. Kamu tidak apa-apa dirumah sendiri?"Tanya Papa sembari melipat koran yang tadi dibacanya

"Ayolah Pah, Yuki bukan anak kecil lagi"Jawab Yuki memajukan bibirnya sedangkan kedua orangtuanya hanya terkekeh mendengarnya.

***

Aku turun dari mobil setelah 30 menit berada dalam jalanan yang padat, mendengarkan Papa dan Mama berbincang atau balas menimpali percakapan.

"Dah sayang"Ucap Mama melambaikan tangan kearahku

"Dah. Hati-hati Ma, Pa"

Aku selalu menyukai suasana seperti ini. Cuaca yang dingin sehabis hujan, kesibukan orang-orang yang berlalu lalang, dan wajah-wajah ceria kecuali satu hal sirine ambulance.

Brak

"Awh.."Ngaduhku saat seseorang tanpa sengaja menabrakku dari belakang. lelaki itu berhenti menoleh kearahku dengan acuh lalu kembali berjalan. Aku mendengus melihatnya, lelaki itu Iqmal salah satu most wanted disekolah.

***

Waktu berjalan sangat lambat ditambah mata pelajaran yang tidak mendukung membuat sebagian siswa terlihat mengantuk, entah sudah berapa kali aku menguap memperhatikan guru didepan yang masih bersemangat menjelaskan rumus-rumus dipapan tulis.

"Uki"

Hm

"Lihat deh, anak IPS2 lagi olahraga, ada Iqmal juga" Bisik Elsa kepadaku

Hm

Elsa menatapku seakan tidak terima dengan jawaban yang kuberikan, dia menarik wajah ku mengarahkannya ke lapangan yang telah dipenuhi oleh para siswa tengah bersiap melakukan pemanasan "Yuki lihat!"

"Yaampun Iqmal cakep banget, apalagi kalo dia lagi olahraga level cakepnya plus-plus" lanjutnya lagi setelah berhasil membuat leherku terkilir. Aku mengamatinya yang tengah mendribel bola satu.. dua.. tiga ketukan bola mengenai tanah, selanjutnya dia melempar bola tersebut ke arah ring.

"three point." Seru Elsa membuat satu kelas tertuju padanya dan itu membuat ku menunduk malu. Aku mengangkat wajah ku kembali mengamati sekitar, di saat yang lain tengah tertawa atas perbuatan elsa mataku justru terfokus ke arah penggaris panjang yang berada di depan

Penggaris tersenggol dan jatuh bersamaan dengan hujan turun semua siswa dilapangan berlarian beberapa terpeleset. Iqmal terjatuh dan tangannya terkilir Gumamku lalu semua pun menjadi nyata.

avataravatar
Next chapter