webnovel

ALZYAS

kehilangan seorang ibu sangatlah menyakitkan, apa lagi tepat di hadapan kita, dan itulah yang dirasakan oleh Alzyas. Alzyas melewati hari-hari nya dengan penuh kebencian, apa lagi dirinya harus tinggal satu rumah dengan orang yang sudah menyebabkan ibu nya tiada. Aditya, laki-laki tampan dan merupakan capten tim basket di sekolah Alzyas adalah satu-satunya orang yang mampu mencairkan hati Alzyas yang telah lama membeku dan tentu saja itu juga tidak mudah bagi Aditya. Tepat di pesta ulang tahun Alzyas yang ke 17 tahun Alzyas harus kembali menerima kenyataan pahit tentang dirinya.

RinduIbu · Teen
Not enough ratings
88 Chs

Sekolah Baru

Alzyas sudah rapih dengan seragam sekolah nya hari ini adalah hari terakhir dirinya bersekolah di Bandung, dengan susah payah Larasati membujuk cucu nya agar mengerti dan mau untuk ikut bersama Raka, dengan berat hati akhirnya Alzyas menyetujui nya, dan sore nanti mereka akan berangkat ke Jakarta bersama.

Larasati memandang nanar mobil yang dikendarai Raka untuk mengantar Alzyas ke sekolah, Larasati sangat memahami perubahan sikap Alzyas sejak meninggalnya Kirana.

" sampai kapan kalian akan bermusuhan seperti ini " batin Larasati dengan memandang foto Alzyas kecil saat bermain di taman bersama Raka.

**********

" terimakasih yah sayang kamu sudah mau ikut Daddy " ucap Raka namun dirinya tetap fokus pada kemudi.

Alzyas yang duduk tepat di sebelah nya hanya diam tak merespon ucapan Raka, Alzyas justru mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Setelah sampai disekolah, Alzyas langsung menuju loker para siswa untuk membereskan semua barang-barang miliknya yang masih ada di loker, sedangkan Raka berada di ruang kepala sekolah untuk mengambil surat pindah Alzyas.

Alzyas memandangi setiap inci sudut sekolah, karena hari ini adalah hari terakhir dirinya menginjakkan kakinya di sekolah ini. Alzyas menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembus nafas lelah dan melanjutkan membereskan barang-barang miliknya.

" Alzyas..... " suara panggilan Raka mengejutkan Alzyas yang sedang duduk sendiri di lapangan basket.

" semuanya sudah selesai? " tanya Raka setelah melihat ada dua kotak berukuran sedang yang di penuhi dengan buku dan alat lukis.

Alzyas tak menjawab, ia justru lebih dulu berlalu pergi menuju parkiran dengan membawa dua kotak barang-barang berharga miliknya dan lagi-lagi Raka harus menelan pahit akan sikap dingin putri nya itu.

***********

Alzyas membereskan sendiri barang-barang miliknya yang akan ia bawa ke Jakarta kedalam mobil, dirinya sama sekali tak mengizinkan para art menyentuh barang miliknya apa lagi yang berhubungan dengan Kirana.

" Alzyas, kamu sudah siap sayang? " tanya Larasati di ambang pintu kamarnya, Alzyas hanya mengangguk sambil menyandang tas ranselnya lalu berjalan mendahului Larasati.

Selama perjalanan menuju Jakarta, tak sedikit pun terdengar suara Alzyas bahkan saat Raka bercerita tentang sekolah barunya, Alzyas lebih memilih menutup telinga nya dengan headphone lalu memejamkan matanya, Larasati yang memahami akan hal itu hanya bisa mengelus pundak putranya itu.

Hampir lebih dari tiga jam, akhirnya mereka pun sampai di salah satu kompleks perumahan elit yang ada di Jakarta. Dua orang satpam langsung membukakan pintu gerbang yang menjulang tinggi lalu memberi hormat pada Raka, Larasati, dan Alzyas saat mereka turun dari mobil.

Disisi lain, Emely dan Milly beserta tiga orang art juga sudah menyambut kedatangan mereka di depan pintu. Emely langsung mencium punggung tangan Larasati lalu memeluknya begitu juga yang dilakukan oleh Milly pada Larasati.

" Milly kangen deh sama Oma "

" Oma juga kangen sama kamu sayang "

" Alzyas, semoga kamu betah yah tinggal disini " ucap Larasati

" Alzyas pasti betah Ma..... ini kan juga rumah nya, iya kan sayang? " sambung Raka

Emely menatap wajah dingin Alzyas dengan penuh kerinduan, dan itu dapat tertangkap dengan jelas oleh Raka

" hai Kak...aku seneng akhirnya kakak mau tinggal sama kita " ucap Milly dengan tulus

" kamar aku dimana? aku mau istirahat " Alzyas tak merespon apa yang dikatakan oleh Milly

" kamar kamu ada di lantai dua sayang, tepat di sebelah kamar Milly, Mommy sudah menyiapkan kamar khusus untuk kamu " jawab Emely, tanpa menunggu lama lagi, Alzyas langsung masuk lalu menuju lantai dua dan diiringi oleh Milly.

" Emely, kamu yang sabar yah nak dalam mengambil hati Alzyas " ucap Larasati

" in syaa Allah ma, semoga cepat atau lambat Alzyas mau menerima kehadiran ku dan menerima semua kenyataan hidup ini " balas Emely, Raka tertegun saat mendengar kata-kata istri nya itu, ia pun merangkul sang istri agar mendapatkan sedikit kekuatan.

" kita hadapi bersama-sama " ucap Raka dan di sambut dengan senyuman oleh Emely

*********

Alzyas sedikit takjub saat membuka pintu kamarnya dan melihat isi kamarnya yang terlihat sangat luas itu bahkan ditambah dengan balkon yang menghadap ke taman belakang rumah namun ada yang sedikit membuat nya terkejut.

" gimana, kakak suka kamarnya? semua ini Mommy yang menyiapkan, dan kata Daddy kak Alzyas itu suka melukis jadi Mommy menyiapkan semua alat lukis itu " ucap Milly, Alzyas menatapnya dengan tajam membuat Milly sedikit tertunduk ketakutan.

" gue lagi pengen sendiri, jadi mendingan Lo keluar " ucap Alzyas dengan dingin, karena tak berani menjawab Milly pun keluar sambil menutup pintu kamar.

Dengan langkah kaki yang begitu lemas, Milly menuruni anak tangga menuju ruang makan karena waktu sudah menunjukkan untuk makan malam.

" Milly, kamu kenapa sayang? " tanya Raka

" nggak apa-apa kok, oh ya Oma mana Daddy kok nggak keliatan? "

" Oma disini sayang..... " suara terdengar dari dapur, ternyata Larasati sedang menyiapkan makan malam bersama Emely dan dibantu oleh Art, suasana nya begitu terlihat hangat.

Alzyas baru saja selesai membersihkan diri, saat dirinya keluar kamar, samar-samar dirinya mendengar suara riuh gelak tawa di ruang makan dan dengan langkah kaki yang begitu pelan Alzyas menuruni tangga lalu menuju ke sumber suara gelak tawa itu.

Entah kenapa, hati Alzyas begitu sangat pedih saat melihat rona bahagia yang ada diruang makan itu, dirinya kembali teringat saat masa-masa bahagia nya dahulu saat Kirana masih hidup. Tak tahan melihat itu semua, Alzyas kembali ke kamarnya dan membiarkan perutnya kelaparan.

" Alzyas mana ya, kok belum turun " tanya Raka

" tadi waktu Milly kekamar nya, kak Alzyas lagi mandi Dad "

" biar mama yang panggil " ujar Larasati

" nggak usah ma..... biar aku yang panggil Alzyas " Emely langsung beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju kamar Alzyas di lantai atas

TOK TOK TOK TOK

Alzyas tak menghiraukan ketukan pintu yang sudah berulang kali, dirinya hanya memeluk bingkai foto Kirana dan menangis tanpa suara.

" Alzyas kangen Mommy " gumam Alzyas, dirinya membiarkan airmata nya terus mengalir membasahi pipinya.

Karena tak kunjung mendapatkan respon, Emely kembali keruang makan dengan perasaan gelisah, dan itu juga membuat Raka penasaran

" Ada apa Emely? mana Alzyas? "

" Emmmmmm mungkin Alzyas ketiduran mas, mangkanya dia tidak mendengar ketukan pintu kamarnya " jawab Emely sedikit ragu

" Alzyas pasti kelelahan, karena perjalanan Bandung - Jakarta cukup lumayan jauh.... biarkan Alzyas istirahat " sambung Larasati yang mencoba meyakini Raka

************

Alzyas melihat pantulan dirinya di cermin yang sudah memakai seragam sekolah barunya karena hari ini Alzyas sudah resmi menjadi salah satu siswi di International High School salah satu sekolah favorit di ibukota.

Alzyas mengiringi langkah kaki Raka menuju ruang kepala sekolah, karena ini hari pertamanya masuk sekolah baru.

" Daddy harap, kamu betah sekolah disini yah sayang... kamu dan Milly bisa saling menjaga satu sama lain " ucap Raka setelah mereka keluar ruangan kepala sekolah.

" Alzyas Zaalhea " panggil seorang guru yang bernama Rahayu dilihat dari nametag nya

" ayo, ibu antar kan ke kelas kamu " Alzyas pun mengiringi langkah kaki ibu itu menuju kelasnya, saat di koridor sekolah Alzyas melihat beberapa siswa laki-laki sedang bermain basket di lapangan lalu beralih pada anggota tim cheerleader yang juga sedang berlatih di lapangan

Beberapa menit kemudian, Ibu Rahayu berhenti di depan pintu kelas XI IPA1 lalu memanggil seorang guru laki-laki yang bernama Rahmat sedang mengajar, setelah menjelaskan tentang Alzyas, dirinya baru masuk kedalam kelas.

" Dengar anak-anak, kalian kedatangan teman baru pindahan dari Bandung, silakan perkenalkan diri kamu " ucap Pak Rahmat

" selamat pagi, perkenalkan nama aku Alzyas Zaalhea Raka Pratama Yudha, dan aku pindahan dari Bandung semoga kalian semua bisa menerima aku untuk ikut bergabung disekolah ini " ucap Alzyas dengan baik

" hai Alzyas " sapa mereka semua, Alzyas hanya tersenyum kecil,

" Baiklah Alzyas, kamu bisa duduk di sebelah Narina " ucap Pak Rahmat, tanpa menunggu lama Alzyas pun langsung duduk di bangku yang sudah ditunjuk oleh Pak Rahmat

" Hai, gue Narina "

" Alzyas.... "

" Gue Shasa "

Mereka pun melanjutkan mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan oleh Pak Rahmat, dua jam sudah berlalu bel istirahat pun berbunyi namun Alzyas masih berkutat dengan buku-buku nya.

" kantin yuk " Ajak Narina dan Shasa

" kalian duluan aja, nanti gue nyusul " balas Alzyas

" ok, kalo gitu gue sama Shasa duluan ya, bye "

Alzyas hanya mengangguk tanpa menoleh. Setelah membereskan buku-bukunya, Alzyas pun menyusul Narina dan Shasa ke kantin. Saat di koridor, Alzyas bertemu dengan Milly bersama dua temannya yang bernama Indah dan Farah terlihat dari nametag seragam sekolah mereka.

" Kak Alzyas awas..... " pekik Milly saat melihat pantulan bola basket yang mengarah ke Alzyas.

Dengan cepat tangan kokoh seorang laki-laki menarik lengan Alzyas untuk menghindari bola basket itu, bola mata Milly membulat saat melihat laki-laki itu.

" Milly itu- " Farah menggantung perkataan nya

" kakak nggak apa-apa kan? " Milly langsung menghampiri Alzyas, Alzyas mengelus d**a nya yang masih sedikit terkejut

" makasih ya, Lo udah bantuin kakak gue " ucap Milly dengan lembut pada laki-laki itu.

Alzyas menatap dingin laki-laki yang baru saja menolongnya lalu beralih menatap Milly, karena tak ingin melihat adegan drama seperti di tv Alzyas justru meninggalkan mereka tanpa mengeluarkan satu kata pun.

" Astaga..... cuek banget sih " gumam Indah

" dingin banget sih tu cewek kayak gunung es " sambung Farah.