webnovel

ALZYAS

kehilangan seorang ibu sangatlah menyakitkan, apa lagi tepat di hadapan kita, dan itulah yang dirasakan oleh Alzyas. Alzyas melewati hari-hari nya dengan penuh kebencian, apa lagi dirinya harus tinggal satu rumah dengan orang yang sudah menyebabkan ibu nya tiada. Aditya, laki-laki tampan dan merupakan capten tim basket di sekolah Alzyas adalah satu-satunya orang yang mampu mencairkan hati Alzyas yang telah lama membeku dan tentu saja itu juga tidak mudah bagi Aditya. Tepat di pesta ulang tahun Alzyas yang ke 17 tahun Alzyas harus kembali menerima kenyataan pahit tentang dirinya.

RinduIbu · Teen
Not enough ratings
88 Chs

Duka

Mendengar berita menyakitkan itu membuat Larasati dan juga Herman langsung terbang ke Jakarta untuk menemui kedua cucunya bahkan Azka yang jauh di sana pun memutuskan untuk kembali ke Indonesia.

Malam ini dikediaman Raka, sudah banyak para tamu dan kerabat dekat yang datang silih berganti mengucapkan bela sungkawa dan malam ini akan diadakan acara tahlilan untuk mendoakan Raka dan juga Emely.

Begitu melihat kedatangan Larasati, Milly langsung berlari dan memeluk nya dengan erat suara tangis pilu cucunya terdengar sangat menyayat hati Larasati.

Sammy, Arga, Denny, Joko, dan Shasa hanya diam terpaku melihat Milly yang masih menangis tergugu di pelukan nenek nya.

Herman mengelus lembut kepala Milly kemudian mencari sosok Alzyas yang tidak terlihat di setiap sudut ruangan " dimana Alzyas? "

Milly melepaskan pelukannya dari Larasati lalu memandang Herman matanya terlihat bengkak dan wajah gadis itu juga terlihat sembab karena sudah terlalu lama menangis " kak Alzyas di kamarnya, Opa "

Herman berjalan menaiki tangga menuju kamar cucu kesayangannya, begitu pak tua itu membuka pintu kamar Alzyas hatinya mencolos melihat keadaan cucunya, matanya terpejam wajahnya terlihat sembab dan masih ada sisa air mata di kedua pipi cucunya perlahan dia melangkah mendekati Alzyas yang duduk dilantai bersandar di tembok.

" Zyas.... " Herman begitu hati-hati memanggil cucunya, perlahan gadis itu membuka matanya

Tatapan Alzyas kosong, airmata nya kembali menetes tapi tetap tidak mengeluarkan suara Herman langsung memeluk cucunya dengan erat, Larasati dan Milly yang berdiri didepan pintu juga tidak bisa berkata-kata, keadaan Alzyas membuat hati mereka terasa dihantam batu besar baru saja gadis itu mendapatkan kasih sayang ibu kandungnya justru harus kembali menelan pil pahit seperti ini.

" gimana, Aditya udah bisa dihubungi? " tanya Joko

Sedari tadi Arga terus menghubungi ponsel Aditya namun tetap saja gagal membuat Arga kesal bukan main Sammy dan Denny hanya bisa menghela nafas kasar mereka tidak habis pikir Aditya justru menghilang disaat seperti ini dan itu semua karena Jassie.

" Lo dimana brengsek!!!!!!!!!!!!! " geram Arga yang masih tertahan.

" sejak kembalinya Jassie hubungan Aditya dan Alzyas jadi terhalang tembok tinggi " ujar Denny

" apa lagi kita semua tau gimana perasaan Aditya ke Jassie dulu nya " sahut Joko

" Alzyas kayak jadi tempat pelarian Aditya disaat hatinya lagi hancur " ucap Sammy menatap lekat Arga

" Guys!!!!!!!!!! " mereka semua menoleh terlihat Aditya datang bersamaan dengan Narina karena mereka turun dari mobil yang sama. Tidak!!!!! mereka tidak hanya berdua saja tapi bertiga Dikta juga berada di dalam mobil yang sama dengan Narina dan juga Aditya, entah bagaimana mereka bisa datang bersama.

" Lo dari mana aja Huh!!!!!!!!!! " tanpa ba-bi-bu Arga langsung mendorong Aditya dengan kasar Sammy, Joko dan Denny hanya diam tapi mereka menatap Aditya begitu sengit.

" Arga cukup!!!!!!!!!! " Narina melerai Arga yang kembali mendekati Aditya dengan wajah masam

" bukan saat nya untuk berantem, keadaan Alzyas lebih penting sekarang!!! " lanjut Narina

" urusan kita belum selesai " tunjuk Arga dengan sorot mata tajam kemudian masuk kedalam rumah diiringi oleh Sammy, Joko dan Denny

Aditya ikut mengejar sahabat nya yang masuk kedalam rumah duka, kini tinggal Narina dan Dikta yang masih berada di halaman depan.

" Lo pulang aja, nanti gue bisa bareng temen-temen gue aja pulangnya " ucap Narina dingin

" kamu pergi sama saya, dan pulang nya juga sama saya " balas Dikta yang tidak ingin dibantah

" bisa nggak sih, sehari aja Lo nggak nyebelin "

" nggak bisa " jawab nya enteng

Tanpa membalas ucapan Dikta lagi, Narina pergi begitu saja meninggalkan nya karena melihat kondisi Alzyas saat ini lebih penting dibanding terus berdebat laki-laki menyebalkan seperti Dikta.

" maaf yah Oma kita datang nya telat " ucap Narina dengan sopan

" nggak apa-apa, terimakasih yah kalian sudah datang " sahut Larasati, mereka semua hanya mengangguk

" maaf Oma kalau boleh tau, Alzyas dimana? " tanya Aditya yang memang sejak tadi tidak melihat keberadaan kekasih nya

" Alzyas lagi dikamar " suara Larasati terdengar lirih

" boleh Aditya ketemu sama Alzyas, Oma? "

" tentu, Milly kamu antar nak Aditya kekamar nya Zyas yah " Milly hanya mengangguk mendengar perintah Omanya.

Aditya mengiringi langkah kaki Milly yang naik ke tangga menuju lantai dua dimana kamar Alzyas berada, tidak ada yang mengeluarkan suara antara Milly dan juga Aditya.

" Lo masuk aja kamarnya nggak di kunci " setelah mengatakan itu Milly langsung meninggalkan Aditya.

Tok Tok Tok

Sudah tiga kali Aditya mengetuk pintu kamar Alzyas tapi tidak ada respon dari yang punya kamar, dengan hati-hati Aditya membuka handle pintu perlahan pintu pun terbuka.

Dengan cahaya lampu temaram Aditya masih bisa melihat sosok seorang gadis yang duduk dilantai bersandar di tembok dengan memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya.

" Alzyas..... ini aku Aditya " tidak ada respon sedikitpun dari gadis itu jangan kan untuk mendengar suaranya, deruh nafasnya pun hampir tidak terdengar.

" maaf karena aku udah ninggalin kamu tadi dan nggak ada di saat kamu terpuruk " Aditya menghela nafas lelah karena Alzyas masih tidak merespon ucapannya

" aku benar-benar minta maaf Alzyas " ucapnya sekali lagi.

Melihat Aditya yang menuruni tangga dengan tergontai dengan raut wajah sedih sudah dapat dipastikan bahwa dia juga tidak berhasil membuat Alzyas mengeluarkan suara.

Aditya duduk di sofa sebelah Sammy yang masih kosong, dia mengusap wajahnya yang juga terlihat sangat lelah.

" kemana aja Lo, kenapa susah banget ngehubungin Lo!!! " cecar Arga yang sejak tadi sudah menahan emosinya

" gue nemenin Jassie " jawab Aditya dengan jujur

BUGH!!!!!!!

Milly, Narina dan Shasa terperanjat ketika satu pukulan dari Arga tepat mengenai sudut bibir Aditya, beruntung Sammy langsung menarik tangan Arga saat dia hendak kembali melayangkan tinjunya.

" brengsek Lo Aditya!!!!!!! Lo tega ninggalin Alzyas cuma demi Jassie orang yang udah buat Lo hampir gila!!!!!! " maki Arga

Beruntung saat ini mereka sedang berada di halaman belakang dan hanya mereka yang ada disana karena jika tidak meraka akan menjadi tontonan gratis dan akan mengacaukan acara tahlilan yang sedang berjalan.

" apa perlu gue pukul kepala Lo pakek balok supaya otak Lo kembali ketempat yang benar dan seharusnya!!! " bentak Arga " kenapa Lo kayak jadi orang i***t sih " cecar nya lagi

" Lo udah liat sendiri kan gimana hancur nya Alzyas!!!!! " ucap Sammy

" Lo pergi gitu aja setelah Lo terima telepon yang entah dari siapa " sambung Denny

" gue bukan mau belain Aditya, tapi apa salahnya kita dengar dulu penjelasan dia " Joko berusaha ingin menengahi mereka agar tidak ada saling menyudutkan.

" penjelasan apa lagi Jo!!!! kalau jawabannya tetap karena Jassie " sahut Arga dengan tersenyum sinis

" Jassie kolaps " dua kalimat yang keluar dari mulut Aditya membungkam mereka semua, tidak ada lagi raut kemarahan dari mereka semua melainkan keterkejutan dan tidak percaya

" yang nelfon gue tadi nyokap Jassie dan disana juga sudah ada nyokap dan bokap gue untuk jenguk Jassie " Aditya kembali mengusap wajahnya.

" gue selalu sama Jassie itu juga bukan kehendak gue, apa kalian pikir gue sengaja ngelakuin ini? nggak!!!! gue juga terpaksa karena nyokap gue yang minta kalian juga tahu kan gimana akrabnya orang tua gue sama orang tua nya Jassie " Aditya menatap satu persatu sahabatnya sorot matanya juga menunjukkan kesedihan

" kalau bukan karena bantuan Narina dan temennya mungkin gue nggak akan sama kalian sekarang " lanjutnya yang kembali menunduk, kini mata mereka beralih ke Narina meminta jawaban dari gadis itu, Narina hanya mengangguk membenarkan apa yang sudah dikatakan oleh Aditya.