17 ENAM BELAS

"Apakah kakak benar-benar mencintaiku? Atau semua ini hanya obsesi kakak saja?"

***

Pertanyaan Aluna membuat tubuh Kynan kaku. Apakah dia benar-benar mencintai Aluna? Kynan hanya merasa hancur saat tahu Aluna meninggalkannya dan ada pria lain di dekatnya, meski dia tahu jika pria itu bukanlah kekasih Aluna.

"Sudah tidak perlu di jawab." Aluna tahu jawaban apa yang ada di benak Kynan. Hatinya mencelos. Pria ini belum seutuhnya mencintainya. Pria ini hanya terobsesi padanya. Aluna harus bisa menjaga hatinya agar tidak hancur suatu saat nanti saat Kynan meminggalkannya. Kenapa cintanya selalu bertepuk sebelah tangan?

Selama pesta berlanjut Kynan dan Aluna terlibat perang batin. Keduanya saling diam dan pesta terasa sangat membosankan bagi mereka berdua. Saat pesta hampir usai, tamu yang tidak pernah ada di pikiran Aluna datang, naik ke atas pelaminan dan memeluk Kynan dengan erat. Air matanya mengucur, Kynan mengusap punggung perempuan itu dengan lembut.

"Kenapa kamu menikahi gadis lain, Ky? Kamu bilang kamu mencintaiku?" Suara Vania terdengar manja meski masih dengan bercucuran air mata. Vania berusaha mengeluarkan suaranya sedikit keras agar Aluna mendengarnya. Mata Vania melirik Aluna yang terdiam membuat Vania tersenyum licik padanya, merasa bisa mengalahlan Aluna.

Luna mendengar semuanya. Pria di sampingnya ini mencintai perempuan yang sedang memeluknya erat itu. Sakit! Hati Aluna terasa sakit. Di gigit bibir bagian dalamnya dengan keras sampai Aluna tidak tahu jika bibirnya berdarah, Aluna berusaha menahan agar air matanya tidak menetes di depan perempuan itu dan pria yang sudah berstatus sebagai suaminya saat ini.

Vania menghampiri Aluna, mereka seerti akan berpelukan tetapi Vania hanya membisikkan sesuatu yang membuat Aluna kembali terluka.

"Jangan bahagia karena kamu sudah menjadi istrinya. Aku pastikan itu tidak akan lama. Dia akan kembali lagi padaku. Secepatnya!"

Bisikan Vania terdengar jelas di telinga Aluna, dan kini bisikan itu terus-menerus terulang di telinga Aluna. Aluna berusaha mengenyahkan suar Vania yang terus terdengar. Mata Aluna menjelajahi tamu yang masih ada di pesta itu, berusah agar air matanya tidak jatuh. Mata Aluna terus melihat ke arah tamu - tamu yang datang, saat matanya menatap satu titik, tamu undangan yang tidak asing lagi di matanya.

"O my god Toni, aku pikir kamu tidak akan datang." Bibir Aluna mengerucut karena Tony datang terlambat. Dipikirnya dia sudah tidak akan melihat wajah Tony lagi karena kemarahan sahabatnya itu. Aluna memeluk Tony erat tanpa tah jika suaminya mengepalkan tangan dan rahangnya mengeras.

"Mana mungkin aku tidak datang? Tadi masih ada keperluan jadi kesini sedikit terlambat. Sudah dong jangan cemberut. Masa pengantin cemberut sih? Hilang cantiknya."

"Nak Tony? Apa kabar?" Anton yang sedang menghanoiri Aluna untuk berpamita terlebih dulu kaget melihat pria yang sedang berbincang dengan Aluna.

"Lho om Anton? Om disini?" Tony kaget saat ada yang mengenalinya di pesta pernikahan Aluna. Dia tidak menyangka jika sahabat papanya juga ada disini. Dipernikahan Aluna.

"Aluna putri om. Yang dulu pernah mau di jodohin sama kamu." Mata Tony melotot saat mendengar penjelasan Anton. Jadi dulu dia menolak seseorang yang akan dijodohkan dengannya untuk mengejar Aluna? Buat apa dulu menolak? Sekarang Anton menyesal dengan keputusannya dulu.

"Jadi Aluna ini putri om yang akan di jodohin sama saya, Om?" Tony meyakinkan pendengarannya. Aluna yang tidak tahu tentang pembicaraan dua orang pria yang ada di depannya ini hanya diam karena bingung, matanya berulang - ulang melihat ke arah Toni dan Papanya, mendengarkan pembicaraan dengan serius sampai saat ada tangan yang memeluk pinggangnya posesif mengagetkan.

"Tapi, orang yang akan di jodohkan dengan anda sudah menjadi jodoh saya." Suara Kynan datar tetapi cukup mengagetkan ketiga orang yang ada di dekatnya itu.

"Tentu nak, dia sudah menjadi istri kamu. Itu dulu cuma rencana orang tua, tetapi Tony dulu bilang dia sudah mempunyai calon sendiri. Bagaimana dengan calon kamu? Kamu bawa kesini?" Tony meringis mendengar pertanyaa  Anton. "Calon yang saya katakan dulu adalah Aluna putri, Om. Dan sekarang dia sudah menjadi milik orang lain." Batin Tony.

"Tidak, Om. Dia tidak ikut."

"Siapa? Pacar kamu? Kok aku baru tahu?" Aluna yang sudah mulai mengikuti jalur pembicaraan antara Tony dan ayahnya ikut bertanya.

"Nanti akan aku kenalkan." Senyum Tony membuat Kynan semakin kesal. Pasalnya dari tadi Aluna terus tersenyum di samping pria itu. Dia tidak rela jika senyum Aluna di bagi kepada pria lain.

"Jangan pernah tersenyum di depan pria lain, Love. Aku tidak suka!" Bisik Kynan. Aluna hanya memutar matanya melihat Kynan yang mulai posesif. Apa pria itu tidak berpikir bagaimana perasaannya saat dia membelai punggung mantan kekasihnya? Oh, tunggu! Mungkin dia belum menjadi mantan dan masih sebagai kekasihnya.

"Kamu tidak punya hak untuk mengaturku! Ingat, dari awal aku belum menyetujui pernikahan ini. Aku ingin hitam di atas putih setelah ini." Aluna menggandeng lengan Tony dan meninggalkan Kynan yang mengepalkan tangannya emosi. Kynan mengusap wajahnya kasar. Aluna mulai berulah. Kynan sudah tahu jika Tony menaruh perasaan pada Aluna. Perasaan Tony akan semakin besar jika sikap Aluna terus seperti ini, dan Kynan? Apakah Aluna akan dengan mudah untuk meninggalkannya? Kynan tidak suka itu! Aluna hanya untuknya! Semua perhatian, senyum, tawa dan semua yang ada pada tubuh Aluna hanya milik Kynan seorang.

avataravatar
Next chapter