webnovel

chapter 1_pelita hidup

pagi hari terasa hangat bagi seorang perempuan muda dia membuka mata dengan malas karna mendengar teriakan keras yg membuat dia terbangun dr tidurnya

"dina cepat bangun ibu mau ke pasar ibu tidak akan membangunkan lagi cepaat nanti terlambat sekolah sayang"Dina mendengar langkah kaki ibu menuju pintu dan setengah membantingx agar Dina tau bahwa dia sudah keluar

" hemm dasar cerewet "Dina bangun dan menghampiri kaca melihat wajahnya "ahh mau bagaimana lagi semua cara sudah aku coba tapi tetap saja gak hilang"

waktu menunjukkan jam 08.00

ibu membuka pintu dan meninggalkan sepatu di samping jendela

"belum jalan juga kamu ,apa tidak mau sekolah liat lah jam dinding itu " melihat Dina masih duduk di meja makan dapur ibu mulai mengomelinya lagi

"Bu sudahlah jgn mengomel terus kasian lah jantung ibu ,nanti tak sehat"Dina melangkah ke arah kulkas dan meneguk 1 botol air

"alasanmu lah itu cepat jalan kau"ibu mengomeli Dina

"Bu liat lah mukaku ini"Dina menunjuk ke arah pipinya yg tampak merah

"knp mukamu"

"tak sadar lah tu ,muka anak merah macam badut ni pun ibu tak khawatir padahal aku ini perempuan"

"itu kau sadar kau perempuan knpa lah kau berkelahi macam anak laki"ibu mengambil mangkok besar dan meletakkan sayuran segar yg baru dia beli di pasar

"ibu tak tau lah apa yg di lakukan dia ,"

"ibu tak perlu tau lah kau sudah dewasa sebentar lagi lulus jadilah anak yang baik jgn membuat onar"ibu mencuci sayur dan mulai memasaknya

"tak da habisnya lah aku ngomong dg ibu,ibu tetap saja cerewet ini itu "

"ibu mu ini,kau bilang aku cerewet "ibu setengah marah dan melemparkan sendok ke arah Dina

"iyalah ibuku yg cantik ini tak cerewet ,"ucap Dina sambil memeluk ibunya dr belakang

siang hari menunjukkan jam 02.00

Ting tong(bel berbunyi)

Dina keluar untuk membuka pintu

"selamat siang , apa benar ini dengan saudara Dina"ucap salah seorang polisi ketika Dina selesai membuka pintu

"iya bener pak , ada apa ya" Dina sedikit terkejut dgn kedatangan kedua polisi tersebut

"ayah anda sekarang ada di kantor polisi ,dia di tangkap karena kasus tabrak lari dan mengemudi dalam pengaruh alkohol ,dimohon anda ke kantor untuk penyelesaiannya"ucapa bapak polisi meninggalkan surat pemanggilan anggota keluarga

Dina terduduk di depan pintu hatinya sangat sakit bukan karena ayahnya di tangkap polisi

dadanya sesak bukan karna dia harus menanggung bahwa dia akan menghadapi kasus di pengadilan

tapi fikirannya hanya tertuju pada ibunya bahkan tubuhnya pun sudah tak sanggup menahan sakit jantung yg sudah menggerogotinya tapi dia juga harus mendengar kabar seperti ini apakah dia akan sanggup menahan beban nya

Dina lemas Dina terasa dingin walau terik matahari amat sangat panas hari ini

"Dina knp kau duduk di luar masuk lah nak kulitmu sudah gosong berjemur di sana"

Dina tersentak dari lamunannya dia menyeka air matanya dan berbalik melihat ibunya

"sepertinya kulit putih memang tak cocok denganku ibu jadi aku berfikir untuk berjemur" Dina tersenyum meledek ibunya

"apa yang kau lakukan di sana dan surat apa di tanganmu"

"biasalah surat panggilan sekolah ibu seperti tidak tau saja berapa kali anakmu dapat surat panggilan dlm sebulan"

ibu memegang kepalanya sedikit pusing mendngar ucapan anaknya

"Dina bertobatlah ,bertobatlah"sambil tersenyum ibu meninggalkan Dina dan masuk ke kamarnya

Dina menagis sejadinya dia tidak tau alur kehidupan akan membawanya dia merasa dirinya suda tidak sanggup lagi membendung air matanya bendungan yg selama ini dia buat dengan kokoh sudah tidak dapt lagi menahan derasnya air mata yg dia pendam dalam" di lubuk hatinya

sore harinya Dina berpamitan pada ibunya untuk pergi ke rumah temannya

tapi Dina tidak pergi ke rumah temannya tetapi ke kantor polisi

sesampainya di kantor polisi Dina menemui ayahnya

"apa lagi sekarang yg anda lakukan tidak puas anda mengambil uang yg ibu kasih untuk biaya study tour dan memukul saya sekarang anda membuat kekacauan lagi "Dina meluapkan segala emosi dalam hatinya

"heh anak kecil kamu tau apa hah"ayah Dina sinis

"anda seorang kepala keluarga bukan nya menjadi alasan kedamaian untuk kami anda malah menjadi duri"Dina membalasnya dengan dingin

"Hei jaga mulutmu anak kurang ajar cepat cari uang dan bebaskan aku dari sini ,kalau kamu tidak mau ibumu yg bodoh itu khawatir dan mati karna jantungan"ayah Dina keras kepala

Dina mengepal dan meringis menahan amarah dan rasa sakit dalam hatinya

"cukup tua Bangka ,tutup mulutmu yg kotor itu jangan berani" nya kamu memanggil ibu Karna kamu tidak pantas "Dina memuncak dadanya sesak dia menahan jutaan kekecewaan atas ayahnya dan memendam amarah dan dendam yg menggebu karna ketidak berdayaan nya selama ini tapi dia berfikir itu sudah cukup ,

dia tidak ingin ayah dalam hidupnya ,

dia mengharapkan kasih sayang tapi ayahnya hanya memberi pukulan

dia mengharapkan pelukan tapi ayahnya tidak pernah sekalipun memegang tangan kecilnya

kini tangan itu sudah cukup kuat untuk menopang badannya sendiri

Dina merasa sekaranglah saatnya untuk mengakhiri semuanya