webnovel

Aluna's First Love Story

Seorang gadis sedang memperjuangkan cita-citanya menjadi dokter. Namun siapa yang menyangka sepanjang perjalanan meraih cita-cita, iya harus terperangkap dalam kondisi sulit bersama pria dingin nan tampan. Tapi sedikit aneh. Di lain sisi, ada sesosok pria yang selalu menjadi sandaran bagi sang gadis kala ia mulai lelah dengan semua jalan hidup yang dihadapi. Apakah pria ini menyukai sang gadis?. Ayo tebak. Masuk ke dalam permainan sang pria ternyata membuat gadis ini menemukan tabir kebenaran dari apa yang selama ini ia tunggu. Namun kenyataan yang ada sangatlah pahit. Sungguh menyedihkan. Merasa bagian penting dari hidupnya telah pergi membuat sang gadis merasa kecewa. Hingga pada akhirnya, ia menyadari bahwa yang selama ini ditunggu bukanlah yang sebenarnya. Yang sebenarnya ada di depan mata dan terus berada di sisinya. Bagaimana kisah selengkapnya?. Simak kisah dan perjalanan mereka dalam ^Aluna’s First Love Story^. Instagram @pemujakhayalan Facebook Pemuja Khayalan

PemujaKhayalan · Teen
Not enough ratings
325 Chs

Tawaran Gila!

tok...tok....tok.

Suara ketukan dari luar tak mendapat sambutan dari dalam.

cklek..

Roby masuk ke dalam ruangan Presedir dan langsung duduk di sofa tak jauh dari kursi kebesaran sang Presedir.

Ia melihat pria duduk di kursi yang terletak ke arah utara ruangan.

Sapaan Roby sama seperti gerak tangan mengetuk pintu sebelumnya, tidak mendapat sambutan.

"BOSSS". Tiba-tiba saja suara dengan volume keras memenuhi seisi ruangan presedir.

"EH...", ada yang tersentak.

"KENAPA KAU TERKADANG BERSIKAP TIDAK SOPAN!", suara Zaedan tak kalah tingginya dengan suara Roby sebelumnya.

"Maaf bos, hanya saja tadi bos melamun. Saya sudah mengetok pintu beberapa kali bahkan menyapa bos, tapi tidak ada respon",.ucap Roby panjang lebar. Kali ini nada suaranya kembali normal.

"Tapi tidak begitu cara kau memperlakukan ku". Mata Zaedan melolot.

"Hmm.....baiklah bos", Roby menunduk. Melihat tatapan bosnya, seakan ia merasa dikuliti. Dengan tetap menunduk, ia kembali bersuara. "Kalo boleh tau kenapa bos melamun?. Bos..., saya tau saya baru bekerja dengan bos kurang lebih 3 tahun. Tapi, saya bisa kok dijadikan tempat berbagi cerita dan saya pastikan apapun yang saya dengar dari bos tidak akan sampai ke telinga siapapun".

Hening...,

"Bos bisa pegang janji saya, Lagipula jika saya bisa tau sedikit masalah bos kemungkinan saja saya bisa bantu". Roby masih berusaha dekat dengan Zaedan. Ia tau bahwa Zaedan sempat dekat dengan mantan asisten sekaligus sahabatnya dulu, sebelum posisi asisten digantikan Roby. Roby pun ingin bisa jadi sahabat bosnya. Yah, setidaknya bisa menjadi teman berbagi keluh kesah. Dengan begitu ketika perasaan Zaedan sedang kacau, Roby bisa mengambil langkah tepat untuk mencegah sesuatu yang buruk terjadi.

"Hmm...apa jadwal ku setelah ini?", Zaedan malah bertanya. Sengaja mengabaikan pertanyaan Roby.

"Pukul 1 siang nanti kita bertemu dengan Mr. Tan dari Singapura terkait kerja sama Resorts World Sentosa yang ada di Singapura", jelas Roby. Kedepan ia harus ekstra berusaha agar si bos semakin dekat dengannya.

"Setelah itu?".

"Hmm...tidak ada bos, memangnya kenapa?, bos mau pergi?, Roby balik bertanya.

"Kira-kira sampai jam berapa pertemuan dengan Mr. Tan selesai?". Kini wajah tampan milik Zaedan terlihat datar. Mata hezel berkilat membuat Roby bergidik ngeri. Dengan sedikit gugup ia menjawab, "Kemungkinan pukul 2 atau pukul 2 lebih 20 menitan. Tergantung keadaan. Yah, seperti biasa".

"Kalo begitu tolong hubungi Tasya dan katakan kepadanya apakah dia punya waktu untuk bertemu sebentar jam 3 sore nanti" titah Zaedan.

"Baiklah tunggu sebentar, saya akan menghubunginya. Tapi apakah bos mau makan siang sekarang?", Roby bertanya kembali.

"Suruh Rina memesan makanan Jepang untuk ku dan bawakan ke sini. Aku lagi malas untuk keluar". Zaedan merebahkan tubuh tinggi miliknya di sofa panjang.

"Oke bos", ucap Roby sambil berlalu ke luar.

"Rin tolong pesan secara online makanan Jepang, apa aja yang penting makanan Jepang dan bawakan ke ruangan Presedir", Roby menoleh ke arah staf sekretaris. Perempuan yang diajak bicara tersenyum, ia meangguk-kan kepala seraya berkata. "Baik Pak".

tut....tut.....tut..

tut.tut.tut, sambung terputus.

"Hais..., kenapa tidak diangkat?, apakah dia lagi sibuk ya?", monolog Roby. Tanpa berpikir lama, jari-jari panjang Roby menari di layar Handphone, 'Nona Tasya apakah sedang sibuk?. Jika sibuk saya harap nona dapat membaca pesan ini secepatnya. Tuan Zaedan mengajak Anda bertemu pukul 3 sore nanti, jika Anda memiliki waktu maka segeralah beritahu saya'.

Beberapa waktu telah berlalu. Terlihat jarum pendek pada jam menunjuk angka 12, sedangkan yang panjang ke arah 6.

tok....tok....tok.

"Masuk.." suara berat dari dalam terdengar.

"Permisi bos, apakah bos sudah selesai makan siang?, 30 menit lagi kita sudah harus ada di kafe Olivia untuk bertemu Mr. Tan", setelah masuk, Roby berdiri di samping pintu.

"Hm...sudah. Ayo berangkat sekarang", balas Zaedan dengan memakai jas dan beranjak dari duduknya.

Setelah mereka ke luar dari ruang presedir, Roby mengikuti dari belakang.

"Rob, kau sudah menghubungi Tasya?", tanya Zaedan sambil berjalan menuju lift. Kini mereka sudah beriringan.

"Saya hanya mengirimkan pesan bos. Sepertinya dia sibuk, sampai tidak mengangkat panggilan telepon dari saya". Roby berusaha tenang, ia tau bosnya saat ini dalam suasana kurang baik.

"Baiklah, kabari secepatnya jika dia sudah membalas pesan mu". titah Zaedan, jika Zaedan sudah bersikap dingin seperti saat ini, siapapun rasanya enggan untuk berada dalam radius yang sangat dekat.

Ting..., lift pun terbuka.

"Oke bos, secepatnya saya kabari dan atur pertemuan bos dengan nona Tasya", ucap Roby sembari berusaha mensejajarkan posisi dengan Zaedan.

"Hmm...." hembusan nafas milik Zaedan terdengar samar.

_ _ _ _ _

Cklek...,

"Selamat datang di cafe Olivia", begitu pintu kafe dari bahan kaca terbuka. Dua pria tampan disambut seorang pegawai cantik dengan rambut dikuncir kuda.

Roby dan Zaedan berlalu begitu saja, langsung menuju meja yang telah direservasi.

"Selamat siang Mr. Zaedan dan asisten Roby", Mr. Tan menyapa dua pemuda di hadapannya sambil berdiri dan mengulurkan tangan.

"Selamat siang Mr. Tan", uluran tangan tersebut disambut Zaedan, dan hal yang sama juga dilakukan Roby.

Usai berjabat tangan, mereka duduk dan memesan minuman karena memang jam makan siang sudah lewat. Mereka berdiskusi mencari kesepakatan mengenai kerja sama pengolahan Resorts World Sentosa di Singapura.

"Baiklah, kalo begitu senang bekerja sama dengan perusahaan anda Mr. Zaedan. Secepatnya sekretaris saya akan menyiapkan berkas-berkas lanjutan terkait kerjasama ini", ucap Mr. Tan mengakhiri percakapan setelah mencapai titik kesepakatan.

Mereka pun beranjak dari tempat duduk masing-masing dan berjabat tangan kembali.

_ _ _ _ _

"Bagaimana, sudah mendapatkan balasan dari Tasya" tanya Zaedan sembari berjalan menuju mobil di parkiran.

"Sudah bos, sekitar 20 menit yang lalu. Ketika kita lagi meeting", Roby fokus dengan gawai miliknya itu.

"Lalu bagaimana mana?". Zaedan kembali bertanya karena tidak puas dengan jawaban Roby.

Mendengar pertanyaan dari Zaedan yang sedikit menekan itu, ia mengalihkan perhatiannya sembari menjawab. "Nona Tasya berpesan jika bos mau bertemu dengannya, maka kita bisa menemuinya langsung di butik sekitar pukul 4 sore. Sebab saat ini nona Tasya lagi ada customer yang memintanya berdiskusi mengenai gaun pengantin".

"Baiklah, kita langsung menunggu di sana. Kirim pesan kepada nya jika kita sekarang sedang menuju butik", titah Zaedan sambil membuka pintu mobil.

"Baik bos", ucap Roby. Ia sudah duduk di kursi pengemudi. Siap menjalankan mobil BMW 8i warna putih.

_ _ _ _ _

Begitu sampai di butik Tasya, Zaedan dan Roby langsung disuruh menunggu di ruang yang telah disiapkan sebelumnya. Namun, sudah 45 menit berlalu, yang ditunggu belum kelihatan juga batang hidungnya.

Cklek...,

"Selamat sore Tuan Zaedan dan asisten Roby", ucap Tasya. Perempuan cantik ini berjalan ringan ke arah dua pemuda yang sedang menunggunya. Mata Tasya menangkap raut wajah marah dan hawa dingin dari salah satu pemuda di depannya. Namun, ia sengaja mengabaikan. Sambil tersenyum, Tasya mengulurkan tangan hendak berjabat tangan.

"Sore", ucap Zaedan dengan menyambut uluran tangan Tasya. Tapi, ekspresi dingin konstan dipertahankan. Sedangkan Roby hanya membalas dengan senyum tipis, kala mereka duduk.

"Ada perlu apa Tuan Zaedan ingin bertemu saya?, apa ada hal penting?", tanya Tasya heran.

"Hm....iya. Saya langsung saja, jadi kedatangan saya ke sini untuk meminta anda menjadi kekasih saya, bila perlu menjadi istri saya", ucap Zaedan santai.

"WHAT!", teriak Tasya kaget. Sikap anggunnya hilang seketika. Dengan ekspresi geram, ia bertanya. "APA MAKSUD SEMUA INI!". Bahkan suaranya kian meninggi.

"Ti..tiii...tiiidaak, kau tenang dulu". Situasi malah berbalik. Zaedan yang tadinya bersikap dingin, bahkan dapat membuat orang lain takut dan segan. Sekarang malah sedikit merinding melihat hawa kemarahan terpancar dari wajah cantik milik Tasya. Selama ini ia tidak pernah mendapat perlakuan seperti sekarang dari seorang wanita. Melihat tatapan Tasya makin tajam ke arahnya, ia dengan cepat kembali berkata. "Dengarkan penjelasan ku dulu".

"Jadi kakek ku dan mama ingin sekali menjadikan kau menantu mereka. Aku juga heran, sebenarnya apa mau mereka. Aku masih belum memikirkan mengenai pernikahan atau sejenisnya. Tapi, mengingat mereka selalu mendesak ku, aku memerlukan bantuan mu". Dengan sekuat tenaga Zaedan kembali merubah sikap. Ia tak mau terlihat ciut hanya di hadapan seorang wanita.

Merasa Tasya masih menunggu penjelasan darinya, ia kembali berucap. "Aku ingin kita menikah. Kau tenang saja, pernikahan ini hanya status. Setelah dua tahun, kita dapat bercerai dan aku janji tidak akan menganggu mu. Keuntungan yang bisa kau dapatkan dari kesepakatan ini yaitu aku bakalan memperluas bisnis butik mu bagaimana?". Ucap Zaedan terdengar santai namun serius. Gayanya mirip sekali saat berhadapan dengan klien ketika membahas mengenai kerjasama bisnis.

"Apa maksudnya ini!. Aku tidak mengerti dengan semua omong kosong yang Anda ucapkan". Setelah mendengar penjelasan panjang dari Zaedan, Tasya semakin ingin meledak. Jika saja pikiran warasnya hilang, mungkin ia akan berjalan maju dan mencakar muka pria di depannya.

"Dengar ya Tuan Fadhil Zaedan Akbara yang TERHORMAT. Awalnya saya memang mengagumi Anda dengan segala kelebihan yang Anda miliki. Tapi, mendengar TAWARAN GILA yang Anda ajukan membuat saya muak sekaligus merubah persepsi saya mengenai Anda". Tasnya memicingkan matanya, tatapan tajam tetap ia sajikan. Sebenarnya Tasya sedikit terkejut dengan pernyataan tuan muda keluarga Akbara ini. Mengajak bertemu dan langsung memberikan tawaran gila. Yang membuat gadis cantik ini naik darah ialah sikap Zaedan sebelumnya ditambah perlakuannya saat ini. Benar-benar bikin pusing kepala.

APAKAH TAWARAN ZAEDAN YANG DIANGGAP GILA OLEH TASYA DITERIMA?*STAY TUNE*.

***

Author butuh support ini, caranya gampang

1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari

2. Kasih author gift

3. Komentar positif dan membangun

Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....