9 Kemarahan Alpha Shaqille Elvern.

HOSPITAL.

"Selamat siang menantu kesayangan Ayah, bukankah kau kurang sopan menyambut mertuamu dengan cara seperti itu?" Sapa Acheron Flavio seraya menghampiri Alpha Shaqille yang masih duduk sambil memegangi ponselnya, sedang salah satu pengawal pribadinya Akirra Raulin sudah maju selangkah untuk berdiri tepat di sampingnya.

"Sambutan seperti apa yang Anda inginkan?" Tanya Alpha Shaqille terdengar dingin.

"Hei ayolah Alpha, bukankah kau terlalu kaku? Lama tidak bertemu, setidaknya kita bisa minum kopi bersama." Balas Acheron Flavio dengan senyumnya, namun sorot matanya yang tajam terlihat seolah sedang meberikan Alpha Shaqille sebuah peringatan.

"Ide yang bagus, kali ini biar saya yang menentukan tempatnya, sekaligus untuk merayakan keberhasilan perusaan ASEA CORPORATION yang baru saja memenangkan tender besar." Balas Alpha Shaqille tersenyum puas, bahkan tidak memperdulikan tanda peringatan yang Acheron Flavio tunjukkan padanya, di tambah lagi saat ia melihat ekspresi Acheron Flavio yang langsung berubah gelap, nafas pria di hadapannya nampak naik turun menahan emosi, sampai akhirnya Alpha Shaqille kembali melihat senyum tipis di wajah mertuanya itu.

"Haruskah Ayah memberikanmu selamat? kau sungguh hebat, bisa membuat ASEA CORPORATION berkembang semakin pesat, sungguh pencapaian yang luar biasa, dan itu adalah tanggung jawab yang cukup besar. Ayah harap kau bisa menjaga tanggung jawab besar itu dengan baik." Balas Acheron Flavio sambil mengarahkan pandangannya kearah kamar inap yang saat ini tengah di jaga ketat oleh beberapa bodyguard Alpha Shaqille.

Untuk sesaat Alpha Shaqille menarik nafas dalam sambil mengepalkan kedua tangannya erat. Ia tahu, jika saat ini Acheron Flavio kembali mengancamnya. Meskipun Acheron Flavio tidak mengucapkannya secara langsung, namun Alpha Shaqille sangat paham dengan maksud ucapan dan tatapan Acheron Flavio yang seolah sudah mengetahui siapa sosok yang tengah terbaring di dalam sana.

"Anda tidak perlu khawatir, saya bahkan bisa menjaga tanggung jawab itu dengan sangat baik, dan sebaliknya, bukankah seharusnya anda juga harus ekstra hati-hati untuk menjaga perusahaan Anda? sebab menurut rumor yang beredar CRDN KORP sekarang sedang mengalami penurunan saham yang cukup signifikan, apa benar begitu Ayah mertua?" Tanya Alpha Shaqille seraya tersenyum sambil sedikit memiringkan kepalanya, yang kembali membuat Acheron Flavio semakin geram.

'Keparat kau Alpha, tunggu saja sampai aku melenyapkan semua orang yang dekat denganmu tanpa sisa sedikitpun. Dan terakhir, aku akan pastikan, jika tidak lama lagi, kau akan menyusul Ayahmu ke neraka.' Batin Acheron Flavio.

"Itu tidak akan berlangsung lama, sebab dengan cepat Ayah akan memulihkan semuanya. Sebelum Ayah menyingkirkan orang-orang yang sudah berani bermain-main dengan Ayah," Balas Acheron Flavio yang seolah tidak pernah kehabisan senyum di wajahnya.

"Yah, saya juga sudah tidak sabar ingin melihatnya Ayah mertua." Balas Alpha Shaqille membalas tatapan Acheron Flavio dengan sorot mata tajamnya.

Suasana nampak semakin tegang di antara mereka, tatapan tajam yang masing-masing mengeluarkan aura mematikan cukup membuat tempat itu nampak menakutkan. Aillard Wren yang sudah menempatkan tangan kanannya di balik punggungnya yang di sana terselip sepucuk senjata nampak terlihat bersiap, begitu juga dengan Azio Devian yang juga sudah memasukkan tangannya di balik jaket yang di kenakannya yang juga di sana tersimpan sebuah pistol yang selalu di bawahnya ke mana-mana. Hingga selang beberapa detik mereka masih saling beradu tatap, sampai akhirnya tatapan keduanya teralihkan saat Dokter Aldrich Alexe yang tengah berjalan dan langsung menghampiri Alpha Shaqille.

"Selamat Siang Tuan Acheron, Tuan Alpha," Sapa Dokter Aldrich Alexe seraya membungkuk untuk memberi hormat kepada mereka berdua.

"Aku harap kau bisa mengendalikan dirimu Alpha,'

Batin Dokter Aldrich Alexe seraya menatap Alpha Shaqille yang langsung menarik nafas panjang dan terlihat mengangguk pelan, sebab paham dengan arti tatapan Dokter Aldrich Alexe kepadanya.

"Drich,"

"Saya akan memeriksa Nona Azura." Ucap Dokter Aldrich Alexe yang masih menatap Alpha Shaqille dengan tatapan yang tidak biasa.

"Baiklah, aku mengerti. Silahkan." Balas Alpha Shaqille yang seolah mengerti dengan arti tatapan Dokter Aldrich Alexe.

Perlahan Alpha Shaqille menatap ke dua bodyguardnya yang masih menjaga di depan pintu kamar untuk memberi jalan kepada Dokter Aldrich Alexe yang bahkan langsung masuk kedalam ruang inap tersebut.

"Bukankah saharusnya kau berada di kamar istrimu sekarang?" Tanya Acheron Flavio saat melihat Alpha Shaqille yang tengah melangkahkan kakinya menuju kamar VVIP yang di tempati Azura Aubrey. Hingga pertanyaan itu seketika membuat Alpha Shaqille menghentikan langkahnya dan langsung membalikkan tubuhnya, menatap wajah Acheron Flavio tajam.

"Saya rasa dia lebih membutuhkan Anda sebagai Ayahnya." Jawab Alpha Shaqille.

"Apa menurutmu begitu? Jika Ayah boleh tau, siapa pasien yang berada di dalam sana, sepertinya dia orang yang sangat kau kenal, bahkan kau sampai menempatkan Bodyguardmu untuk menjaga kamar tersebut, apakah dia seorang yang sangat penting?" Tanya Acheron Flavio menyeringai yang membuat Alpha Shaqille tiba-tiba merasa sangat geram. Ia mulai melangkah kan kakinya mendekati Acheron Flavio yang masih menampakkan senyum smirknya dengan tangan yang sudah kuat terkepal, hingga akhirnya Azio Devian yang menyadari situasi tersebut langsung bergerak cepat, mengikuti langkah lebar Alpha Shaqille dan menyentuh bahunya untuk menghentikan langkah kaki Alpha Shaqille yang sepertinya sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.

"Yah, dia orang yang paling penting bagiku, dan orang yang akan aku jaga dengan nyawaku sendiri." Jawab Alpha Shaqille.

"HAHAHAHA.. kau cukup bertanggung jawab juga Alpha Shaqille, apa kau bisa menyampaikan salam dariku untuk orang yang kau anggap penting itu?" Tanya Acheron Flavio tanpa memperdulikan ekspresi wajah Alpha Shaqille yang tiba-tiba terlihat sangat memerah, hingga terdengar jelas suara gerahamnya yang saling beradu di dalam sana, sampai akhirnya suara lembut Aranka Demetria terdengar saat memanggil nama Acheron Flavio.

Sedang Alpha Shaqille yang masih berdiri di sana langsung mengalihkan pandangannya ke arah Aranka Demetria yang tengah memegangi lengan ayahnya dan kembali menatap wajah Acheron Flavio secara bergantian. Sungguh pemandangan yang membuat Alpha Shaqille merasa jijik, hingga timbul perasaan yang membuatnya ingin mengacungkan pistol ke kepala mereka berdua secara bergantian dan meledakkannya.

Dengan senyum smirknya Alpha Shaqille berpaling meninggalkan mereka berdua dan terus melangkah memasuki ruang VVIP lalu di susul oleh Azio Devian juga kedua bodyguardnya yang kembali berbaris di depan pintu kamar inap Azura Aubrey layaknya sebuah piramida berbentuk manusia.

"Bagaimana keadaannya Drich?" Tanya Alpha Shaqille seraya mendekati Dokter Aldrich Alexe yang baru saja selesai memeriksa kondisi Azura Aubrey.

"Kita masih harus terus menunggu, luka di kepalanya sangat parah, hantaman benda keras di kepalanya tidak akan membuat gadis ini bisa sembuh dengan cepat, sangat sedikit kemungkinan." Jelas Dokter Aldrich Alexe yang kembali membuat Alpha Shaqille menarik nafas panjang.

"Lalu?"

"Sebaiknya kau mulai bersiap untuk menerima gadis ini tanpa ingatannya lagi." Jawab Dokter Aldrich Alexe.

"Maksudmu, dia akan.."

"Yah.. Apa yang kau pikirkan memang benar. Adapun suatu saat dia bisa terbangun dari komanya, kemungkinan besar dia akan mengalami amnesia."

Jelas Dokter Aldrich Alexe yang sontak membuat Alpha Shaqille melebarkan matanya, dan kembali menatap sosok Azura Aubrey yang masih terbaring lemah di ranjang pasien.

Hingga tanpa Alpha Shaqille sadari, jika matanya mulai berkaca, bahkan butiran bening berhasil lolos dari pelupuk matanya, dan membasahi wajah lelahnya.

"Apa nanti dia kan amnesia selamanya?" Tanya Alpha Shaqille perlahan.

"Aku belum bisa memastikan hal itu, sebab semua tergantung pengobatan, dan keinginan gadis ini untuk sembuh. Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu sampai dia sadar dulu."

"Baiklah Drich.. Aku angin kau selalu memantaunya, aku percaya padamu Drich,"

"Lee, kau tidak perlu khawatir, aku akan menyembuhkannya." Balas Dokter Aldrich Alexe meyakinkan Alpha Shaqille.

"Terimakasih ," Balas Alpha Shaqille seraya menepuk pundak Dokter Aldrich Alexe .

Alpha Shaqille menatap lekat wajah tenang Azura Aubrey yang masih membiru dengan kepala yang masih terbalut perban, Diraihnya tangan gadis itu untuk di genggamnya.

'Kau akan baik-baik saja, kau hanya akan kehilangan ingatan yang buruk. Jika kau terbangun nanti, kau tidak perlu mengingat hal-hal yang buruk, hal-hal yang menyakitkan, yang akan membuatmu terluka.'

Batin Alpha Shaqille yang terus menatap wajah Azura Aubrey dengan tatapan nanarnya.

'Apa kau tahu? Dulu aku juga sangat berharap agar aku bisa menghilangkan semua ingatanku, ingatan buruk yang menghantuiku selama ini, yang selalu membuatku ketakutan sepanjang malam. Kau sangat beruntung, Tuhan hanya akan menghilangkan semua ingatan burukmu. Tapi bisakah aku meminta dari Tuhan agar ia tidak menghilangkan ingatanmu tentangku? Maaf jika aku bersikap egois, tapi aku ingin kau selalu mengingatku.'

Alpha Shaqille mengusap wajahnya yang mulai di basahi air mata. Sungguh respon yang tidak ia harapkan, entah kenapa hatinya merasakan sakit saat ini. Menatap wajah Azura Aubrey tidak membuat jantungnya berdebar, namun membuat hatinya sakit, perasaannya yang tidak ingin meninggalkan gadis itu sedikitpun membuatnya bingung sebab rasa ingin melindungi gadis itu sangatlah besar, bahkan Alpha Shaqille sendiri tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan saat ini.

"Lee.. Siapa gadis ini sebenarnya?" Tanya Dokter Aldrich Alexe saat menghampiri Alpha Shaqille yang masih terdiam menatap Azura Aubrey.

"Dia gadis yang pernah menyelamatkan ku waktu itu, dan dia berakhir seperti ini juga karena aku." Jawab Alpha Shaqille tanpa memalingkan pandangan matanya.

"Maksudmu, dia..?"

"Hm, apa yang kau pikirkan benar Drich,"

"Jadi dia gadis yang menggagalkan rencana Acheron untuk kembali mencelakaimu waktu itu?"

"Hm, dan lihat dia sekarang Drich," Balas Alpha Shaqille terlihat lemas.

"Lee.. "

Dokter Aldrich Alexe menepuk-nepuk pundak Alpha Shaqille perlahan, berusaha menenangkan pria itu, untuk pertama kalinya ia melihat Alpha Shaqille benar-benar merasa khawatir dengan seseorang sampai sebesar ini, dan hal itu cukup membuat Dokter Aldrich Alexe bahagia.

* * * * *

PLAAK...

Suara tamparan keras terdengar memenuhi seluruh ruangan VVIP tersebut, semua yang berada di dalam ruangan tersebut lebih memilih menutup rapat mulut mereka saat melihat kemarin Acheron Flavio saat ini yang sepertinya sedang menumpahkan kekesalan dan kemarahan pada Aranka Demetria putrinya yang bahkan kondisinya saat ini belum stabil.

Sedang Aranka Demetria hanya bisa menundukkan kepalanya, bahkan terlihat pasrah dan merima amarah Acheron Flavio saat ini. Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya yang sudah mengeluarkan darah akibat tamparan keras sang ayah.

"Apa kau akan terus disini dan membiarkan suamimu bersama jalang itu?" Tanya Acheron Flavio geram.

Mata Aranka Demetria membulat sempurna saat mendengar kalimat ayahnya, namun ia berusaha untuk menyembunyikan rasa terkejutnya itu dari sang Ayah yang saat ini sedang sangat marah.

"Maafkan dia Ayah.. "

"Kau minta maaf untuknya? APA KAU BODOH?" Bentak Acheron Flavio dengan nada suara yang mulai meninggi.

"Ayah.. Saya mohon.. "

"Ingat Aranka, Ayah tidak akan berhenti sampai kau berhasil mendapatkan apa yang ayah inginkan. Meski kau harus menukarkannya dengan nyawamu." Balas Acheron Flavio.

"AYAH.. " Teriak Aranka Demetria yang sudah terlihat putus asa.

"JANGAN BERANI MENERIAKI AYAHMU."

Balas Acheron Flavio yang kembali mengayunkan tangannya ke udara.

PLAAKK..

Suara tamparan keras kembali terdengar namun kali ini tamparan itu tepat mengenai wajah Aillard Wren yang sudah berdiri tepat di hadapan Acheron Flavio dan menyembunyikan tubuh Aranka Demetria di balik punggung lebarnya. Dan hal itu semakin membuat Acheron Flavio geram.

"APA YANG KAU LAKUKAN BRENGSEK." Teriak Acheron Flavio dengan wajah gelapnya.

"Maaf Tuan besar, Nona Aranka sedang dalam keadaan sakit sekarang, jadi... "

"Jadi kau akan menggantikan dia? Baiklah.. " Sela Acheron Flavio yang langsung melepaskan pukulan ke arah Aillard Wren tanpa menunggu Aillard Wren menyelesaikan kalimatnya.

BUUGHH..

Pukulan keras kembali mendarat di wajah Aillard Wren, bukan hanya sekali pukulan, tapi beberapa kali pukulan hingga membuat tubuh asistennya itu tersungkur ke lantai rumah sakit dengan darah yang mulai keluar dari mulut dan hidungnya.

"CUKUP AYAH.. Aku mohon hentikan." Teriak Aranka Demetria yang langsung berlari menghampiri Aillard Wren yang sedikit kesulitan untuk berdiri, meski akhirnya ia bisa kembali berdiri dengan luka di wajahnya yang cukup parah.

"Ren kau tidak apa-apa?" Tanya Aranka Demetria terlihat panik saat melihat begitu banyak darah di wajah Aillard Wren

"Tidak apa-apa Nona, ini hanya luka kecil." Jawab Aillard Wren sambil berusaha untuk membentuk senyum di bibirnya yang sudah di penuhi darah kental.

"Tsk.. Sebaiknya kau pikirkan lagi kata kata ayah. Lakukan apa saja agar ASEA CORPORATION jatuh di tanganmu." Ucap Acheron Flavio penuh penekanan dan juga ancaman. "Obati lukamu sekarang juga." Lanjut Acheron Flavio kepada Aillard Wren yang masih meringis menahan sakit pada wajahnya dan langsung berjalan mengikuti langkah Acheron Flavio yang sejak tadi berjalan keluar ruangan dan meninggalkan Aranka Demetria yang kini sedang terdiam di pinggir tempat tidurnya.

'Jadi pasien yang selama ini kau temani adalah seorang wanita, yang kau jaga dengan sangat baik. Apakah wanita itu sangat penting di hatimu? Kenapa hatiku sangat sakit saat mengetahui ini.'

Air mata seketika menetes dari sudut mata Aranka Demetria yang sudah sangat sembab, bukan tamparan keras Ayahnya yang buat ia menangis ataupun perkataan kasar sang Ayah, namun saat mengetahui kenyataan bahwa Alpha Shaqille menghabiskan hari-harinya bersama wanita lain adalah fakta yang paling menyakitkan baginya.

Sebab selama 5 tahun mereka menikah, yang Aranka Demetria ketahui, Alpha Shaqille bukanlah tipe pria yang suka bermain-main dengan seorang wanita meskipun rumah tangga mereka tidak berjalan dengan baik. Dan sebagai istrinya, Aranka Demetria sangat mengetahui sikap dingin Alpha Shaqille kepada Wanita ataupun seseorang yang ia anggap asing. Tapi sekarang, wanita itu bahkan membuat Alpha Shaqille rela menghabiskan waktu untuk menemaninya.

'Separah apa penyakit wanita itu sekarang sehingga membuatmu terlihat panik.'

Perlahan Aranka Demetria meninggalkan kamar inapnya dan langsung melangkahkan kakinya menuju kamar VVIP yang masih di jaga ketat oleh bodyguard suaminya. Kakinya terhenti di depan pintu saat semua bodyguard itu dengan kompak membungkuk untuk memberi hormat dan langsung di balas senyum oleh Aranka Demetria.

"Silahkan masuk Nyonya." Kata Akirra Raulin, salah seorang dari mereka yang dengan ramah mempersilahkan istri majikannya untuk masuk kedalam ruangan tersebut.

"Tidak, saya hanya sebentar." Tolak Aranka Demetria perlahan.

"Tapi Nyonya."

"Tidak apa-apa, saya tidak akan lama."

"Baik Nyonya." Balas Akirra Raulin sambil menatap kedua rekannya untuk sedikit bergeser, memberikan Aranka Demetria ruang.

Hati Aranka Demetria seakan meledak saat melihat pemandangan di dalam sana lewat kaca kecil yang berada di tengah pintu kamar tersebut. Di mana ia bisa melihat dengan jelas sosok Alpha Shaqille yang tengah duduk dan menyandarkan kepalanya di atas pinggiran ranjang Azura Aubrey sambil menggenggam telapak tangan gadis itu dengan posisi yang sedang tertidur pulas.

Aranka Demetria terdiam dengan air mata yang terus mengalir, namun dengan cepat di usapnya saat menyadari sosok Azio Devian yang sedang berjalan menuju ke arahnya.

"Nyonya.. "

"Ah.. Maaf.. Tadi saya.. " Ucap Aranka Demetria terbata dan langsung melangkah mundur menjauhi pintu kamar tersebut.

"Apa Nyonya tidak akan masuk kedalam?"

Tanya Azio Devian yang langsung menghentikan langkah Aranka Demetria yang tengah berjalan menuju kamarnya. Meskipun Azio Devian berharap jika Aranka Demetria tidak menampakkan dirinya dulu di sekitar Alpha Shaqille yang masih dalam kondisi hati yang buruk, sebab biar bagaimana pun, Azio Devian tidak pernah tega melihat pertengkaran antara Alpha Shaqille dan Aranka Demetria.

"Tidak, biarkan dia tidur, dia nampak kelelahan." Jawab Aranka Demetria seraya menggeleng pelan, di tatapnya wajah Azio Devian, sambil menarik nafas dalam.

"Azio, apa akhir-akhir ini Tuan Alpha makan dengan teratur?" Tanya Aranka Demetria perlahan.

"Iya Nyonya, dia selalu makan dengan teratur."

"Oh syukurlah.. " Balas Aranka Demetria kembali terdiam. Sebelum akhirnya ia kembali berbicara dengan nada pelan.

"Gadis itu.. "

"Ah dia.. " Balas Azio Devian seolah ragu dengan jawaban yang akan ia keluarkan. Dan hal itu membuat Aranka Demetria cukup mengerti, jika Alpha Shaqille tidak ingin identitas gadis yang sedang bersamanya itu di ketahui orang lain, termasuk dirinya.

"Lupakan." Balas Aranka Demetria tersenyum dan meneruskan langkahnya memasuki kamarnya sendiri.

* * * * *

Bersambung...

avataravatar
Next chapter