webnovel

Tiga

Sore hari adalah waktunya pulang bekerja begitu juga dengan Lona yang kini sudah sampai di rumah mewahnya. Dia mendengar suara seseorang yang begitu familiar di telinganya melangkah masuk ke dalam dengan cepat karena dia tahu betul suara siapa.

Sampai di ruang keluarga Ibu tirinya, Arka dan nenek Sasmita sedang berbincang-bincang dengan Paman Sam yang kini berada di luar kota. Semua manta menatap ke arah Lona.

"Paman Sam, kapan kau datang!" Ucap Alona menghampirinya lalu mencium punggung tangannya.

"Baru saja Lona, sekarang kau sudah besar dan semakin cantik keponakan Paman ini" puji Paman Sam.

"Sudahlah Paman jangan memujiku seperti itu"

"Tidak sayang, kau memang cantik, dimana Papamu?" Mengedarkan pandangannya.

"Di sini" sahutnya, menghampiri Paman dan merentangkan kedua tangannya.

Tentu saja Paman Sam menyambutnya dan saling berpelukkan.

"Kakak bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya Paman Sam, setelah melepaskan pelukkannya.

"Seperti yang kau lihat Sam"ucapnya tertawa.

Sementara Nyonya Maria dan Arka saling beradu pandang dan tersenyum devil, entah rencana apa yang akan mereka lakukan.

"Sudahlah Raul, Sam cepatlah. Aku sudah sangat lapar ayo kita makan malam dulu" lerai nenek Sasmita.

"Baiklah Bu,"

Mereka pun menuju kamar masing-masing begitu juga dengan Alona, selesai mengganti pakaian lalu di memakai bedak tipis lalu tanpa sengaja matanya menatap kalender dan mata Alona pun berkaca-kaca karena besok adalah hari peringatan ibu kandungnya. Alona begitu sedih jika mengingat hal itu setiap tahunnya, ingin rasanya dia berlari sejauh mungkin agar bisa melupakan ibunya yang entah seperti apa orangnya.

Yang Alona tahu dari nenek Sasmita jika ibunya itu adalah wanita yang kuat dan hebat, mampu melewati ujian, tetapi bagi Alona dia tidak tahu bagaimana rasa kasih sayang dari ibu kandungnya. Sedangkan ibu tirinya begitu membencinya.

"Ibu, besok hari peringatan ibu, Lona pasti akan datang mengunjungi makam ibu hiks hiks" ucap Lona dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Tiba-tiba pintu di ketuk lalu Lona mengusap kasar air matanya dan menyuruhnya masuk.

"Masuk, tidak di kunci" sahut Alona.

Pintu pun terbuka lalu masuklah Bi Rahma dan menghampiri Alona, Bu Rahma melihat Alona memegang kalender dia tahu betul jika besok adalah hari peringatan ibunya Alona.

"Non Lona, semua sudah menunggu Nona di meja makan"ucap hi rahma sopan.

"Iya Bi, terima kasih ya" ucap Alona dengan raut wajah sedihnya.

"Non Lona jangan sedih ya, besok 'kan hari peringatan Nyonya besar jadi Non Lona bisa datang ke makamnya"ucap Bi Rahma yang mengerti tentang keadaan Alona sekarang.

"Iya Bi, Lona mengerti! Iya sudah ayo Bi kita turun" ucapnya tersenyum manis, walaupun matanya agak sembab.

Bi Rahma pun menganggukkan kepalanya merek berdua pun menuruni anak tangga lalu berbeda arah Bi Rahma menuju dapur dan Alona menuju meja makan.

"Lona kemari sayang, ayo kita makan malam bersama" ajak Paman Sam.

"Iya Paman"

Alona pun duduk lalu dia mulai mengambil nasi dan lauknya, Tuan Raul melihat mata Alona agak sembab lalu dia pun bertanya kepadanya.

"Lona apa kau menangis?" Tanya Tuan Raul.

Dan sontak saja membuat semua mata menatap ke arah Alona, Alona yang di tatap seperti tersangka itupun segera menganggukkan kepalanya.

"Papa sudahlah, Lona menangis paling mengingat kematian ibunya saja"ketusnya.

"Mama kenapa sikapmu semakin hari semakin tidak ada etikanya, bagaimanapun juga ibu Alona adalah istriku juga kau menganggap itu tidak penting" ucap Tuan Raul dengan raut wajah kesalnya.

"Papa, yang namanya orang sudah meninggal, iya sudah! Untuk apa di tangis" mengerucutkan bibirnya.

"Marina, kau tidak menghargai ibunya Lona, dan harus kau ingat jika bukan keran kau merebut Raul darinya pasti dia masih hidup sampai sekarang" timpal nenek Sasmita.

"Cukup.....kalian semua tidak perlu mempermasalahkan ini, dan bibi Marina terima kasih kau telah mengingatkanku" menarik nafas dalam-dalam." Aku sudah kenyang aku akan istirahat di kamar saja" bangun dari duduknya, dan melangkah pergi.

"Lona ...Alona.." teriak tuan Raul.

"Sudahlah Raul biarkan Lona menenangkan fikirannya, lebih baik kau lanjut saja dengan makananmu. Nanti aku akan membawa makanan untuknya" ucap Nenek Sasmita.

"Baiklah, aku mengerti"

Alona sudah masuk ke dalam kamar lalu dia menaiki ranjangnya dan menangis sejadi-jadinya, karena hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.

"Ibu hiks hiks, kenapa kau begitu tega meninggalkanku sendirian Bu, Lona tidak kuat lagi Bu setiap hari keluarga kita selalu saja bertengkar Bu, hiks hiks Lona butuh ibu saat ini" ucapnya dengan air mata yang sudah membanjiri seluruh wajah cantiknya.

Terdengar suara pintu kamar Alona di buka dan masuklah Nenek Sasmita dengan Bi Rahma yang membawa malam berisi makanan. Nenek Sasmita pun menghampiri Alona yang sedang menangis, Alona tidak perduli dengan apapun.

"Sayang ayo makan dulu nak"ucap Nenek Sasmita mengusap lembut tangan Alona.

"Hiks hiks nenek kenapa dunia begitu kejam, sehingga memisahkan Lona dengan ibu hiks hiks, padahal Lona sayang sama ibu tetapi ibu telah tiada hiks hiks"ucap Alona yang menangis, sesekali di mengusap kasar air matanya.

Nenek Sasmita dan BI rahma pun saling menghembuskan nafas beratnya, merek tidak 5ahu harus bagaimana lagi menghadapi Alona yang sedang sedih seperti ini.

"Alona sayang cukup nak, kau jangan menangis lagi" ucap Nenek Sasmita.

Lalu Alona pun bangun dan memeluk Nenek Sasmita dengan erat dan penuh kasih sayang.

"Nenek terima kasih Nenek selalu ada buat Lona di saat Lona sedang sedih" ucapnya.

"Iya cucuku, Nenek 'kan sudah bilang jika kau adalah cucu kesayangan Nenek"ucapnya.

Dan juga dia sayang suatu saat nanti kau pasti akan bertemu dengannya.batin Nenek Sasmita.

Setelah pekerjaan selesai seperti biasa Bi Rahma pulang ke rumahnya dan dia pun sampai di depan pintu rumahnya, lalu membuka pintu dan masuk ke dalam.

Pandangan matanya tertuju pada kamar Aluna, dia masuk ke dalam karena rumah Bi Rahma tidak semewah rumah Alona.

"Nana, kenapa belum tidur, ini sudah malam"ucap Bi Rahma sopan.

"Bu tadi Nana tidak sempat pergi ke makam ibu kandung Nana, karena Nana sibuk membantu orang yang membutuhkan tenaga Nana hiks hiks"ucapnya dengan air mata menetes.

"Ya ampun Nana, kau jangan menangis lagi, besok 'kan kau bisa ke sana!" Ucap Bi Rahma tersenyum manis.

"Iya Bu, tetapi ibu tidak apa-apa 'kan jika Nana ke makam ibu kandung Nana?" ucapnya memastikan.

Bi Rahma pun tersenyum manis ke arah Aluna dan menggelengkan kepalanya."Tidak nak, pergilah karena besok adalah hati peringatan ibumu"

"Terima kasih ibu, Nana sayang ibu!"

"Iya Nana, iya sudah ibu akan kemar mandi dulu. Dan kau harus beristirahat ya jangan sampai kecapean Nana"ucap Bi Rahma sebelum keluar dari kamar Aluna.

"Baik Bu, tenang saja"

Bi Rahma pun meninggalkan Aluna di kamarnya dan dia membersihkan tubuhnya, sebenarnya bi Rahma sangat tahu betul, alasan apa yang di lakukan Nyonya besarnya sewaktu dulu. Sehingga dia menitipkan Aluna kepadanya sewaktu dulu.