webnovel

SME Club

~•~•

MIKAY

Ini yang ke sekian kalinya Abun merengek padaku sejak Raka mengumumkan hari ini free.

"Kay.." rengek Abun. "Ikut olahraga aja ayokk! Ada olahraga buat cewek kok. Yah yah yah!"

Aku memicing malas. "Enggak."

Abun tampak kecewa. "Gue mau barengan sama Lo loh Kay. Tapi gue gabisa math."

"Menurut Lo, gue bakal peduli soal itu?"

"Dih elo!" cibir Abun bersender ke kursi layaknya orang ngambek.

Aku tak habis pikir dengannya. Aku ngerasa ucapanku sudah cukup pedas. Kok dia gak sakit hati?

"Kayyyyy!" Abun menggoyang-goyangkan lenganku.

Aku menepis kasar. "Oke! Gue ikut. Sekarang stop ganggu gue!"

Pria itu tersenyum lebar. Berselebrasi tanpa suara dan duduk tenang dengan damai. Setidaknya seperti itu keliatan nya.

"Tapi gue tetep ikut SME." sambungku.

Abun mendengus kecewa, lagi.

~•~•~•~

Pelajaran bahasa Indonesia. Kini aku duduk dengan kawanan Nayla, dan terpisah dari Abun.

"Gue udah pilihin novel nya." ujar Nayla menyodorkan novel yang dibawanya ke tengah meja.

"My Dumb Boy?" kata Lyona membaca judulnya. "Ini tentang apa?"

"Seru tau. Ini ceritanya tentang cewek bantad ketemu cowok yang mulutnya comberan." ujar Nayla menggebu-gebu.

"Gak tertarik." ujarku datar. Semua mata menatap ku.

"Gue udah pernah baca kok. Baper gitu ceritanya." sahut Ketlyn.

"Gue gasuka cerita ginian. Alurnya terlalu flat. Terlalu mudah di tebak." opiniku.

Semua mengangguk mengiyakan. "Jadi saran novel lo apa?"

Aku menyodorkan novel yang baru ku beli kemarin. Bersampul klasik layaknya buku dongeng.

"Ini novel atau buku dongeng?" tanya Lyona.

"Novel thriller tentang dongeng yang dimodifikasi tokoh antagonisnya." jelasku singkat.

Ketlyn bergidik. Menatap Lyona seolah-olah pengen bilang, plis tolak plis.

Aku memutar bola mata malas. Ternyata seperti itu. Lyona yang dewasa, Ketlyn si penakut kayak bocah, Nayla si periang, dan aku?

Hampa.

Miris banget deh gue.

"Yaudah kita pake itu." kata Lyona memutuskan. Aku tersenyum kecil sementara Ketlyn menghembus nafas panjang.

Kringgg!

"Besok kita lanjutkan. Selamat makan siang." tukas Bu Rika langsung keluar kelas.

Detik selanjutnya semua beranjak dari kursi. Tanpa aku tentunya.

"Kay, ke kantin yuk." ajak Nayla.

"Males. Rame." ketus ku.

Tiba-tiba Abun datang, dengan teman-temannya. "Kay, Sory yah gue gak sama lo. Gue diajak temen gue nih. Lo kan udah punya temen. Titip Mikay yah."

"Wokeh Bun!" ujar mereka serempak. Aku hanya mengangguk mengiyakan.

Abun pergi bersama temannya. Tapi saat di pintu, dia menoleh padaku lalu tersenyum lebar.

Detik selanjutnya, aku mulai merasa kan aura tak enak. Aku menatap mereka yang tersenyum aneh. "Kalian kenapa?"

"Males ke kantin, atau nungguin Abun?" Nayla menaik-turunkan alisnya.

Aku memutar bola mataku malas. Lalu berdiri menarik mereka keluar kelas. Dan mereka semakin beringas menggodaku. Entah apa maksudnya.

~•~•~•~

Tawa Nayla dan Ketlyn berhasil menarik perhatian orang-orang di koridor. Aku dan Lyona harus mendengus malu. Receh sekali mereka berdua.

"Eh eh, itu ada pendaftaran club! Kesana ayok!" seru Nayla menarik kami ke tempat yang dia sebut tadi.

Aku memandang satu persatu meja tempat kakak kakak senior itu mempromosikan club mereka. Sama sekali tak tertarik.

"Mm, gue mau ikut yang model aja. Kalian gimana?" kata Nayla.

"Gue club baca buku deh." ujar Ketlyn.

"Kalau gue, um.." Lyona menjeda ucapannya. "Astrologi. Lo apa Kay?"

Aku tak langsung menjawab. Mata ku sibuk mencari meja club yang ingin ku temui. Tapi, tak ada.

"Kok SME club gaada?" tanyaku.

Mereka ikut mencari. "Eh iya yah gaada. Eh lo coba tanya ke kakak-kakak sini deh. Kita mau daftar dulu biar sempet makan ke kantin. Oke?" Ujar Nayla yang kuiyakan.

Kami berpencar. Malas bertanya, aku mengelilingi setiap meja. Tapi tak ada SME club. Saat mencari, aku tak sadar telah menubruk seseorang.

"Eh sory." ucap ku mendongak. Dan Abun yang terlihat di depan mataku. "Abun?"

"Mikay? Lo mau daftar jugak?" Aku mengangguk.

"Diujung sana club olahraga. Ayok gue daftarin." tanpa persetujuanku, Abun menarik ku.

Aku belum sempat berbicara, sementara Abun dengan lihai berbicara dengan kakak penjaga meja itu seolah sudah berteman lama.

"Bun. Lo ga serius mau daftarin gue disini kan?" aku menarik lengannya agar tak langsing menuliskan namaku di kertas pendaftaran.

"Kan lo udah bilang iya tadi?" sahutnya.

"Tapi gue mau masuk SME loh." tukasku.

"SME club khusus anak kelas 12 dek." ujar kakak penjaga itu padaku. Aku dan Abun menatapnya bersamaan.

"Jadi kelas 10 gabisa masuk kak?" tanyaku sopan.

"Kalau itu kakak gak tau. Coba deh kamu jumpai si Erik, ketua OSIS. Biar dia yang bantu nanyain ke pembina nya." kata kakak itu lagi.

Aku mengangguk mantap. Tanpa berucap lagi, aku hendak beranjak dari situ. Sebelum tangan Abun menahan pergerakan ku.

"Lo jadi daftar masuk olahraga kan?"

Cih. Gayanya itu. Bertanya sambil pasang puppy eyes. Tapi aku gak tahan sih, dia lucu.

"Yaudah terserah." sahutku cuek langsung pergi.

Tapi detik kemudian aku kembali. Aku melupakan sesuatu. "Kak Erik yang mana yah?"

~•~•~•~

Aku bersama kakak penjaga tadi pergi ke gedung sebelah dimana tempat anak-anak kelas 12 berada. Tidak begitu jauh sih.

Oya, nama kakak itu Jaquen. Dia sedikit banyak bicara.

"Anak kelas 12 dibuat terpisah gedungnya, agar tak terganggu oleh keberadaan adek-adek kelasnya. Tapi kalau apel pagi, kantin, tetep barengan kok."

Aku hanya tersenyum. Setidaknya dia melihat aku meresponnya daripada tidak sama sekali.

"Oh kebetulan orangnya dateng tuh," seru Jaquen. "ERIK!"

Yang dipanggil menoleh ke sumber suara. Erik datang menghampiri kami. Gayanya sangat berwibawa, dan rapi. Good boy.

"Ada apa?" tanya Erik.

"Ini. Kenalin anak kelas 10 namanya Mikayla," Aku tersenyum menunduk sambil bersalaman dengan Erik. "Katanya dia mau gabung SME club. Bisa gak?"

Erik menjauhkan tubuhnya seolah-olah ingin melihatku lebih jelas. Aku risih di tatap seperti itu.

"SME club khusus kelas 12 loh sebenarnya, karena materi praktek nya seputar kelas itu. Kelas bawah sih bisa, tapi kamu yakin?"

Aku mengangguk mantap. "Aku lebih tertarik ikut SME club."

Erik tersenyum paham pada Jaquen. "Kalau begitu, temui aku pulang sekolah di ruang SME. Aku akan memberimu tes, akan ku konfirmasi pada pembina."

Aku tersenyum senang sambil mengucap terima kasih. Meminta ijin untuk pergi, dan langsung cabut ke kantin.

Ada hal yang harus ku ceritakan pada mereka sepertinya.

~•~��~•~

"WHAT?! LO DIKASIH MASUK SME?! YANG BETUL AJA LAH KAU WAK?!" seru Ketlyn tak percaya. Keluar si Mael Lee.

"Lyn! Gausah teriak ih bikin malu!" cibir Nayla tak suka.

"Iya. Entar di tengok Raka tau rasa Lo!" sambung Lyona.

"Kok Raka dibawa-bawa sih?" ketus Ketlyn tak suka.

Semakin lama mereka semakin berisik. Bahkan aku belum menjawab pertanyaan Ketlyn. Tiba-tiba, Eryn n'd gengs menghampiri meja kami. Menatap kami sok sangar. Seketika kami jadi tontonan para penghuni kantin.

"Woy pelakor!" bentak temennya Eryn yang tomboy itu.

"Wah datang-datang rusuh lo anjir!" seru Nayla tak terima.

"Apa lo?! Gue gada urusan sama Lo! Gue ada urusan sama dia!" bentaknya menunjuk ku tanpa sopan.

Aku menatap sekeliling, kami jadi bahan tontonan benaran. Tapi tak ada satupun yang bergerak.

Aku meletakkan garpu ku. Melipat tangan layak nya bos. Orang kayak gitu gak guna dibentakin balik.

"Gue?" ucapku menunjuk diri sendiri.

"Gausah sok polos lu woy! Minta diremukin muka lo!" Gertaknya menunjuk wajahku.

"Lo Gausah nunjuk bangsat. Gak ngerti sopan santun?" ujar Lyona kalem.

"Lo--!"

Eryn menahan temannya itu. Lalu dia maju menghadap ku langsung. "Jauhi Abun napa? Abun itu punya gue woh nyadar diri tolong!"

"Kay. Anggap aja Lo cermin yah. Biar dia ngaca."

Aku menahan ketawa. Bukan aku aja sih, mereka juga. Eh iya, yang barusan ngomong itu Abun loh.

Eh, Abun?!

"Sejak kapan Lo disini?" tanyaku kaget.

Abun hanya tersenyum tipis. Lalu menghadap ke Eryn dengan wajah sangar. Keren.

"Pergi sana." Ketusnya kalem.

"Tapi Bun--"

"PERGI!"

Sekejap Eryn pergi bersaama temen-temennya. Akhirnya kami berhenti jadi tontonan.

"Wih gila sih masih ada aja manusia kayak mereka," cibir Nayla. "Oya duduk sini Bun, Rak."

Kami menoleh serentak. Baru sadar kalau Abun bersama Raka. Dan satu-satunya yang paling kaget adalah Ketlyn. Mendadak putri kalem dia. Tadi teriak-teriak. Dasar cewek.

"Paling habis ini, salah satu dari mereka ada yang mati." ujarku santai.

Hening. Keheningan ini mulai mencekam. Lebay.

"Oya Kay, gimana SME nya?" tanya Abun mengalihkan perhatian.

"Nanti pulang sekolah gue disuruh temui Kak Erik. Mau test masuk SME nya."

"Gue ikut." putusnya.

Aku menoleh tak paham. "Ngapain? Udah gausah."

"Gak! Gue ikut! Lo ga boleh deket deket sama pakboi yang gak lu kenal!" ketusnya posesif.

"Maksudnya gimana nih pakboi?" tanya Lyona dengan nada menggoda.

"Anggap aja semua cowok itu pakboi."

"Lo juga berarti?" sambung Nayla.

"Ya gue enggak. Kan Mikay udah kenal gue. Yakan Kay?" Abun tersenyum lebar.

Aku mendengus kesal bercampur malas. Kapan nih anak berhenti senyum ya?

Creation is hard, cheer me up!

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Like it ? Add to library!

Alinsblcreators' thoughts