1 aLea

Cast;

Jess Bauer a.k.a Jess Conte as Eleanor

Hamish Daud as Jasper

Cinta Laura as Angel

***

Saat ini, Eleanor sedang melangkahkan kakinya di belakang Angel. Mereka berdua sedang berada di salah satu night party di sebuah gedung mewah yang sudah sering mereka jumpai. Eleanor tetap saja berdecak kagum setiap melihat dekor serta a keindahan-keindahan gedung yang padahal sudah begitu familiar dalam kehidupannya.

"Hentikan tingkahmu itu, Lea."

Ungkapan tajam dengan nada lembut itu membuat Eleanor terkekeh. Eleanor tahu bahwa Angel selalu kesal dengan sikapnya yang terkesan norak dan 'kampungan' yang padahal setiap kali Angel pergi untuk menghadiri sebuah pesta, Eleanor pasti selalu diajak oleh Angel.

"Oh, ayolah, Angel, jangan tekuk mukamu seperti itu! Nanti para penggemarmu berpaling padaku. Kan sangat tidak lucu aku yang asistenmu berpaling dan menjadi sainganmu."

Angel ikut terkekeh dengan anggun mendengar penuturan Eleanor dengan muka serius. Oh ayolah, siapa yang tidak mengenal Angel sebagai anak tunggal dari CEO Raffles Grup? Bahkan Angel benar-benar rupawan seperti namanya. Dan tentu saja Angel menjadi selebriti dadakan yang membuat Angel meminta Eleanor selaku pelayan pribadinya menjadi asisten pribadinya juga. Dan setelah terkekeh, Angel benar-benar menatap Eleanor.

"Aku tinggalkan seperti biasa, oke? Jadi, jangan lakukan hal bodoh saat aku tidak ada. Mengerti?"

Eleanor memutar bola matanya kesal. Walau Eleanor tahu itu sangat tidak sopan, tapi demi Tuhan! Eleanor bukan seorang wanita dari anak terpandang seperti Angel. Jadi, untuk apa Eleanor harus menjaga sikap dan tidak bisa menjadi dirinya sendiri? Toh, Eleanor masih tahu adab dan kesopanan.

"Baiklah, baiklah. Sudah, kau pergi sana. Lihat," Eleanor mengedarkan seluruh pandangannya pada seisi gedung. "Para penggemarmu sudah sangat ingin berbincang denganmu. Jadi tinggalkan aku saja, kau tidak perlu khawatir."

Angel mengangguk dan langsung pergi meninggalkan Eleanor yang juga langsung melipir menuju sudut tempat yang sepi.

Begitu sudah berdiri dengan menyandar pada beton di belakangnya beberapa saat, Eleanor kembali menegakkan tubuhnya. Pandangan Eleanor tak bergerak sama sekali. Eleanor memerhatikan Angel dengan kagum. Toh perintah dari Tuan dan Nyonyanya juga untuk mengawasi Angel agar Angel tidak berbuat sesuatu yang merugikan. Seperti misal Angel mabuk dan menjadi salah satu penganut one night stand, contohnya.

Suara dehaman membuatnya menoleh dan tersenyum mendapati seorang pria yang menatapnya ramah. Tapi setelah itu Eleanor tak memedulikan pria itu dan kembali mengawasi gerak-gerik Angel.

"Indah."

Perkataan pria itu membuatnya menoleh lagi lalu tersenyum hangat. "Ya, indah. Tentu saja," kata Eleanor menjawab pernyataan pria itu. Tapi sayangnya Eleanor salah menangkap maksud pria itu. Tujuan pujian pria itu yang sebenarnya untuk Eleanor, bukan Angel.

"Boleh kutahu namamu, Manis?"

Pria itu menatap Eleanor dengan binar penuh ketertarikan.

Eleanor mengulurkan tangannya untuk dijabat. "Eleanor. Kau bisa memanggilku Lea."

Pria itu menerima uluran tangan itu dengan sukacita. "Jasper."

Eleanor mengangguk ramah dan kembali pada kegiatannya lagi. Memerhatikan Angel yang saat ini sedang tertawa dengan begitu menawan bersama beberapa pria disekitarnya. Eleanor tersenyum melihat pemandangan itu dan berdecak kagum. Karena walau Eleanor telah melihatnya jutaan kali tapi tetap saja Eleanor terpesona dengan pemandangan yang 'sudah biasa' itu.

Jasper, pria itu, tersadar bahwa Eleanor tidak mengacuhkannya sama sekali dan berdecak kagum pada satu sudut langsung mengikuti arah pandangan Eleanor.

"Masih saja aku tersesat dengan hal ini."

Perkataan yang keluar dari mulut Eleanor membuat Jasper kembali menatap Eleanor.

"Apa?"

Eleanor menoleh. Eleanor langsung mengutuk dirinya sendiri karena telah bersikap tidak sopan terhadap pria di sampingnya. "Ah, maaf atas ketidak-sopananku, Jasper, tapi aku benar-benar sedang tidak bisa menemanimu berbincang untuk saat ini."

"Ada apa, memangnya?"

"Aku harus mengawasi Angel."

Jasper mengernyit mendengar itu. "Kenapa kau harus mengawasinya? Ia bukan anak kecil, kan. Apa Angel wanita yang di sana itu? Yang sedang bersama beberapa pria?"

Eleanor tersenyum. "Sudah menjadi tugasku. Dan ya, wanita itu Angel."

Jasper mengangguk. "Lakukan saja tugasmu. Aku bisa menunggumu."

Eleanor mengernyit bingung lalu tersenyum dan mengangkat bahunya tak peduli.

Jasper terus memerhatikan Eleanor yang sejak tadi hanya ada pancaran kagum yang menguar dari auranya. Jasper tahu kalau Eleanor mengagumi wanita yang sejak tadi hanya menunjukkan keanggunan dan kelembutannya. Tapi yang tidak Eleanor tahu, bahwa karena aura yang Eleanor punya, beberapa pria juga sering-kali meliriknya. Walau Eleanor tidak mengenakan sesuatu yang 'wah' tapi karena aura positif yang terdapat pada gadis itu membuatnya terlihat berkilau.

"Cantik," puji Jasper dengan pandangan tajamnya namun lembut pada Eleanor.

Masih menatap Angel yang saat ini sedang mengibas helaian rambutnya, Eleanor mengangguk. "Ya. Sangat cantik," ucapnya menyetujui.

Jasper terkekeh karena lagi-lagi Eleanor salah mengartikan pujiannya yang sesungguhnya untuk Eleanor sendiri. Mendengar Jasper terkekeh, Eleanor menatap Jasper bingung.

"Ada apa, Jas?"

Jasper menepuk pelan pucuk kepala Eleanor. "Kau sangat menggemaskan."

Eleanor ikut terkekeh. Tetapi tentu berbeda dengan cara terkekeh Angel yang anggun. Eleanor terkekeh tidak ditahan yang memancing beberapa orang di sekitarnya, menatapnya.

"Aku harap aku semenggemaskan anak anjing bukan seperti babi," kata Eleanor dengan pandangan geli.

Jasper terbahak mendengar hal itu. Hal yang sangat unik untuk perempuan yang menjalani hidup mewah tapi bisa terbebas tanpa harus menjaga sikapnya dengan berlebihan.

"Aku benar-benar menyukaimu, Lea. Kau benar-benar membuatku ingin menggigit pipimu itu, tahu?"

Eleanor menggeleng mendengar hal itu. Dan kembali menatap Angel yang saat ini meliriknya sekilas.

"Oh, aku sungguh suka dan sedikit tidak suka dengan apa yang aku pandang saat ini," kata Jasper masih menatap Eleanor dengan kekaguman yang tidak disembunyikan. Tetapi sayangnya, Eleanor benar-benar masih memaksudkan apa yang Jasper bicarakan ialah Angel. Maka dari itu Eleanor ikut mengomentarinya lagi.

"Ya. Angel dengan para prianya."

"Bukan Angel maksudku, Lea."

Jasper berkata kesal dan itu menyadarkan Eleanor. Eleanor menatap Jasper dengan keheranan yang tidak disembunyikan.

"Lalu siapa?"

Jasper tersenyum. "Kau."

Eleanor menunjuk dirinya sendiri. "Aku, lagi?" Jasper menaikan kedua alisnya, membenarkan, membuat Eleanor terbahak. "Oh! Bercandamu lucu sekali, Jasper! Tapi terima kasih untuk hiburannya."

Jasper menggeleng tanda bahwa Jasper serius akan ucapannya. "Tidak, Lea, aku bersungguh-sungguh dengan apa yang aku ucapkan."

Eleanor masih menggeleng tak percaya. "Oh, ayolah, Jas! Seluruh dunia pun tahu kalau aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Angel."

"Aku tahu," Jasper membenarkan. "Tapi tidakkah kau sadar bahwa kau mempunyai aura yang bisa membuat pria manapun melirikmu, Lea?"

Eleanor tersenyum mendengar hal itu. "Baiklah, Jas. Apa yang sebenarnya kau inginkan?"

Jasper mengerutkan kening tanda berpikir. "Apa maksudmu?"

"Apa yang ingin kau ketahui tentang Angel."

"Bagaimana dengan tentangmu?" Jasper mengangkat sebelah alisnya.

"Oh?" Eleanor sedikit terkejut lalu terkekeh pelan. "Jujur saja tidak ada yang menarik tentangku, Jasper. Akan kuceritakan sedikit tentang Angel."

Jasper mengangguk paham. "Tapi yang aku ingin tahu itu mengetahui tentangmu, Lea. Bukan tentang Angel."

Eleanor tertawa lagi. "Oh, Jasper! Kumohon, hentikan!" Eleanor menunjuk arah Angel berada dengan mengalihkan pandangannya menatap Angel. "Lihatlah ia. Begitu mempesona. Berkilau seperti berlian. Hanya orang buta yang mengatakannya jelek. Tidak mungkin tidak ada yang menyukainya. Cantik, anggun, ditambah dengan sikap lembutnya. Tentu itu nilai tambahan dengan sendirinya, kan? Sedangkan aku?" Eleanor kembali menatap Jasper seolah menyuruh Jasper untuk membandingkan Eleanor dengan Angel. "Tidak ada yang perlu diketahui tentang aku, Jasper."

Jasper mengangguk. "Aku setuju denganmu, Lea. Tapi aku tertariknya padamu, bukan pada Angel."

Eleanor terkekeh menatap Jasper dengan geli. "Tidak, tidak. Ayo katakan padaku apa yang sebenarnya kau inginkan."

"Bagaimana dengan nomor ponselmu?"

Eleanor kali ini menghentikan kekehannya dan menatap Jasper begitu terkejut. Eleanor benar-benar tak percaya dengan apa yang keluar dari mulut Jasper.

"Kali ini bercandamu tidak lucu, Jasper."

Jasper menatap Eleanor dengan dalam. "Aku tidak mengatakan kalau aku sedang bercanda, Lea.." Jasper mendengus. "Kau yang selalu menganggap kalau aku bercanda dan main-main."

Eleanor tertegun menatap Jasper. Sejujurnya saja baru kali ini ada yang menggodanya tanpa bertanya atau membahas apa hubungannya dengan Angel. Dan Eleanor sedikit kikuk saat ini sampai ada yang memanggilnya tiba-tiba.

"Lea!"

Seseorang memanggil Eleanor dengan nada geram. Eleanor mengalihkan pandangannya dan mencari seseorang yang memanggilnya. Dan di sana, Eleanor melihat seorang pria yang berjalan ke arahnya dengan tergesa. Sangat mudah mengetahui kalau pria itu benar-benar menunjukan emosi kemarahan yang besar.

"Demon, ada apa?"

Pria itu, Demon, langsung mencengkram lengan Eleanor keras. "Apa yang telah kukatakan sebelumnya, Eleanor?"

Eleanor mengernyitkan keningnya bingung. "Apa yang kaukatakan? Maaf, aku tidak mengingatnya, Demon."

Demon mengguncang tubuh Eleanor dengan keras. Sekeras Demon mencengkram lengan Eleanor.

"Apa yang sering kukatakan padamu, Eleanor?"

Eleanor semakin menukik alisnya tanda bahwa Eleanor benar-benar tidak memahami situasi yang sedang terjadi. Eleanor tahu bahwa Demon benar-benar murka karena telah menyebutkan namanya dengan lengkap 2 kali sejak tadi. Akan tetapi Eleanor sungguh tidak tahu dengan kesalahan apa yang telah Eleanor lakukan hingga Demon bisa begitu murka pada Eleanor seperti ini. Memangnya, apa yang sering Demon katakan selain tentang hal Angel?

Tunggu.. Angel?

Eleanor mengedarkan pandangannya mencari Angel di posisi terakhirnya yang Eleanor lihat. Angel masih di sana dan berbincang dengan beberapa orang pria.

"Angel di sana, Demon," Eleanor menunjuk posisi Angel berada dengan dagunya karena lengannya yang dicengkram erat-erat oleh Demon membuatnya tak bisa menggerakan kedua tangannya. "Dan sejak tadi ia tidak melakukan macam-macam, kok. Ia tidak mengambil minuman berkadar alkohol apapun juga. Jadi apa yang harus dikhawatirkan?"

Demon semakin menatap Eleanor tajam. "Apa? Kau, bilang apa, Eleanor?"

Jasper menatap Demon aneh dengan kernyitan keningnya yang dalam. Bagaimana bisa ada pria yang memperlakukan wanita dengan begitu kasar seperti ini? Tidak hanya menyakiti secara fisik, tapi Jasper tahu kalau hati Eleanor sedikit sakit yang entah karena apa.

"Demon, sungguh, aku tak tahu apa yang telah kuperbuat. Jadi bisakah kau langsung saja jelaskan padaku?"

"Kenapa kau membiarkannya berkeliaran sendiri seperti itu, Lea!!!!"

Tidak hanya Eleanor, Jasper juga beberapa orang sekitar mereka tersentak mendengar perkataan yang lebih mirip umpatan itu.

Jasper sekarang benar-benar tidak menyukai pria bernama Demon di depannya ini. Dengan gerakan terlatih, Jasper berhasil melepas cengkraman Demon dari lengan Eleanor meninggalkan bekas merah yang tercetak jelas pada lengan Eleanor. Eleanor sedikit meringis karena merasa lengannya akan patah, sedangkan Demon menggeram tak suka.

"Apa-apaan, kau?!"

Jasper membalas tatapan dan geraman tajam itu dengan mendesis. "Kau yang apa-apaan, Brengsek!"

Demon hendak membalas Jasper tapi langsung diurungkannya begitu mendengar suara lembut seorang wanita.

"Demon?"

Demon membalik tubuhnya dan menemukan Angel menatapnya dengan senyum heran.

"Kau datang," ujar Angel dengan pernyataannya. "Kenapa kau membuat keributan di sini, Demon?"

Demon hanya diam tak menjawab. Sedangkan Jasper mendengus melihat kelakuan Demon yang langsung tak berkutik.

"Tidak, Angel, tidak ada apa-apa," kata Eleanor karena sadar kondisi kalau Demon tak akan menjawab apapun dengan pertanyaan yang diberikan oleh Angel.

Tapi sayangnya Angel tak mau melepaskan sesuatu hal yang terjadi sebelum dirinya mengintruksi tadi.

"Oh ya? Tapi kupikir tidak begitu.." Angel menatap Jasper tertarik. "Dan siapa, kau?"

Jasper tersenyum kecil. "Kau tentu tahu siapa aku, Angel."

Angel mengangguk anggun. "Tentu, kalau begitu kuganti pertanyaannya. Mengapa kau bisa berada di sini? Bersama mereka?"

Jasper mengangkat bahunya santai. "Aku tadi sedang berbincang dengan Lea sampai pria ini datang tiba-tiba dan memarahinya."

Angel menatap Eleanor penuh arti yang dibalas dengan tundukan kepala Eleanor. Karena Eleanor tahu bahwa Angel menyukai Jasper makanya Angel menatapnya penuh arti seperti itu tanda bahwa Eleanor tidak boleh mengusik Jasper. Seperti halnya dulu saat Angel baru pertama kali bertemu dengan Demon.

Yah, Angel dengan segala apa yang ia punya.

Eleanor rasanya ingin sekali terkekeh saat ini tapi sangat tidak memungkinkannya bagi Eleanor untuk melakukannya. Tidak, tidak, Eleanor tidak benci atau marah atau iri pada Angel. Eleanor juga sadar dan tahu akan dirinya sendiri. Karena sampai kapan pun, Eleanor tetaplah Eleanor. Tetap hanya akan menjadi bayang-bayang Angel. Eleanor tidak akan pernah menjadi sama atau setara seperti Angel.

Karena Angel akan selalu menjadi pusat perhatian semua orang. Bukan dirinya. Bukan Eleanor.

Dan selamanya hanya akan menjadi Angel. Lagi, lagi, bukan Eleanor.

"Ayo kita pulang, Angel."

Ucapan Demon membuat Eleanor kembali fokus pada dirinya sendiri. Ah, aku harus pulang sendiri lagi...

Tapi apa yang diucapkan oleh Angel selanjutnya membuat Eleanor sangat ingin egois kali ini. Sayangnya pandangan itu tak luput dari Jasper karena sejak tadi Jasper hanya fokus dan memerhatikan Eleanor.

"Aku sebenarnya masih harus berbincang, Demon. Tapi, bisakah kau mengantar Lea pulang?"

Jasper yang tahu bahwa ternyata walau sikap Eleanor terlihat bebas namun sebenarnya terkukung dengan adanya seorang Angel dan sudah pasti akan dilakukan oleh Eleanor karena yang meminta Angel walau Eleanor harus tersakiti, langsung mengambil sikap tanda bahwa Jasper benar-benar tertarik pada Eleanor saat ini.

"Biar aku yang mengantarnya pulang."

Demon kalau yang tadinya kesal dengan sikap pria yang tidak diketahuinya ini, menjadi senang dan terlihat bersahabat pada pria itu.

"Ide bagus. Ayo, Angel, aku yang akan menemanimu."

Sedangkan Angel yang harus tetap pada sikap anggun dan lembutnya langsung mengangguk dan tersenyum.

"Kalau begitu jangan sampai Lea pulang larut, Jasper. Aku tidak ingin ia sampai membuat rumah heboh lagi," kata Angel terkekeh. "Kami permisi kalau begitu."

Eleanor hanya menatap kepergian Angel dengan perasaan bersalahnya. Eleanor tahu sekali kalau sebenarnya Angel ingin pulang dengan pria bernama Jasper di sebelahnya ini.

"Jadi kau mau pulang sekarang, Lea?"

Eleanor mengalihkan pandangannya pada Jasper. Tersenyum canggung, Eleanor menjawabnya. "Aku bisa pulang sendiri, Jas."

Jasper menarik salah satu alisnya ke atas. "Aku tipe pria betanggung jawab, Lea," Jasper tersenyum. "Dan aku akan mengantarmu pulang. Seperti kataku tadi."

Eleanor hanya menghela napasnya pasrah. Tambah lagi satu orang kaya dengan sikap 'pemaksa' dihidupnya.

***

Eleanor mengetuk pintu kamar di depannya sebelum memasuki kamar itu yang Eleanor yakin bahwa Angel, sang pemilik kamar, masih bergelut dalam mimpinya.

Tapi teriakan menyuruhnya masuk membuatnya terkejut dan buru-buru untuk masuk.

"Kau pulang pukul berapa, Angel?" Eleanor langsung bertanya begitu tahu bahwa Angel telah duduk di depan kaca riasnya.

Angel tersenyum dan menatap Eleanor melalui kaca riasnya.

"Aku langsung pulang tadi malam dengan Demon. Kau yang pulang jam berapa, Lea?"

Eleanor langsung menggaruk lengannya seraya meringis tak enak. "Aku sampai di rumah sekitar jam sebelasan."

Angel terkejut mendengar hal itu. "Apa!? Apa yang kau lakukan sampai bisa pulang pukul segitu, Lea??"

Eleanor langsung menggelengkan kepalanya dengan kencang, sampai Eleanor merasa pusing sendiri, tanda bahwa tidak ada apapun tentang dirinya dengan Jasper yang saat ini sedang disukai oleh Angel.

"Aku bersumpah tidak ada apapun semalam, Angel. Aku hanya berbincang dengan Jasper."

Angel menatap Eleanor dengan alis terangkat lalu mengangkat bahunya tak acuh. Eleanor langsung merasakan perasaan lega luar biasa begitu melihat Angel tak memper-masalahkannya. Eleanor kini berharap kalau Angel tidak bertanya macam-macam lagi tentang semalam, maka dari itu lebih baik Eleanor mengalihkan obrolan mereka.

"Lalu, sekarang kau ingin ke mana, Angel?" Eleanor melihat jam pada dinding di atas kaca rias Angel yang masih menunjuk pada jarum kecilnya diangka 7 dan jarum panjangnya diangka 3. "Sepagi ini?"

Angel terkekeh malu. "Aku akan kencan. Tolong carikan pakaian yang cocok untuk kegiatan luar, Lea."

Eleanor melihat pipi Angel yang merona dan itu membuat Angel semakin terlihat cantik lagi.

"Kali ini dengan siapa?"

Angel hanya mengedipkan sebelah matanya yang malah membuatnya lucu bukan menggoda.

"Nanti kau juga tahu."

***

Sudah 4 bulan berlalu dan Angel masih saja berkencan dengan orang yang misterius. Sudah 4 bulan ini juga Angel tak mengajaknya ke pesta karena Angel pergi bersama dengan pria yang menjadi kencannya selama 4 bulan ini. Tapi, di hari yang masih siang ini Eleanor telah bersama Angel untuk menghadiri sebuah pesta lain lagi. Setelah 4 bulan berlalu kini akhirnya Angel mengajak Eleanor kembali.

Dan Eleanor menjadi salah satu alasan seorang pria yang hadir di sini hanya untuk melihat Eleanor, menyeringai senang karena wanita di samping Eleanor, yaitu Angel, tidak mengkhianati perjanjian mereka yang telah pria itu buat dengan Angel 4 hari yang lalu.

"Lea, aku tinggal seperti biasa, ya?"

Eleanor menggeleng tegas mendengar permintaan itu. "Tidak, tidak. Aku tidak mau dimarahi oleh Demon, lagi, Angel."

Eleanor bahkan masih sering bergidik merinding saat tahu bekas cengkraman Demon baru hilang memar dan sakitnya setelah 2 minggu lebih berlalu. Dan Eleanor tentu tidak mau kejadian itu sampai terjadi 2 kali.

Angel tersenyum lembut, menenangkan. "Aku ingin menghampiri Demon, oke. Kau lihatlah ia di sana sedang berdiri menungguku."

Oke, Angel jujur. Maka dengan terpaksa Eleanor mengangguk tanda Eleanor percaya dan mengijinkan Angel. Angel langsung meninggalkan Eleanor, seperti biasa.

Setelah memastikan kalau Angel memang bersama dengan Demon, Eleanor mengedarkan pandangannya. Eleanor mencari pohon rindang yang bisa melindunginya dari sengatan panas matahari yang terlihat cukup bersahabat. Dan Eleanor menemukannya dekat dengan toilet dan stan-stan makanan.

Oh, what a perfect spot!

Eleanor langsung melangkahkan kakinya ke sana. Setelah di sana, Eleanor langsung mengambil minuman air mineral karena Eleanor sungguh merasakan tenggorokannya kering.

Eleanor sekarang memerhatikan Angel yang sedang dirangkul oleh Demon dengan mesra dan posesif. Eleanor tersenyum senang walau hatinya sedikit sakit tapi jujur, Eleanor ikut merasakan aura kebahagian dari Angel dan Demon.

Demon. Pria yang paling gigih dan terlihat benar-benar serius pada Angel. Di antara ratusan pria yang mendekati Angel memang Demon-lah yang paling bisa membuat Angel setidaknya keluar dari sikap anggun dan lembutnya itu. Eleanor tahu kalau Angel memang tidak berpura-pura bersikap lembut walau terkadang ucapannya begitu pedas tapi tetap saja itu tidak menghilangkan sisi kelembutan dari Angel sendiri. Dan Eleanor juga tahu bahwa Angel dituntut untuk bersikap anggun di mana pun yang membuat Angel memaksa Eleanor untuk mengikutinya ke manapun karena hanya dengan Eleanor, Angel merasa santai dan diterima dengan apapun sikapnya. Dan Demon, orang kedua sekaligus pria pertama yang membuat Angel bisa merasakan bebas seperti bersama Eleanor. Dan untuk ke sekian kalinya, Eleanor harus mengalah akan 'perasaannya', lagi, terhadap pria.

Tidak hanya Angel, Eleanor pun sejujurnya tertarik dan menyukai Demon. Tapi, ya, segala apa pun untuk kebahagiaan Angel, Eleanor akan melakukannya. Sekalipun itu untuk mengubur perasaannya.

"Kita bertemu lagi, Lea."

Eleanor mengangkat kepalanya dan tersenyum mendapati Jasper tersenyum manis ke arahnya seperti pertemuan pertama mereka dulu.

"Ah, Jasper, bagaimana kabarmu?"

Masih dengan senyuman ramahnya, Jasper menjawab pertanyaan Eleanor sangat antusisas. "Baik, Lea. Sangat baik bahkan saat ini. Lalu bagaimana denganmu? Sudah lama tidak bertemu sejak pesta terakhir empat bulan yang lalu, kan?"

Eleanor tersenyum canggung dan berbisik pada Jasper. "Oh, kita hanya berdua saat ini. Bahkan kemarin lusa kita masih bertemu," Eleanor tercenung sesaat. "Dan bisakah kita tidak melanjutkan hubungan ini, Jasper? Aku tidak bisa untuk lebih membohongi Angel lagi. Itu akan semakin menyakiti Angel."

Jasper kalau yang tadinya merasa bahagia langsung down begitu mendengar kalimat-kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut Eleanor. Jasper menatap Eleanor tidak suka. Memang sejak sebulan yang lalu Jasper bertemu dengan Eleanor, Jasper meminta kontak Eleanor dan meminta Eleanor untuk berhubungan dengannya tanpa diketahui siapapun. Eleanor yang terbiasa dengan hal itu tentu langsung menyutujui membuat Jasper bertanya mengapa Eleanor bisa begitu saja langsung menyetujuinya. Dan jawaban dari Eleanor membuat Jasper ingin mengutuk dan memaki semua orang yang bahkan tidak dikenalnya. Eleanor mengira kalau Jasper ingin mendekati Angel dan tak ingin Angel salah paham karena Jasper yang menjalin hubungan tersembunyi dengan Eleanor yang sebenarnya hanya ingin mengetahui segala hal tentang Angel melalui Eleanor, seperti beberapa pria yang pernah mendekati Angel dan karena hal itu juga yang membuat Eleanor sering terkena murkaan dari seorang Demon. Tapi Jasper hanya membiarkannya saat itu tanpa tahu bahwa dampaknya akan seperti ini. Bahkan bisa jadi Eleanor menganggapnya mempermainkannya walau memang Jasper sedikit mempermainkan Eleanor. Tapi demi Tuhan, selama mereka berhubungan, Jasper tak pernah menyinggung tentang Angel. Dan percakapan-percakapan mereka pure, murni, tentang mereka. Tentang Eleanor dan Jasper. Ya walaupun Eleanor terkadang menyinggung Angel, tapi itu pada awalnya saja. Seterusnya, Eleanor terlihat nyaman dan lepas berhubungan bersamanya. Tidak menyinggung tentang Angel yang ini dan Angel yang itu, lagi.

"Kenapa, Lea?"

Eleanor menunduk merasakan perasaan bersalah yang Eleanor sadari dipertemuan terakhir Eleanor dan Jasper, karena tahu ternyata Angel juga memiliki hubungan dengan Jasper dan saat menceritakan tentang Jasper kemarin, Angel terlihat sangat menggebu dan bahagia. Sudah ingat kalau Eleanor memprioritaskan Angel di atas segalanya, kan?

"Hubunganmu dan Angel.." Eleanor menelan salivanya. Jujur saja Eleanor sangat bingung harus berkata apa saat ini. Perkataan apa yang bagus untuk melanjutkan perkataannya yang terpotong dan menggantung itu? Eleanor menghela napasnya. "Dengar, Jasper, aku selalu mementingkan kebahagiaan Angel atas segala sesuatu. Tak peduli bahwa yang ia lakukan salah atau tidak, tapi aku tak mau menjadi alasannya untuk tidak bahagia. Kumohon, mengertilah."

Mendengar perkataan perkataan yang keluar dari mulut Eleanor semakin membuat Jasper geram. Lalu tanpa disangka oleh Eleanor, Jasper langsung mencium Eleanor dengan segala kefrustasiannya. Sedangkan Eleanor memejamkan matanya, berusaha untuk tidak membalas serangan ciuman Jasper itu. Karena tanpa sadar pun, Eleanor lebih merasakan perasaan sakit saat mendengar Angel menceritakan tentang Jasper dengan antusias dibandingkan saat Angel menceritakan tentang Demon.

Tapi Jasper terus mencium Eleanor dengan menuntut agar setidaknya Eleanor mau membuka mulutnya. Ciuman yang akhirnya berubah menjadi sangat lembut dan begitu merayu Eleanor setelah awalnya ciuman itu terkesan kasar walau tak menyakiti.

Eleanor menelan ludahnya tanpa sadar saat akhirnya Eleanor luluh dengan apa yang Jasper lakukan dan akhirnya membuka mulutnya. Mengijinkan Jasper untuk masuk dan berbagi saliva juga menautkan lidah mereka.

Eleanor sangat ingin mengerang. Astaga! Ciuman pertamanya! Ini ciuman pertama Elanor!

Jasper melepaskan Eleanor dan menatap Eleanor yang masih memejamkan kedua matanya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Sialan!"

Jasper mengumpat dan menggeram mengerikan membuat Eleanor tak ingin tuk membuka matanya. Melihat Eleanor yang tidak kunjung membuka matanya untuk menatap Jasper setelah mendengar makiannya, membuat Jasper menyeringai dan menatap tajam Eleanor membuat Eleanor merasa matanya telah dicongkel karena tatapan menusuk itu. Tanpa banyak basa-basi dan ba-bi-bu lagi, Jasper mengangkat Eleanor ke bopongannya. Eleanor yang terkejut spontan membiarkan kelopak matanya terbuka.

"Turunkan aku, Jasper!"

"Jasper!"

"Jasper, lepaskan aku!"

Jasper tak memedulikan Eleanor yang mulai berontak dalam dekapannya.

Eleanor mengernyit bingung begitu Jasper membawanya ke sebuah rumah di samping tempat pesta acara itu berada. Apalagi para pelayan dan bodyguard yang menunduk hormat terhadap Jasper. Meski kebingungan, Eleanor tak bertanya akan kebingungannya itu. Eleanor hanya terus meminta diturunkan. Akhirnya permintaanya dikabulkan setelah Jasper membawanya ke salah satu kamar. Kamar yang begitu maskulin. Mendengar bunyi pintu yang dikunci membuat Eleanor terperanjat.

"Jasper, biarkan aku pergi kumohon."

Jasper menyeringai dan masih menatap Eleanor tajam.

"Jasper, kumohon."

Jasper langsung tertawa mendengar rengekan Eleanor. "Tidak!" Jasper menghentikan tawanya secara tiba-tiba. "Kau tidak akan kulepaskan dan kubiarkan lagi, tahu! Kau akan tetap di sini bersamaku, Lea."

Eleanor masih menatap Jasper dengan memohon. "Aku tidak bisa, Jasper. Kumohon lepaskan aku. Angel akan mencariku, nanti."

"Angel, Angel, Angel, Angel, Angel, Angel, Angel dan selalu Angel! Kenapa kau harus selalu memikirkan Angel, Lea!"

Eleanor menelan ludahnya gugup. Sialan, Eleanor benar-benar merasa aneh pada tubuhnya melihat Jasper yang memarahinya dan terus menatap tajam. Eleanor merasa panas dan gatal dibeberapa bagian tubuhnya. Belum lagi tubuhnya yang merinding tetapi bukan karena takut. Ya! Seharusnya Eleanor merasa takut, bukan? Tapi mengapa Eleanor malah merasa aneh? Perasaan macam apa ini sebenarnya?

"Jasper, kumohon.. Angel... aku benar-benar tidak bisa mengkhianati ia seperti ini."

Mendengar itu bukannya membuat Jasper merasa tenang, aura Jasper malah semakin menyeramkan. Jangan lupakan seringai kejam yang akhirnya Jasper tujukan pada Eleanor.

"Kau akan kuhukum karena selalu memikirkan Angel, Sayang." Eleanor tersentak dan semakin merasakan perasaan aneh itu. Perasaan ingin disentuh. "Dan aku katakan, kau tidak akan ke mana-mana. Kau akan tetap di sini, bersamaku. Karena kau tahu, apa?" Eleanor semakin menelan ludahnya dan sangat gelisah dengan tatapan Jasper. Jasper menyeringai dan mulai berjalan mendekati Eleanor yang ikut mundur tiap kali Jasper maju. Sampai akhirnya Eleanor tidak bisa mundur lagi karena terhalang beton di belakangnya.

"Kau milikku."

Jasper langsung mendekap dan memagut bibir Eleanor dengan begitu mesra. Terus menerus mengeksplor bibir Eleanor yang belum membuka mulutnya, mengijinkan untuk Jasper masuki. Jasper terus membelai bibir Eleanor. Mengecup singkat, menjilat, lalu melumatnya. Terkadang juga Jasper menggigit kecil bibir Eleanor membuat Eleanor susah untuk tidak meleguh. Apalagi sekarang Jasper memainkan tangannya. Menyentuh Eleanor dengan bibirnya yang masih mencumbu dan merayu agar bibir Eleanor terbuka.

Sampai akhirnya Jasper gemas karena Eleanor bertahan sekuat tenaga untuk tidak membuka mulutnya padahal Jasper telah menyentuh Eleanor di mana-mana dan kadang meremas lembut, sekarang Jasper dengan gemas semakin mengencangkan remasannya pada payudara Eleanor membuat Eleanor mau tak mau membuka mulutnya dan berhasil. Eleanor membuka mulutnya disertai leguhan kenikmatan. Jasper menyeringai senang akan sikap Eleanor yang responsif terhadap sentuhannya.

Lalu Jasper mengarahkan tangannya ke arah pusat Eleanor yang ternyata sekarang telah basah. Jasper mengerang dan memasukan satu jarinya ke dalam inti Eleanor.

"Kau basah di sini, Sayang," Jasper mendesah lembut di telinga Eleanor sebelum akhirnya mengecup cuping telinga Eleanor dan menjilatnya dengan sensual.

Dan Eleanor menyerah. Eleanor benar-benar tak bisa menahannya lagi. "Sentuh.. engh! Jas..pher, tolong, ahh.. aku sss-shangat merasah.. panas sekarang.. ugh."

Jasper tersenyum lembut sekarang karena menyadari bahwa Eleanor telah takhluk di bawahnya dan mengecup pipi Eleanor sekilas sebelum akhirnya mengabulkan permintaan Eleanor.

***

"Jasper!" Eleanor berteriak lantang yang dibalas geraman oleh Jasper. Jasper semakin merasakan kenikmatan begitu milik Eleanor memijat miliknya di sana dengan sangat erat. Jasper tidak menghentikan gerakan tubuhnya sama sekali membuat Eleanor semakin merasa ingin meledak lagi. Tapi Eleanor hanya diam dan mengikuti alur yang dibuat oleh Jasper. Setelahnya Jasper langsung mengerang dan menghentikan gerakannya begitu kejantanannya berkedut-kedut dan menyemburkan sperma-nya dalam-dalam seolah Jasper menginginkan Eleanor hamil anak mereka.

"Lea, ya Tuhan!"

Lalu Jasper menindih Eleanor yang sudah akan terlelap tapi Eleanor sudah tidak begitu peduli lagi dan semakin menutup matanya agar Eleanor benar-benar terlelap.

Sadar akan tidak adanya pergerakan dari Eleanor, Jasper mengangkat tubuhnya dan menumpu tubuhnya dengan siku.

Jasper tersenyum melihat Eleanor yang sudah terlelap langsung mengecup seluruh wajah Eleanor dengan sayang. Dengan begitu perlahan, Jasper melepaskan miliknya dari milik Eleanor takut membuat Eleanor tak nyaman atau yang lebih parah malah terbangun. Apalagi menyakitinya mengingat Jasper pria pertama yang menyentuh sampai titik terdalam dari seorang Eleanor. Melihat semua tanda di tubuh Eleanor yang Jasper buat juga bercak darah di sekitar sprai, paha Eleanor, pahanya, juga kejantanannya membuat perasaan Jasper semakin membuncah. Eleanor miliknya. Benar-benar miliknya. Eleanor milik Jasper. Dan Jasper tak akan membiarkan pria lain menyentuh Eleanor mulai sekarang.

Jasper membaringkan tubuhnya setelah mengambil selimut lalu menyelimuti dirinya sendiri juga Eleanor. Ditariknya Eleanor ke dalam dekapan Jasper. Jasper tersenyum melihat Eleanor yang benar-benar kelelahan karena percintaan panas mereka dan terus menerus mengecup kepala Eleanor dengan sayang. Bahkan dengan sialannya kejantanan Jasper seolah tak puas akan kehangatan dan jepitan vagina Eleanor, membuat kejantanan Jasper itu masih saja dalam tegangan tinggi. Tapi Jasper tahu kalau Jasper tak boleh egois untuk membiarkan Eleanor bernapas setelah kehilangan mahkotanya juga beristirahat.

Jasper semakin mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Eleanor dan hendak menyusul untuk beristirahat tapi dering panggilan pada ponselnya membuat Jasper berdecak.

"Ya?"

"Apa yang kau lakukan, Sialan!"

Jasper menjauhkan ponselnya mendengar makian dari suara lembut itu yang terdengar lucu dan benar saja. Nama Angel tertera di sana. Jasper terkekeh mendengar umpatan itu.

"Sudah kubilang kalau aku akan memilikinya dengan cepat, kan, Angel. Lalu mengapa kau masih bertanya apa yang aku lakukan?"

"Brengsek!!! Eleanor masih perawan, sialan! Di mana kalian? Ke mana kau membawa Lea?"

"Sudahlah, Angel, aku akan menikahinya, segera. Dan kau cukup untuk tidak ikut campur kali ini! Aku sudah cukup kesal karena kau menyembunyikannya dengan tepat. Ditambah kau benar-benar membuatku marah karena menutupi dirinya dariku dan tak mengijinkanku bahkan untuk sebuah nomor ponsel Lea. Kau juga menutup segala akses agar aku bisa menjangkau Lea. Tapi kau kumaafkan karena menepati janjimu."

"Kau yang sialan, Jasper! Kau pikir aku tak tahu kalau kau telah sangat berani bertemu dengannya secara sembunyi dan meminta nomor ponselnya secara langsung dan menyuruh Lea untuk tutup mulut! Asal kau tahu saja, tentu aku harus menjauhkannya dari segala macam keparat bajingan brengsek sepertimu! Ya, aku memang sengaja menutup semua akses agar kau tidak bisa dapat mendekati Lea, kuakui itu. Tapi melihat kesungguhanmu selama tiga bulan membuatku membiarkan kalian berhubungan secara sembunyi. Tapi lihat sekarang yang terjadi. Kau telah berani mengambil Lea lebih dulu tanpa sebuah proses, dasar Brengsek!! Awas saja sampai kau tidak bertanggung jawab atas Lea! Aku akan membunuhmu secara perlahan! Dan soal janji, asal kau tahu. Aku menyesal menjajikan hal itu padamu. Ingat, Jasper, aku akan benar-benar membunuhmu kalau sampai terjadi sesuatu pada Lea!!!"

Jasper terdiam mendengar itu lalu menyeringai.

"Apa itu semacam restu untukku, Angel?"

"BRENGSEK!"

Dan sambungan itu diputus oleh Angel tanpa mendengar tawa Jasper yang sudah membahana.

Jasper kali ini memutuskan untuk benar-benar tidur setelah mematikan ponselnya agar bisa siap menghadapi kemarahan Eleanor besok.

***

Saat ini Angel telah berada bersama dengan Eleanor yang menunduk dan Jasper yang menatapnya tajam setelah tadi Jasper menghubungi Angel via pesan singkat karena Eleanor yang bersikap aneh.

Ya, begitu Eleanor terbangun Jasper baru saja keluar dari kamar mandi tetapi Eleanor hanya bilang kalau Eleanor ingin pulang dan meminta melupakan apa yang telah terjadi dengan mereka semalam. Tentu saja Jasper geram bukan main. Setelah beberapa saat berdebat, akhirnya Jasper tahu bahwa Eleanor hanya ingin tidak menyakiti Angel yang langsung Jasper hubungi agar segera datang ke mansion Jasper.

Angel menghela napasnya. "Lea...."

Eleanor langsung mengangkat kepalanya dan duduk bersimpuh di depan Angel. "Angel, sungguh, maafkan aku, Angel!"

"Lea! Apa yang kau lakukan?!"

Jasper dan Angel membentak tak suka dengan sikap Eleanor.

"Aku-aku, Angel, aku..." Eleanor menelan ludahnya dengan gugup sampai akhirnya memberanikan diri untuk berbicara pada Angel.

"Aku mencintai Jasper, Angel."

Ucapan Eleanor membuat Jasper dan Angel tersenyum dalam hati.

"Tapi aku akan menjauhinya kalau kau mau. Ingat, aku akan melakukan hal apapun untukmu. Jadi kumohon jangan marah padaku."

Jasper menggebrak meja dengan keras untuk meluapkan emosinya.

"Sialan kau, Lea!!!"

Eleanor kembali menunduk membuat Angel tersenyum.

"Jasper juga mencintaimu, Lea."

Eleanor mengangkat kepalanya untuk menatap Angel yang tersenyum hangat seperti biasanya. Dan seketika Eleanor tersadar kalau selama ini Angel juga melindunginya dengan berpura-pura tertarik pada setiap pria yang disukainya.

"Lea, sebelumnya maafkan aku," Angel mengganti raut wajahnya lebih serius. "Sebenarnya Jasper memang sering menanyakanmu dan meminta nomor ponselmu. Tapi tidak kuberikan karena aku tahu bagaimana ia luar dalam. Tapi setelah melihatnya begitu serius terhadapmu, kubiarkan kau berhubungan dengannya di belakangku. Lalu seminggu yang lalu aku membuat perjanjian dengannya kalau aku akan membawamu ke pestanya tanpa memberitahunya kalau aku tahu kalian sudah saling berhubungan di belakangku tanpa aku ketahui."

Jasper menyahuti pernyataan Angel. "Ya! Dan karena itu aku harus bersabar menunggu, Lea! Bahkan hanya untuk nomor ponselmu!"

Eleanor menatap Angel dan Jasper tak mengerti. "Apa maksudnya?"

Angel tertawa. "Astaga, Lea! Sudahlah. Intinya, aku tidak mencintai bahkan menyukai Jasper. Jadi silahkan saja ambil dan memilikinya."

Eleanor menatap Angel yang sudah berdiri bersiap untuk pergi.

"Sudah lah, aku pergi dulu. Aku tidak mau membuat Demon menunggu lebih lama lagi. Aku duluan."

Eleanor masih menatap Angel yang mulai berjalan ke arah pintu. Bahkan Eleanor masih melihat ke arah pintu yang telah menelan Angel.

Jasper menggeram tak suka. Dan geraman Jasper membuat Eleanor mengalihkan perhatiannya.

"Aku masih tak mengerti, Jasper. Kumohon biarkan aku pulang bersama Angel."

Jasper dengan seenaknya mengklaim Eleanor. "Kau milikku, Lea. Sekarang dan selamanya akan tetap begitu, seperti itu. Dan aku tak akan mebiarkanmu pergi."

"Tapi aku harus mendengar penjelasan Angel."

"Tidak, Lea. Kau hanya kuperintahkan untuk memikirkan keadaanmu sekarang. Kau tentu ingat kalau aku sama sekali tak mengenakan pengaman, kan. Bagaimana jika kau hamil?" Jasper berucap dengan kearoganannya dan keangkuhannya menandakan kedominanannya.

Eleanor tertegun mendengar itu.

Jasper menarik Eleanor dan menaruhnya di atas pangkuannya. Jasper menatap Eleanor dengan dalam dan tegas yang dibalas dengan pandangan tak mengerti oleh Eleanor.

"Menikah denganku, Lea."

Eleanor menatap Jasper dengan mulutnya yang sedikit terbuka. Apa-apaan maksud dari perkataan Jasper? Kalau Jasper pikir dengan melamarnya masalah akan selsesai maka Jasper salah. Eleanor tak merasa tersanjung sama sekali dengan lamaran dadakan ini.

Jasper merangkum wajah Eleanor. "Lea, kumohon, jangan membuatku merasa bersalah," kata Jasper seolah mengetahui isi pikiran Eleanor. "Aku sungguh ingin memilikimu, Lea. Aku ingin mengikatmu di hadapan Tuhan, orang tuaku, saudara-saudariku, keluargaku, dan semua orang agar mereka tahu kita saling memiliki."

Jasper ingin mengutuk dirinya sendiri atas ucapannya. Sial, dari mana ia mendapatkan kalimat-kalimat itu?! Jasper memejamkan matanya, menghalau keinginannya untuk memaksa Eleanor-nya agar mau menikahinya. Tadinya Jasper memang ingin memaksa Eleanor tak peduli pada apapun jawaban Eleanor, tapi ternyata susah sekali untuk memaksakan kehendaknya pada gadis-nya yang telah berhasil menguasai dirinya.

Ya, rencananya Jasper ingin menguasai Eleanor ternyata yang terjadi malah sebaliknya. Eleanor benar-benar berhasil membuat Jasper menggila.

"Tapi, Angel," Eleanor menunduk. "Aku hanya butuh penjelasan dari Angel untuk memutuskan, Jasper."

Jasper rasanya ingin memukul kepala Eleanor agar Eleanor lupa ingatan. "Kau tadi telah mendengar penjelasannya, Lea, apalagi yang ingin kau ketahui?"

Eleanor diam saja. Ya, apalagi yang Eleanor inginkan dari penjelasan Angel? Angel sendiri tadi bilang padanya kalau Jasper mencintainya, kan? Angel juga bilang kalau Angel tak memiliki perasaan apapun pada Jasper.

Astaga, sebenarnya apa yang ada di otakku?

Eleanor merasa dirinya seperti kehilangan kewarasannya.

"Lea, kau ingin anak kita lahir tanpa ada ikatan? Maksudku kau tak keberatan kalau anak kita lahir tanpa kita memiliki status?"

Pertanyaan dari Jasper membuat Eleanor secara refleks menggelengkan kepalanya. Walaupun selama ini Eleanor hidup di daerah yang melegalkan seks bebas dan tinggal bersama anak walau tak memiliki status hubungan yang jelas, sebenarnya Eleanor salah satu penganut prinsip 'no sex before marriage'. Yah, walaupun sekarang Eleanor telah melanggar prinsip hidupnya itu tapi Eleanor tetap takkan melakukan kesalahan lain seperti membiarkan anaknya terlahir tanpa kedua orang tuanya terikat status yang secara sah.

"Apa sebenarnya kau tak memiliki perasaan khusus padaku, Lea?"

Eleanor langsung menatap Jasper dan dengan mantap menjawab tidak. "Aku benar-benar mencintaimu, Jasper."

"Lalu di mana masalahnya?"

"Aku hanya ragu."

Jasper mengerutkan keningnya. "Ragu? Ragu pada apa? Ragu padaku?"

Eleanor menggeleng cepat lalu tersenyum. "Oke, ayo kita menikah."

Jasper tersenyum dan mengecup kening Eleanor lama membuat Eleanor juga tersenyum.

***

Pernikahan yang dibuat meriah itu membuat Eleanor kesal.

"Kenapa, Sayang?"

Eleanor menatap Jasper dalam. "Kurasa kita sudah sepakat untuk membuat acara pernikahan kita secara sederhana, Jasper."

Jasper mengangguk membenarkan ucapan istrinya. Banyak yang telah mereka berdua bahas tentang acara pernikahan mereka, dan Jasper memang menyetujui usulan Eleanor untuk membuat acara pernikahan mereka secara sederhana. Dan Jasper mewujudkannya, lalu kenapa Eleanor terlihat tidak senang? Jasper menatap Eleanor bingung.

"Jas, aku memang tak keberatan kalau kau mengundang semua kolegamu di acara pernikahan kita. Tapi acara ini masih terlalu mewah bagiku. Aku merasa, bukan aku yang memiliki acara pernikahanku sendiri, Jas. Kupikir kau telah memahami sederhana versiku, ternyata aku salah."

Eleanor menunduk. Ini yang Eleanor takutkan. Dirinya terlalu berbeda jauh dengan Jasper. Jasper dengan segala yang 'melekat' pada tubuhnya cocok dengan gadis seperti Angel, bukan Eleanor. Memang, kalangan atas hanya cocok dengan kalangan atas pula itu sebabnya Eleanor tak pernah muluk dalam tipe pria idamannya. Eleanor, secinta apapun dulu Eleanor pada Demon, Eleanor tak pernah sekali pun memimpikan untuk bisa berdampingan dengan Demon. Mengharapkannya pun Eleanor tak berani.

Jasper mengangkat dagu Eleanor agar bisa menatap wajah yang sedang menunduk itu. "Maaf, memang seharusnya aku membicarakannya padamu lebih dulu tentang konsep pernikahan ini, Lea. Tapi aku sungguh tak bermaksud apapun. Aku telah mengatakan pada wedding organizer yang mengurus acara pernikahan kita untuk membuat acaranya sederhana dan sesakral mungkin, sesuai keinginanmu. Aku sungguh-sungguh minta maaf kalau ternyata acara ini tak seperti yang kau harapkan."

Eleanor tersenyum. Eleanor harap, bukam senyum miris yang Eleanor perlihatkan. Eleanor seharusnya sudah tahu dengan menikahi Jasper, maka kata sederhana pun akan menjadi mewah apabila berhubungan dengan orang seperti Angel dan Jasper. Walaupun beberapa tamu ada yang Eleanor 'kenal' mengingat betapa seringnya Eleanor menemani Angel untuk pergi ke pesta dan beberapa acara, tetap saja itu tak menjadikan Eleanor setara dengan mereka. Bahkan beberapa tamu sempat mengatakan kalau ini pernikahan kontrak atau 'balas budi' karena Jasper merayakan pernikahannya secara sederhana menurut mereka.

Eleanor mengerjab merasakan sentuhan lembut pada pipinya yang Eleanor yakin ialah Jasper.

"Jangan melamun, Sayang. Kalau kau mau, aku bisa kembali membuat acara pernikahan kita kembali sesuai keinginanmu."

Eleanor segera memeluk Jasper. Jasper membalas pelukan itu lalu mengecup puncak kepala Eleanor dan menahan pinggang Eleanor. Jasper yakin Eleanor sangat lelah dengan sepatu hak tinggi yang dipakainya. Jasper mengusap punggung Eleanor. Eleanor melepaskan pelukannya sebelum mengecup pipi Jasper.

"Jangan khawatir, aku tidak apa-apa, Jas. Kau tak perlu cemas seperti itu."

Jasper menggeleng. "Tidak, Lea, katakan saja keinginanmu."

Eleanor menggeleng dan membiarkan lengan Jasper yang masih melingkari pinggangnya. Eleanor merenung. Seharusnya ia tak perlu sesensitif seperti ini karena Eleanor tahu kalau Jasper tak bermaksud untuk merendahkannya atau apapun. Jasper tulus saat mengatakan hal itu. Toh salahnya juga saat Jasper bertanya tentang konsep seperti apa yang diinginkannya Eleanor hanya menjawab simpel, sederhana, dan sakral. Padahal Jasper sudah berulang kali menanyakannya pada Eleanor. Eleanor tahu mungkin dirinya yang berlebihan, tapi Eleanor benar-benar merasa kalau Eleanor tak sepantasnya mendapatkan pria seperti Jasper.

"Tidak perlu, Jas. Aku sudah terlalu banyak meminta tanpa memberikanmu apapun."

"Tolong katakan padaku, Lea. Pernikahan kita sekali seumur hidup dan aku tak ingin kau tak memiliki kesan pada pernikahanmu sendiri. Jadi kumohon, tolong katakan idemu itu."

Eleanor mengusap pipi Jasper. "Oke, tapi aku memiliki beberapa syarat yang lainnya lagi. Tapi jika kau keberatan, aku tak masalah, Jas."

Jasper terkekeh. "Lagipula, kata siapa aku memberikannya secara cuma-cuma?"

Eleanor memelototi Jasper membuat Jasper gemas hingga mencuri satu ciuman dari bibir Eleanor.

"Jadi kau perhitungan pada isterimu sendiri?"

"Aku bercanda, Sayang. Jadi bisa kita langsung membahas apa yang sedang ada di pikiranmu itu?"

"Tapi aku benar-benar tidak apa-apa, Jas. Aku merasa berlebihan untuk masalah sepele seperti ini."

Jasper menggeleng tak setuju. "Tidak ada yang berlebihan kalau itu tentangmu, Sayang. Kau lah yang telah memberiku banyak, maka ijinkan aku untuk memberimu kali ini."

Eleanor sebenarnya tak menyangka akan mendapat respons seperti ini. Tapi Eleanor memang memutuskan untuk jujur akan suasana hatinya pada pria yang telah menjadi pasangannya ini. Kejujuran salah satu kunci dari sebuah hubungan menurut Eleanor. Dan dengan adanya kejujuran, komunikasi 2 arah seperti ini jadi meluruskan hal-hal negatif yang ada di pikiran dan lebih mengurangi kesalah-pahaman pada pasangan.

Eleanor benar-benar berharap segalanya baik-baik saja dan percaya atas harapannya itu.

avataravatar
Next chapter