webnovel

All Different (saat status sebuah hubungan berubah)

Lani dan Vian tak pernah menyangka jika status mereka akan berubah dengan cepat. Vian Dirtha laki laki yang bebas dan suka berpetualang tak pernah membayangkan jika ia akan hidup dalam satu atap bersama Lani. Wanita yang tak bisa ia sentuh dan ia jamah seperti wanita wanita diluar sana. Lani Ailani terpaksa menerima pernikahannya dengan Vian karena ia memiliki hutang budi yang besar pada keluarganya. Lani tak berharap banyak dari pernikahan ini karena Vian sendiri masuk dalam sosok laki-laki yang ia benci. . . . . . . "Sekali ia tak setia,sekali ia selingkuh tak ada jaminannya ia takkan mengulangi hal itu kembali. Karena ia melakukan semua itu secara sadar." "Aku ingin mencobanya tapi aku takut, karena aku tau dia wanita yang membenci laki laki seperti ku." Vian dan Lani adalah dua orang yang hidup di dunia yang berbeda. Untuk sebuah persahabatan mungkin itu bukan sebuah masalah tapi untuk pernikahan tentu itu adalah tantangan besar bagi mereka.

audyamira_2217 · Urban
Not enough ratings
11 Chs

Pernikahan itu...

Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan menguras emosi akhirnya Vian sampai didepan pintu apartemennya.

Perasaan Vian terasa campur aduk sekarang, ia merasa takut, khawatir dan juga merasa sangat bersalah. Vian takut ini adalah kesempatan terakhir yang telah ia sia siakan dan membuat mimpi buruknya menjadi sebuah kenyataan.

Gelap itulah penyambutan yang ia dapat begitu memasuki apartemennya. Terbesit rasa takut dihati Vian, bagaimana jika Lani tak pulang kesini, bagaimana jika Lani...

Vian membelah kegelapan itu dengan langkah lebar, ia tak menghiraukan ruangan yang gelap gulita yang ia inginkan hanya memastikan Lani ada dirumah ini, di kamarnya.

Krieett...

Kamar Lani sama gelapnya dengan ruangan yang lain dirumah ini, hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari tirai jendela yang sepertinya sengaja dibiarkan sedikit terbuka.

Vian mendekati tempat dimana Lani terbaring. Ada sedikit kelegaan mendapati wanita ini bisa tertidur dengan pulas.

Vian sedikit mengulas senyum diwajahnya lalu duduk di lantai tepat disamping tempat tidur Lani.

Melihat wajah cantik alami yang dimiliki Lani membuat Vian tak berhenti tersenyum, dimatanya Lani adalah wanita tercantik. Sepertinya tuhan menciptakannya tanpa cacat dimata Vian, hidung,mata,pipi dan bibir itu selalu menggoda dimata Vian.Salah satu harapan Vian selama ini adalah bisa mencium Lani dan menyentuhnya seperti ia menyentuh wanita lain,ya katakanlah ia memang laki laki brengsek yang selalu menjadikan tubuh Lani sebagai fantasinya tapi itu bukan hal yang salah bukan mengingat ia adalah seorang laki laki normal.

Tangan Vian terulur untuk menyentuh bibir berwarna pink alami itu,tapi ia urungkan. Dan berpindah mengelus pucuk kepala Lani.

"Maaf ." Hanya itu kata yang keluar dari mulut Vian.

Tangannya terus mengelus kepala Lani sedangkan mata Vian fokus ke arah lain.

"Maaf Lan." Ucap Vian lagi dengan wajah yang ia benamkan ke arah kasur.

"Ukhhh." Kesal Vian pada dirinya sendiri.

Rupanya hasrat yang tadi tak tertuntaskan kembali menyeruak dalam diri Vian.

"Kali ini gak papa kan, kalo gue nekat. Toh dia sudah jadi istri gue dan gue suaminya. Gakpapakan." Ucap batin Vian merasa tak bisa lagi menahan dorongan hasrat dalam dirinya.

Akhirnya sedikit demi sedikit Vian mulai bangkit, tangannya kembali terulur menuju bibir Lani. Dan akhirnya jari jemari Vian menyentuh bibir Lani dengan sedikit gemetar. Lembut itulah yang jemari Vian rasakan dan tanpa sadar Vian....

Cupp...

Vian mengecup bibir Lani sekali setelah itu ia memperhatikan wajah Lani karena takut tiba tiba Lani akan terbangun. Vian tersenyum senang begitu Lani tak menunjukkan tanda tanda akan terbangun jadi Vian pun kembali menyatukan bibirnya dengan bibir Lani. Disini Vian tak melakukan apapun bahkan begitu bibirnya menyentuh bibir Lani yang lembut Vian hanya diam. Ia hanya membiarkan bibir itu menempel.

"Akh gila gue, kalo Lani sadar..." Vian menyudahi aksinya,ia menyadari sesuatu yang Lani tak sukai yaitu bau yang menempel ditubuhnya.

"Ukhh baunya nempel banget." ungkap Vian begitu mencium kemejanya yang sudah memiliki wangi berbeda yaitu wangi parfum wanita tadi.

Vian akhirnya memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu dan menuntaskan hasrat yang tadi tertunda dengan tangannya sendiri.

Tadi Vian berhasil menolak ajakan wanita itu, Vian sudah bertekad tak mau lagi menyentuh apa yang membuat Lani membencinya, ia tak mau kesempatan yang ia dapat selalu berakhir sia sia karena sekarang Vian sadar ia tak mau Kehilangan wanita bernama Lani Ailani.

. . . . .

Sementara itu...

"Vian,kemana nih tumben gak kesini." Tanya Reno yang baru saja memasuki tempat hiburan malam itu. Hanya terlihat ada Akbar dan Erik disana.

"Gak tau tuh anak, udah tobat kali." Jawab seorang laki laki berkaos hitam yang tengah duduk bersama seorang wanita, namanya Akbar .

"Cih, loe kira laki laki model kayak dia bisa tobat." Ejek laki laki berkemeja biru, Erik.

"Menurut gue sih bisa, kalo dia sadar jika hanya Lani yang ia butuhkan dalam hidupnya." Bela Reno dengan asap rokok yang mengepul di bibirnya.

"Lagian Ren, loe kenapa sih harus mundur buat dapetin si Lani. Ya menurut gue, loe lebih pantas daripada Vian." Ucap Erik yang disusul dengan anggukan setuju dari Akbar.

"Gue tahu gue jauh lebih baik dari Vian, dan gue juga sadar Vian gak pantes untuk seorang Lani. Tapi gue gak mau maksa seseorang untuk hidup dalam dunia yang gak ia inginkan."

"Ya loe bener sih Ren jangan sampai loe kayak gue, pernikahan gue gagal ya karena gue gak bisa memaksakan diri gue untuk hidup dalam dunia yang bukan dunia gue." Ungkap Akbar yang memang pernah menikah.

"Dulu gue pikir hanya dengan cinta,hanya karena kita saling mencintai kehidupan pernikahan gue akan baik baik saja. Tapi dengan seiring berjalannya waktu banyak hal yang tak bisa diselesaikan hanya dengan cinta. Contohnya cara dia memandang kehidupan yang hanya dari jendela kemewahan sedangkan gue memandang dari jendela dengan sudut yang berbeda." Sambung Akbar yang kini mengabaikan wanita disampingnya, sampai sampai wanita itu pergi.

"Ya sepertinya gue sama loe senasib ya,Bar. Makannya Rik, nanti kalo loe mau nikah. Jangan hanya mengandalkan perasaan cinta tapi banyak hal yang menjadi pertimbangan lain. Loe harus banyak belajar dari gue dan Akbar ya kalo Vian sih kasusnya berbeda."

Ya Reno pun sama pernah merasakan kehidupan bernama pernikahan tapi harus kandas begitu saja karena beberapa perbedaan yang tak bisa disatukan.

"Kalian tahu gak karena kebanyakan cerita buruk tentang pernikahan dari kalian buat gue semakin pesimis bisa nemuin wanita yang sejalan sama hidup gue." Protes Erik yang mulai serius menanggapi pembicaraan dari Akbar dan Reno.

"Pernikahan gue sama Reno kandas memang karena perbedaan. Tapi Rik,semua orang memang awalnya hidup dalam dunianya sendiri dan begitu loe jatuh cinta, otomatis dunia loe akan berubah, sedikit demi sedikit kehidupan loe pasti berubahkan. Jika segala perbedaan dan kekurangan loe bersama pasangan bisa diterima itu akan melahirkan dunia yang baru, tapi jika loe gak bisa menerima perbedaan dan kekurangan itu,loe sama pasangan loe gak bisa melahirkan dunia yang baru itu. Kalian akan tetap hidup didunia kalian masing-masing."

"Kalo salah satunya mengalah, itu bisa kan. Berkorban gitu," tanya Erik.

"Bisa tapi gue jamin akan ada saatnya loe pasti cape loe muak harus hidup dijalan yang bukan jalan loe. Ya kalo pasangan loe mau mengerti sih bagus kalo enggak, kayak gue tersiksa karena mengikuti gaya hidup sang mantan." Akbar selalu merasa kesal saat mengingat kehidupan pernikahannya yang terasa seperti neraka.

Intinya menikah itu bukan hanya menyatukan dua hati tapi menyatukan dua kehidupan yang tadinya berbeda jalan, berbeda pandangan dan berbeda prinsip. Mengubahnya menjadi kehidupan yang bisa dijalani dengan bersama sama, memandang dunia dengan cara yang sama dan tentu saja memiliki tujuan yang sama, yaitu bahagia bersama.