webnovel

Chapter 8.1 : Beginning of Invasion Part 1

Tabula Spatium, sebuah benda yang muncul secara misterius di dua tempat. Benda misterius itu hanya berbentuk seperti sebongkah batu yang tidak berharga, tetapi sebenarnya, Tabula Spatium merupakan hal yang sangat krusial.

Tabula Spatium bisa dibilang sebuah tablet yang memiliki fungsi sebagai kunci penghubung antar dimensi yang berbeda, tetapi jika tablet itu hancur, maka kedua dimensi akan saling terhubung secara permanen. Walaupun mirip seperti bongkahan batu, Tabula Spatium memiliki struktur yang mudah hancur, sehingga jika tidak berhati-hati maka Tabula Spatium akan hancur.

Sayangnya, kedua Tabula Spatium yang berada di Darkness World serta dimensi misterius telah hancur, hal itu menyebabkan munculnya sebuah gerbang yang menghubungkan kedua portal itu. Gerbang yang berada di Darkness World terletak di Rebellion Hill, wilayah Tenggara dari Kekaisaran Nagrand. Namun, belum ada seseorang yang menyadari keberadaan gerbang itu, termasuk Ryuga.

Bahkan skill dan sihir milik Alice Vasilissa, salah satu orang terkuat di Darkness World, tidak mampu mendeteksi kemunculan gerbang yang dihasilkan dari hancurnya kedua Tabula Spatium.

Tidak hanya Alice, bahkan entitas yang lebih kuat dari Alice di Azaroth tidak mampu mendeteksi keberadaan gerbang yang menghubungkan antar dimensi.

Alice telah membubarkan rapat di ruang takhta, kini Ia berada di kamarnya. Dengan pakaian yang sama, Alice membaringkan diri ke tempat tidur miliknya yang cukup luas. Alice bahkan melompat ketika berada di depan tempat tidur, karena ia sudah sangat merindukan tempat tidurnya.

Tidak lupa Alice juga sedikit menekan kepalanya ke permukaan bantal yang sangat empuk, ia bahkan terlihat seperti seseorang yang tidak pernah merasakan sensasi berada di tempat tidur. Hal itu wajar, mengingat Alice menghabiskan sebagian besar waktunya berada di luar kamar tidur.

Lebih mudahnya, Alice tidak memiliki waktu untuk berbaring di tempat tidur miliknya yang sangat nyaman.

Sebenarnya berbaring juga cukup penting, karena itu bisa mengistirahatkan atau menenangkan pikiran serta hati yang sudah terlewat panas. Alice juga cukup sering panas baik di dalam hati maupun pikiran, terutama ketika menjalankan atau membuat rencana untuk menguasai dunia.

Alice sedikit mengangkat kepalanya, lalu mengendus bantalnya. Tentu saja, ada beberapa wewangian yang terpancar dari tempat tidur Alice. Itu wajar, mengingat Alice memiliki banyak maid yang terus membersihkan kamarnya secara rutin.

"Hmmm, harum seperti biasa,"

Tetapi Alice tidak pernah memiliki sebuah magic item yang mempunyai efek sebagai pengharum benda atau pun ruangan.

Lalu bagaimana cara maid memberikan pengharum?

Itulah pertanyaan yang muncul di benak Alice, tetapi ia memutuskan untuk tidak memikirkannya lebih jauh. Jika Alice memikirkannya lebih jauh, maka pikiran Alice tidak akan bisa beristirahat.

Tetapi Alice tiba-tiba merasa bahwa ia kehilangan koneksi dengan salah satu undeadnya.

"Huh?, Mungkin saja dia masuk ke jurang,"

"Biarlah,"

Karena terlalu lama berbaring, tanpa sadar Alice tertidur di dalam kamarnya. Umumnya, entitas kuat seperti Alice tidak memerlukan istirahat atau tidur untuk mengisi tenaga, tetapi karena dahulu Alice seorang manusia, maka mungkin saja sisi manusianya masih terbawa.

Alice juga tertidur sembari memeluk guling dengan erat.

Di sisi lain, beberapa orang terlihat tengah mengobrol di sebuah koridor lantai 12, tidak jauh dari ruang takhta.

Mereka adalah Exypno, Arina, Aeter, Karen, Astaroth serta Floor Guardian lantai tujuh.

"Baik, kita akan membahas beberapa hal," Ujar Exypno sembari sedikit menekan bridge kacamata miliknya.

"Apa itu Exypno?" Aeter bertanya dengan ekspresi penasaran.

"Lebih baik kita langsung ke intinya saja," Karen berbicara sembari bersandar di dinding korridor.

"Baik, ini berkaitan dengan stabilitas dimensi ini,"

"Hmmmm... Apa yang terjadi?" Arina bertanya dengan ekspresi sedikit tegang.

"Universe Item yang sudah diatur untuk menjaga dimensi ini, tiba-tiba saja hancur,"

Exypno, Arina, Aeter, Karen, Astaroth dan Floor Guardian lantai tujuh seketika terkejut mendengar hal yang disampaikan oleh Exypno..

"Bukankah kita harus melaporkan ini kepada-Nya?" Exypno bertanya.

"Tidak bisa, Dia sedang berada di dalam kamarnya, kita tidak bisa mengganggu-Nya," Aeter menjawab pertanyaan Exypno.

"Bukankah Dia pencipta kita semua?, Seharusnya Dia sudah mengetahui hal ini, bahkan mungkin ia sudah mengetahuinya sejak lama bahwa akan terjadi seperti ini," Arina menjelaskan.

"Ta-tapi.... Bagaimana jika kita tetap memberitahunya? I-ini suatu pencegahan agar Dia tidak kecewa nantinya," Astaroth memaparkan pendapatnya.

"Benar, Aku setuju dengan Tuan Astaroth," Ujar Floor Guardian lantai tujuh.

Umumnya, jabatan Floor Guardian lebih rendah dari Eptagram Guardian. Tetapi itu hanya berlaku untuk Floor Guardian lantai satu hingga tujuh. Mereka juga tidak akan segan-segan untuk menyebut Tuan atau Nona kepada entitas yang memiliki jabatan diatasnya.

Di sisi lain gerbang yang muncul di Rebellion Hill, banyak pasukan iblis serta undead telah berkumpul di tengah padang rumput. Mereka semua berbaris sejajar, dan jumlah pasukan itu diperkirakan sekitar 120.000. para undead yang berada dalam pasukan tersebut pada umumnya adalah undead tipe monster atau Beast Undead.

Umumnya, undead diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Yaitu :

1. Skeletal Undead

2. Beast Undead

3. Humanoid Undead

Serta beberapa jenis lainnya. Selain memiliki klasifikasi, undead juga memiliki beberapa tingkatan juga.

Mythical Undead adalah tingkat tertinggi dari suatu undead. Mereka memiliki level di angka sekitar 150. Level 150 adalah sebuah level tertinggi dari seluruh entitas, tanpa membedakan asal usul entitas tersebut. Namun hal itu tidak berlaku bagi beberapa entitas seperti Alice atau Arina.

Untuk saat ini, Arina memiliki level 150 karena Alice memasangkan suatu item untuk mencegah Arina naik level. Tentu saja suatu pemberontakan hampir mustahil terjadi di Azaroth, tetapi Alice masih berpikir cukup paranoid. Ia tidak ingin ada seseorang yang mendekati levelnya saat ini, karena bisa menjadi suatu ancaman.

Mayoritas Beast Undead di dalam pasukan itu adalah makhluk yang memiliki nama Putredo Canis.

Putredo Canis memiliki tiga kepala berbentuk anjing di sisi kanan dan kiri, lalu kepala yang berada di tengah memiliki bentuk seperti macan. Tetapi seluruh warna kulit Putredo Canis memiliki warna ungu.

Bahkan di bagian kepala, banyak kulit yang sobek, serta beberapa bola mata yang keluar dari tempatnya. Bisa dibilang bola mata itu seolah-olah bisa lepas kapan saja. Kulit Putredo Canis juga memancarkan bau yang sangat busuk, karena itu merupakan kulit busuk.

Tubuh Putredo Canis memiliki ukuran cukup besar, tetapi di bagian tubuhnya banyak terdapat sobekan hingga titik dimana tulang dari Putredo Canis juga terlihat. Bahkan, sekitar 40% tubuh dari Putredo Canis tidak tertutupi oleh daging serta kulit.

Putredo Canis juga memiliki empat kaki yang sangat kokoh dengan cakar tajam di setiap jarinya. Tidak lupa juga ada ekor berwarna merah yang terletak di atas anus Putredo Canis.

Jika dilihat lagi, penampilan Putredo cukup mengerikan, terlebih lagi untuk seseorang yang belum pernah bertemu undead sebelumnya. Andaikan saja ada seseorang bertemu dengan Putredo Canis, lari adalah hal yang sangat realistis.

Tetapi lari hanya bisa menyelamatkan nyawa untuk sesaat, karena Putredo Canis memiliki kecepatan lari hingga 90 kilometer per jam. Bisa dikatakan lari adalah usaha terakhir yang sia-sia jika bertemu Putredo Canis.

Putredo Canis adalah makhluk asli dari sisi lain gerbang di Rebellion Hill. Bahkan, Azaroth tidak memiliki Putredo Canis. Jika saja Alice mengetahui ada makhluk seperti ini, maka jiwa kolektornya bisa dipastikan akan bangkit.

Putredo Canis memiliki tinggi tubuh sekitar 2,5 meter, lalu panjang tubuhnya berkisar lima meter. Jika ekor juga dihitung, maka panjang Putredo Canis adalah tujuh meter

Sekitar 50.000 Putredo Canis sudah dipersiapkan untuk melakukan ekspedisi ke Darkness World.

Selanjutnya ada Delirious.

Delirious adalah seekor makhluk dengan bentuk burung yang memiliki ukuran cukup besar. Delirious memiliki tinggi sekitar empat meter, dengan dua pasang sayap yang berada di punggungnya.

Panjang bentang masing-masing sayap dari Delirious berukuran sekitar 4,5 meter.

Delirious memiliki warna bulu berwarna hijau yang dipadukan dengan warna merah pada bagian perut hingga kakinya, serta di bagian bawah dari sayapnya. Terdapat pula berbagai corak sederhana berwarna perak di sekitar sayapnya.

Delirious juga mempunyai ekor dan tanduk cukup panjang. Kepala dari Delirious sangat mirip dengan elang.

Delirious dalam pasukan ekspedisi memiliki jumlah sekitar 20.000 ekor.

Selanjutnya ada Infernum Aranect. Infernum Aranect adalah laba-laba berwarna merah dengan ukuran cukup besar. Infernum Aranect sangat mirip dengan tarantula, hanya saja ia tidak memiliki bulu, serta warna kulitnya adalah merah dengan beberapa corak kuning.

Ujung kaki dari Infernum Aranect juga memiliki warna kuning. Infernum Aranect memiliki tinggi sekitar dua meter dengan panjang sekitar tiga meter.

Sekitar 50.000 Infernum Aranect juga telah bersiap untuk melakukan ekspedisi, atau lebih tepatnya invasi.

Pasukan ekspedisi itu dipimpin oleh seorang iblis yang memiliki kulit ungu gelap. Iblis itu memiliki rambut cukup panjang, tetapi rambutnya terbuat dari nyala api berwarna ungu.

Ia memiliki tubuh humanoid dengan bentuk cukup kekar, dengan memakai setelan zirah platina.

Terdapat juga sebuah kalung berduri yang terpasang di kedua pergelangan tangannya. Di kalung berduri itu juga mempunyai rantai cukup panjang, yang sering dipakai untuk pertarungan jarak dekat.

Karena hanya pasukan ekspedisi kecil, maka pasukan itu hanya memiliki dua jenis Demon Beast serta satu jenis Undead Beast.

Singkatnya, mereka semua bergerak menuju gerbang yang menghubungkan ke Darkness World, dengan Infernum Aranect berada di posisi depan.

Rebellion Hill, Kekaisaran Nagrand.

14.30 pm.

Salju mulai turun dari langit, hal itu bisa jadi pertanda akan datangnya badai salju dengan kemungkinan 50 : 50. Awan-awan tebal juga terlihat jelas menutupi seluruh langi, dan itu memperbesar kemungkinan akan terjadinya badai salju.

Seiring dengan berjalannya waktu, hujan salju semakin deras yang membuat jarak pandang sangat terbatas. Hal ini juga sangat mirip ketika sedang terjadi badai pasir, yang dimana jarak pandang sangat sedikit.

Para penduduk di sekitar Rebellion Hill juga memutuskan untuk berhenti bekerja, serta tinggal di dalam rumah demi keselamatan nyawa mereka. Karena jika masih bekerja, bukan tidak mungkin bagi seseorang terkena longsoran salju, lalu terkubur hidup-hidup.

Berbeda dengan dunia nyata, salju di Kekaisaran Nagrand cenderung lebih padat serta keras. Hal itu menyebabkan tidak sedikit rumah penduduk yang hancur ketika datangnya badai salju. Maka dari itu, tidak sedikit penduduk yang menyewa jasa para pendeta atau penyihir untuk memberi sihir perlindungan kepada rumah mereka.

Tanah yang tertutupi oleh salju kian menebal seiring berjalannya waktu. Hal itu bisa saja menyebabkan seseorang akan kesulitan berjalan di tengah tumpukan salju yang padat serta licin.

Sebuah rintikan salju turun dari atas langit, tetapi tiba-tiba rintikan salju itu menabrak makhluk berwarna merah yang bergerak cepat di tengah hujan salju yang lebat. Setelah seekor makhluk itu bergerak dengan sangat cepat, lalu banyak makhluk berwarna merah bergerak dengan cepat untuk mengikuti makhluk merah yang bergerak paling depan.

Banyak makhluk merah itu bergerak dengan membentuk barisan lurus, karena banyaknya jumlah makhluk tersebut, menyebabkan mereka terlihat seperti segerombolan semut.

Benar, makhluk merah itu adalah Infernum Aranect.

Mereka semua telah berhasil memasuki Darkness World tanpa adanya hambatan sedikitpun, karena masih belum ada seseorang yang menyadari keberadaan mereka, termasuk Azaroth.

Tidak jauh dari segerombolan Infernum Aranect, seorang zombie dengan tinggi tiga meter serta seluruh tubuhnya dilengkapi oleh zirah ungu terlihat berjalan tanpa alasan yang jelas. Undead itu cukup kebingungan, karena belum pernah menghadapi hujan salju yang lebat, dan ditambah lagi ia memiliki penglihatan cukup buruk.

Undead itu memiliki nama Death Paladin.

Beberapa Infernum Aranect yang mendeteksi adanya ancaman, segera berpisah dari kelompoknya dengan tujuan melenyapkan ancaman itu. Dua Infernum Aranect mulai merayap dengan kecepatan tinggi menuju Death Paladin.

Death Paladin yang mendeteksi ad beberapa ancaman mendekat mengambil posisi kuda kuda, serta bersiap bertempur menggunakan pedang serta perisai. Salah satu Infernum Aranect melompat, lalu memuntahkan banyak jaring berwarna merah ke arah Death Paladin.

Kemudian, Infernum Aranect lainnya menyemburkan api ke arah jaring yang dikeluarkan oleh Infernum Aranect sebelumnya hingga membentur jaring api.

Di sisi lain, Death Paladin melemparkan perisainya ke arah depan, lalu perisai itu membentuk tembok dengan tujuan untuk melindungi Death Paladin dari segala bentuk serangan jarak jauh.

Cetasshhhh!!!!

Jaring-jaring itu melilit tembok yang terbuat dari perisai Death Paladin, lalu menghancurkannya berkeping-keping. Death Paladin juga memanfaatkan situasi ketika kedua Infernum Aranect fokus memperhatikan serangan kombinasi.

Death Paladin langsung mengaktifkan Origin Skill : Phantom Mode, yang membuat seluruh tubuhnya menjadi asap berwarna hitam pekat. Infernum Aranect seketika kehilangan jejak tentang posisi Death Paladin, mereka terus memperhatikan sekitar untuk menghindari serangannya mendadak.

Sebuah tangan dengan menggenggam sebilah pedang muncul di tengah derasnya hujan salju. Tangan itu muncul tepat di belakang salah satu Infernum Aranect. Tanpa jeda, tangan tersebut langsung menebas Infernum Aranect dari arah belakang dengan pola diagonal.

Slassshhhh!!!!

Infernum Aranect yang merasakan akan adanya bahaya, segera melompat cukup tinggi. Tetapi sayangnya, salah satu kaki dari Infernum Aranect terkena tebasan dari pedang yang digenggam oleh tangan misterius tersebut.

Tangan misterius tersebut adalah milik dari Death Paladin yang masih ada dalam Phantom Mode.

Infernum Aranect lainnya langsung menyemburkan jaring ke arah tangan milik Death Paladin. Sayangnya sebelum tangan itu terkena jaring, ia sudah menghilang terlebih dahulu seolah-olah diserap oleh asap hitam.

Death Paladin kemudian melakukan serangan gerilya kepada Infernum Aranect dengan memakai Phantom Mode. Tetapi serangan dari Death Paladin berhasil ditahan oleh Infernum Aranect.

Singkatnya, Mode Phantom telah berakhir, Death Paladin kembali ke wujud aslinya.

Kini pertempuran berada pada kebuntuan, yang dimana Death Paladin memiliki serangan yang sama kuat dengan Infernum Aranect. Tetapi, Infernum Aranect tidak mampu menyerang atau melukai Death Paladin karena memiliki Health Point yang ssngat tinggi.

Kretakkk.... Kretekk.....

Tiba-tiba tanah di sekitar Death Paladin dan Infernum Aranect retak. Mereka bertiga bertarung di tebing Rebellion Hill, dekat dengan jurang yang sangat dalam.

Merasakan ada bahaya, ketiga makhluk yang sebelumnya bertarung memutuskan untuk pergi dengan arah tujuan yang berseberangan.

Tetapi semuanya telah terlambat.

Tanah di sekitar Infernum Aranect beserta Death Paladin ambruk akibat tidak kuat menahan salju. Hal itu menyebabkan mereka bertiga terjun bebas ke dasar jurang yang sangat dalam di Rebellion Hill.

Mereka bertiga akhirnya mati bersama akibat terjatuh dari tempat yang sangat tinggi, dilanjutkan dengan tertimpa bongkahan salju dengan ukuran sangat besar.

Anggota barisan pasukan Infernum Aranect kemudian mulai memisahkan diri masing-masing dengan tujuan berpencar. Beberapa di antaranya bahkan mulai mendekati rumah penduduk di sekitar Rebellion Hiil.