webnovel

Chapter 10.2 : Battle of Tycus City Part 2

"Baiklah, Exypno Aku persilahkan dirimu untuk melanjutkan,"

"Baik,"

Exypno kemudian sedikit mengangkat kepalanya dan mulai berbicara.

"Baiklah, Aku akan menjelaskan rencanaku." Ujar Exypno sembari mendorong bridge dari kacamata miliknya.

"Saat ini, sebagian titik merah sedang menuju ke Kota Tycus, yang terletak di utara Kekaisaran Nagrand, bisa kita asumsikan jika yang menyerang kota itu bukanlah negara lain,"

"Aku berani mengatakan itu karena memiliki beberapa bukti yaitu,"

"Mereka tiba-tiba muncul di Rebellion Hill, sedangkan sebelum mereka muncul tidak terdeteksi apa pun," Exypno menjelaskan.

"Jadi apakah ini adalah penyerangan terhadap Darkness World," Karen Bertanya.

"Jika asumsiku benar, maka jawabannya adalah iya,"

Seluruh Floor Guardian beserta Eptagram Guardian tiba-tiba memasang ekspresi cukup kesal ketika mendengar jawaban Exypno. Tidak sedikit juga diantaranya yang menghembuskan nafas dengan cukup berat.

Siapakah yang berani menginjakkan kakinya di tanah suci milik Yang Mahatinggi?

"Kenapa... Kita.... Tidak.... Langsung.... Memusnahkan.... Mereka??" Eques Bertanya.

"Alangkah Baiknya jika kita mencegah terlebih dahulu," Aeter memberikan saran.

"Aku ingin mengajukan saran, bagaimana jika kita melihat kemampuan musuh terlebih dahulu?" Arina mengajukan sebuah saran.

"Bagaimana jika mengirimkan seluruh Guardian ke Darkness World?" Floor Guardian lantai empat memberikan sebuah saran.

"Hey!! Bilang saja Kau ingin liburan dasar bodoh!" Floor Guardian lantai lima menginjak kaki dari Floor Guardian lantai empat.

"Aduh sakit!"

Sementara para Floor Guardian serta Eptagram Guardian berbincang satu sama lain, Alice hanya terdiam dan mengamati seluruh bawahannya sembari mencoba memahami situasi saat ini.

'Mengapa Exypno masih terdiam? Hey apakah Aku yang harus melanjutkan ini?'

'Tidak! Aku bahkan tidak tahu ini akan mengarah ke mana,'

'Exypno, Aku mengharapkanmu!'

Walaupun Alice cukup panik karena bingung tentang apa yang harus ia lakukan sekarang, tetapi ia hanya berserah dan berharap agar Exypno melanjutkan percakapannya.

"Yang Mahatinggi Alice Vasilissa," Exypno memanggil Alice.

Seketika Alice cukup terkejut di dalam dirinya, serta jantung Alice berdegup kencang. Hal itu disebabkan Alice tidak tahu harus melakukan apa.

Walaupun Alice sangat terkejut, tetapi ekspresinya masih tetap datar. Hal itu diperlukan untuk menjaga wibawa serta harga diri seorang penguasa absolut yang memiliki kekuatan melebihi Dewa sekali pun.

"Ada apa Exypno?" Alice bertanya dengan ekspresi serta suara dingin.

"Saya mempersilahkan Anda untuk menjelaskan rencananya, Saya yakin rencana Saya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rencana dari Yang Mahatinggi,"

'HAHHHHH!!!!!???????'

'APA YANG KAU KATAKAN!?'

'Kenapa kau melempar topik ini kepadaku!?'

Alice mulai sedikit mengeluarkan keringat karena cukup tegang, tetapi ia masih bisa memasang ekspresi dingin serta menatap seluruh bawahannya.

"Aku.... Akan..... Mengikuti.... Rencana.... Yang... Mahatinggi...."

"Aku sangat percaya jika rencana dari Pemimpin Tertinggi akan sangat efektif dan efisien!" Ujar Karen dengan bersemangat.

"Aku juga berpikir begitu!" Astaroth berbicara.

"Silahkan beritahu rencana Yang Mahatinggi kepada kami," Arina berbicara.

Selanjutnya, seluruh orang yang berada di Ruang Pemantauan juga memuji Alice sembari memohon agar Alice memberitahukan rencananya. Tentu saja, hal itu membuat Alice sakit kepala karena ia terus berpikir keras mengenai rencana yang harus dilakukan.

Apakah langsung menghabisi para penyerang?

Sepertinya tidak, karena rencana simpel seperti itu pasti bisa dipikirkan oleh Guardian lainnya

Apakah membiarkan penyerang menguasai Kota Tycus?

Bukankah itu seperti menyerah secara tidak langsung?

'Ah biarlah, Aku akan mencoba melemparkannya kembali ke Exypno'

"Exypno, bukankah Kau tahu apa rencanaku?" Alice bertanya dengan suara dingin.

"Apa maksudmu Yang Mahatinggi? Kejeniusanku bahkan tidak bisa dibandingkan dengan milik Sang Pemimpin Tertinggi," Exypno berbicara sembari memasang ekspresi sangat bersemangat.

'Sialan Kau Exypno!'

Alice kemudian berpikir cukup lama karena ia sama sekali tidak mempunyai rencana.

"Sepertinya para penyerang telah memasuki Kota Tycus," Arina berbicara sembari melihat ke arah peta.

'Hee.... Apa?' Alice sangat terkejut ketika mendengarkan perkataan Arina. Bahkan hingga titik dimana ia hampir mengeluarkan keringat dingin.

'SIALAN AKU BERPIKIR TERLALU LAMA!!!!!!' Alice berteriak di dalam hatinya.

Alice benar-benar sangat syok di dalam dirinya sendiri karena ia membiarkan musuh masuk ke wilayahnya tepat di hadapan seluruh bawahannya.

Apakah Alice adalah pemimpin yang buruk?

∆∆∆∆∆∆∆

Gerbang Utara Kota Tycus, Kekaisaran Nagrand.

10.15 am.

Dua makhluk undead --- lebih tepatnya dua Death Executor tengah berlari ke arah banyaknya Infernium Aranect yang mulai menyerbu Kota Tycus. Karena sangat banyak, Infernium Aranect bisa dikatakan sangat mirip dengan sekumpulan semut.

Tetapi tentu saja itu masih sangat mengerikan, karena Infernium Aranect adalah laba-laba dengan ukuran cukup besar.

Pada umumnya, Death Executor memiliki level sekitar 120 dan bisa dikatakan lebih tinggi dari Infernium Aranect. Karena level yang lebih tinggi menyebabkan Death Executor bisa menerjang kerumunan Infernium Aranect.

Salah satu Death Executor berlari dengan cukup gesit bagaikan seorang manusia, tidak lupa juga ia sedikit memutar kapak miliknya, dengan tujuan untuk mencari posisi yang tepat ketika mengenggam kapak tersebut.

Selang beberapa detik kemudian, lima Infernium Aranect melompat tepat ke arah kepala Death Executor dari arah depan. Infernium Aranect memiliki insting jika pertahanan miliknya tidak berguna di hadapan Death Executor, terlebih lagi Death Executor merupakan salah satu undead dengan tingkat penetrasi tertinggi.

Maka dari itu, kelima Infernium Aranect memutuskan untuk melawannya dengan memutus kepala Death Executor. Di sisi lain, cahaya hijau di dalam Death Executor seketika menyala terang yang menandakan bahwa ia sudah dalam keadaan bertarung tingkat tertinggi.

Dengan gerakan sangat cepat, Death Executor menebas secara vertikal menggunakan kapak miliknya ke arah lima Infernium Aranect yang mendekat.

Slasshhh!!!

Kelima tubuh Infernium Aranect seketika terbelah menjadi dua bagian. Lalu disusul oleh darah segar berwarna merah bagaikan nyala api yang muncrat di segala arah. Salju yang semula sangat putih, kini mulai ternodai oleh darah.

Melihat beberapa rekan sesama rasnya mati dengan sangat mudah, Infernium Aranect di sekitar Death Executor mulai waspada terhadap Death Executor. Tentu saja mereka tidak ingin mengulangi hal yang sama.

Beberapa Infernium Aranect kemudian mulai berkumpul di satu titik, lalu mengeluarkan jaring mereka untuk mengikat Death Executor. Berbeda dengan laba-laba pada umumnya, Infernium Aranect memiliki jaring berwarna merah bercampur oranye yang sangat mirip dengan nyala api.

Infernium Aranect juga bisa memanipulasi suhu di jaring miliknya hingga mencapai ribuan derajat °C. Tentu saja makhluk yang menyentuh benda apa pun dengan suhu tinggi akan langsung hangus, terlebih lagi undead milik Alice.

Undead yang Alice ciptakan pada umumnya memiliki kelemahan fatal berupa panas atau api, karena Alice menukar kelemahan undead miliknya yang sebelumnya adalah sihir suci menjadi api. Hal itu dikarenakan sewaktu di Dunia Alpha, pengguna sihir elemen suci sangat banyak terutama di antara para pengikut suatu agama tertentu.

Alice menukarkan kelemahannya tersebut menggunakan Universe Item.

Sayangnya Alice hanya bisa menukarkan kelamahan undead miliknya dengan Sihir Api.

Death Executor yang melihat banyak jaring melesat ke arahnya langsung menebas jaring-jaring tersebut dengan kapaknya. Tidak lupa juga, empat pedang melayang yang sebelumnya berada di punggung Death Executor juga melesat dengan sendirinya ke arah para Infernium Aranect.

Pedang tersebut memiliki aura berwarna hijau.

Death Executor mampu mengendalikan empat pedang yang melayang dengan hanya menggunakan pikirannya. Pedang-pedang itu terus-menerus menusuk Infernium Aranect satu demi satu, tetapi perlahan pedang tersebut mulai hancur akibat jaring dari Infernium Aranect.

Seiring berjalannya waktu, keadaan mulai berubah.

Death Executor terlihat mulai kewalahan menghadapi serbuan dari Infernium Aranect beserta Delirious yang terus menyerang dari udara. Tentu saja salah satu kelemahan undead darat seperti Death Executor adalah serangan yang dilancarkan dari arah langit.

Tebasan demi tebasan terus dilancarkan oleh Death Executor tanpa henti untuk melawan gelombang serangan dari Infernium Aranect. Tidak lupa juga, Death Executor meraung beberapa kali setelah melakukan tebasan dengan tujuan menurunkan moralitas lawan.

Seekor Delirious terlihat terbang ke arah Death Executor dengan kecepatan tinggi untuk menabrakkan dirinya, beruntungnya muncul sebuah dinding tepat di depan Death Executor yang membuat Delirious tersebut menabrak dinding dengan sangat keras.

Brakkkk!!!!

Di sisi lain, Elder Lich terus-menerus memberikan efek buff kepada Death Executor yang sedang melawan serbuan Infernium Aranect, serta mengeluarkan berbagai sihir untuk melindungi dirinya sendiri.

Pertempuran tidak hanya terjadi di darat, bahkan di udara juga berlangsung pertempuran cukup dahsyat.

Kekuatan udara di Kota Tycus saat ini bisa dikatakan cukup kuat, karena terdiri dari Death Wyvern serta Gargoyle yang merupakan undead dengan jumlah cukup banyak. Sedangkan di pihak Kekaisaran Nigreos hanya mengandalkan Delirious yang merupakan Beast Monster.

Tentu saja dari kedua belah pihak terdapat dua pemimpin Angkatan Udara.

Seorang Undead yang seluruh tubuhnya tertutupi zirah berwarna ungu terlihat tengah menaiki salah satu Death Wyvern. Undead tersebut memiliki rupa wajah yang sama dengan Death Executor, hanya saja ia memiliki ukuran tubuh yang sangat mirip dengan manusia.

Undead tersebut memiliki nama Drozgad.

Saat ini, Drozgad tengah menatap tajam seekor Delirious yang terbang ke arahnya. Drozgad juga menggenggam erat tombak dengan bilah berwarna ungu miliknya untuk bersiap memasuki pertarungan.

"Aku akan melindungi tanah Sang Mahatinggi dari belatung seperti kalian!"

Jarak dari Delirious serta Death Wyvern yang ditunggangi oleh Drozgad perlahan mulai semakin dekat, hingga Drozgad tiba-tiba memaksa Death Wyvern untuk terbang lebih cepat. Karena kedua belah pihak terbang dengan kecepatan tinggi, tabrakan sudah tidak bisa dihindari.

Karena perbedaan ukuran serta fisik yang cukup jauh, Death Wyvern langsung terjatuh ke arah bawah setelah menabrak tubuh Delirious. Sebelum tabrakan itu terjadi, Drozgad langsung melompat ke arah punggung dari Delirious untuk menghindari tabrakan serta agar tidak terjatuh bersama dengan Death Wyvern.

Setelah berhasil mendarat di punggung Delirious, Drozgad langsung menusuk kepala Delirious menggunakan tombak miliknya dari arah belakang. Bahkan, tombak itu menembus kepala Delirious.

Delirious yang tertusuk di bagian kepala sempat meraung sesaat sebelum akhirnya tewas dan terjun ke arah bawah. Setelah Delirious tersebut tewas, Drozgad segera melompat dari Delirious lalu mendarat di punggung Death Wyvern yang berada cukup dekat.

Namun secara tiba-tiba sebuah tebasan mengarah ke leher Drozgad yang membuat Drozgad langsung membungkukkan tubuhnya sendiri untuk menghindari tebasan tersebut.

"Apa itu!?"

Dengan gerakan cepat, seekor Delirious tepat berada di samping Drozgad. Berbeda dengan sebelumnya, kini Delirious tersebut ditunggangi oleh seorang undead yang mengenakan zirah hitam.

Dia adalah pemimpin dari Angkatan Udara Kekaisaran Nigreos untuk menginvasi Kota Tycus.

Ia memiliki nama Ruglurath.

Tanpa Jeda, Ruglurath langsung mengeluarkan sebuah sihir dengan efek menghancurkan kedua sayap milik Death Wyvern. Kedua sayap Death Wyvern yang dinaiki oleh Drozgad hancur seketika yang membuat Death Wyvern tersebut langsung terjun ke arah bawah.

Drozgad yang tidak ada pilihan lain langsung melompat ke arah Delirious yang dinaiki oleh Ruglurath.

Pertarungan jarak dekat antara Drozgad dan Ruglurath di atas Delirious sudah tak bisa dihindari lagi.

∆∆∆∆∆∆∆

Ruang Pemantauan, Great Castle Azaroth.

11.00 am.

Seluruh Guardian saat ini nampak cukup cemas karena belum ada perintah satu pun yang dikeluarkan oleh pemimpin sekaligus pencipta mereka, Alice Vasilissa.

Mereka juga terus menatap ke arah peta yang menunjukkan bahwa Kota Tycus dipenuhi oleh titik berwarna merah. Berbeda dengan Guardian yang lain, Exypno hanya tersenyum sembari tertawa kecil. Ia menganggap bahwa Guardian lain sama sekali tidak memahami maksud dari majikan mereka yaitu Alice.

Di sisi lain, Alice sedikit berkeringat karena sangat bingung tentang apa yang harus ia lakukan.

'Sialan, apa yang harus kulakukan!?'

'Jika tidak ada respon maka ---'

Tiba tiba Exypno tertawa cukup keras melihat ekspresi para Guardian yang cukup cemas.

"Hahaha, apakah kalian tidak menyadari maksud dari-Nya?"

'Eh.. Apa?' Alice masih bingung terkait dengan pernyataan Exypno, namun ia juga bersyukur karena Exypno mau melanjutkan pembicaraan saat ini.

"Apa maksudmu Exypno?"

"Aku..... Tidak..... Mengerti...."

"A-anu, apa yang kau maksud Exypno?"

"Hah? Apa maksudmu?"

Pertanyaan demi pertanyaan terus dikeluarkan oleh para Guardian kepada Exypno. Sementara itu, Alice hanya terdiam sembari mengamati arahnya pembicaraan.

"Dasar kalian, Ia sengaja untuk membiarkan musuh menguasai beberapa daerah di Kekaisaran Nagrand demi mendapatkan informasi, apakah kalian lupa jika senjata terkuat adalah informasi?" Exypno menjelaskan dengan penuh percaya diri.

Di sisi lain, Alice berusaha mati-matian menahan mulutnya yang ingin terbuka lebar karena tidak bisa berkata-kata ketika mendengar pernyataan Exypno yang menganggap dirinya adalah yang merencanakan semuanya.

"Ternyata Yang Mulia Alice sangat hebat!"

"Tentu saja! Terlebih lagi dia adalah seorang Penguasa Absolut,"

"Aku.... Tidak... Menyangka..... Yang.... Mahatinggi..... Telah... Memikirkan..... Sejauh.... Itu,"

"A-andai kata ya, bagaimana jika Yang Mulia sudah memikirkan jauh lebih banyak daripada ini?"

Pujian demi pujian terus dikeluarkan oleh para Guardian yang terlihat kagum karena mereka mengira semuanya telah masuk ke dalam rencana Alice.

Hal itu tentu saja membuat Alice semakin pusing serta bingung dengan apa yang terjadi. Bahkan menurutnya, berada di kondisi seperti ini lebih menyulitkan dibandingkan dengan saat bertarung.

"Yang Mulia Alice, bisakah hamba meminta tolong sesuatu?"

Tiba-tiba Exypno bertanya yang membuat Alice berhenti memikirkan beberapa hal yang tidak penting.

"Katakan saja,"

"Hamba ingin melihat Mirror of Undead,"

Seketika Alice teringat jika ia memiliki Legendary Item, Mirror of Undead. Mirror of Undead adalah sebuah item yang bisa melihat kejadian dari undead tertentu dari awal undead tersebut diciptakan hingga mati karena dihancurkan.

'Ah iya! Kenapa aku tidak memikirkan item itu!'

"Baiklah,"

Seketika muncul empat buah cermin yang menghadap ke arah empat sisi agar seluruh Guardian mampu melihat cermin tersebut. Kemudian, cermin tersebut menampilkan pertarungan antara Death Executor melawan Infernium Aranect.

Alice yang melihat Infernium Aranect seketika cukup terkejut karena ia belum pernah melihat laba-laba dengan jenis tersebut.

"Makhluk apakah itu? Taranect? Sepertinya bukan, lalu apakah Taratect? Atau mungkin Arachna?"

Alice masih memikirkan kemungkinan dari racial laba-laba tersebut.

=== Catatan Author ====

Halooo ^^

Buat Chapter 10 akan masih berlanjut hingga part 3 atau mungkin part 4.

Buat yang bingung kenapa perbedaan jam di Azaroth dan Kota Tycus berbeda, karena Saya menggunakan alur maju mundur.

Thanks!