webnovel

Aletha : Revenge

Aletha Ava Robert adalah seorang hunter yang memiliki kekuatan elemental. Suatu ketika sang kakak yang memintanya untuk membasmi penghianat yang ada diklannya mengirimnya ke desa Toda. Namun, semua berubah saat ia mengetahui apa yang ia bantai. Keinginan balas dendam yang besar membuatnya merencanakan hal besar. Xavier Dion Cornelius adalah seorang putra pang lima kerajaan. Ia mewarisi darah sang ayah yang berasal dari klan demon. Memiliki sifat dingin dan tak tersentuh menjadi daya tarik tersendiri baginya. Xander memiliki kecerdasan dan kemampuan yang hebat sehingga ia pantas untuk mendapatkan posisi pang lima berikutnya. Aletha dan Xavier dipertemukan di akademi Victoria. Xavier yang merupakan murid pindahan membuat ia menjadi pusat perhatian ditambah dengan statusnya. Xavier tertarik pada Aletha karena ia merasa Aletha adalah matenya.

white_mode · Fantasy
Not enough ratings
33 Chs

chapter 26 Begin

Argh

"Kau tidak apa-apa Al?"

Eric?!

"Aku tidak apa-apa"

Ini?!

Jadi begitu mereka tidak ingin menunda waktu untuk melenyapkanku. Sungguh memuakkan. Mereka mengurungku di dimensi ilusi ini bersama dengan Eric?.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku hanya berusaha melindungimu karena macan itu melakukan teleportasi di belakangmu, aku tidak tau jika kita akan berada di dimensi ini"

Eric tidak mengetahui apapun ternyata. Kecurigaanku hanya membuat pikiranku kacau. Fokus Al. Aku harus merasakan aliran mana ini.

"Al apa aku tidak akan mendapat kesempatan?" Aku hanya meliriknya sambil memikirkan cara keluar dari sini.

"Apa kau sudah tidak memiliki perasaan sedikit pun padaku?"

"Ya"

"Maafkan aku, ku mohon izinkan aku untuk meminta kesempatan kembali"

"Berhentilah membuat permohonan tidak berguna, fokus Eric, pikirkan cara kita keluar dari dimensi ini"

"Apa kau benar-benar ingin melupakanku, melupakan momen kita bersama?"

Sial kenapa Eric menjadi seperti ini disaat hal genting sedang terjadi.

'Nona'

Blake?!

'Nona sebarkan mana nona untuk membuat keseimbangan dimensi itu kacau'

Sesuai perkataannya aku mulai menguarkan aliran manaku keluar. Fokusku saat ini harus menghancurkan keseimbangan ruang dimensi ini.

"Apa kau mengabaikanku saat ini Al?"

Grep!

"Ku mohon jawab aku!" Eric mencekram kedua bahuku. Di saat seperti ini dia membuatku marah.

"Menjauhlah!"

Bruk!

"Argh!" Aku harus menyingkirkan dirinya dari hadapanku. Fokusku terganggu.

"Apa kau memang sebenci itu padaku Al, aku mencintaimu, maafkan aku terlambat mengetahui perasaanku padamu, ku mohon kembali padaku?"

"Huh~, sadarlah Eric, aku suka memiliki suami, jadi jangan mengharapkan aku kembali padamu"

Prang!!!

Bersamaan dengan tekanan manaku yang semakin menyebar, akhirnya dimensi ini hancur dan ternyata kami keluar dari portal. Jangan lupa apa yang menyambut kami berdua. Benar pasukan aliansi. Sudah lama sekali aku tidak merasakan haus darah seperti ini.

***

Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa para pasukan aliansi mengelilingi kami. Mataku beralih menatap Aletha. Seringai misterius itu terbit dari wajah polosnya.

"Aletha Ava Robert ikutlah bersama kami"

"Untuk kalian lenyapkan jangan bercanda?" Seringaiku terbit.

"Dari mana kau..."

"Huh~ memang apa yang tidak ku ketahui dari kalian?"

"Jaga ucapanmu pada panglima pasukan aliansi!"

"Eric mendekatlah, jika kau tidak ingin menjadi penghianat kemarilah.."

"Apa yang mereka maksud Al?"

Aku hanya melirik sekilas ke arah Eric. Dia nampak bingung dengan semua kejadian ini.

"Ini bukan urusanmu pergilah ke sisi mereka" ucapku.

"Aletha ikutlah bersama kami, aku meminta dengan baik untuk hal ini, jika tidak kami harus membawamu secara paksa"

"Lakukan semau kalian yang jelas aku tidak akan mengikuti kalian!"

Duar!!!

"Argh!"

"Eric?"

"Larilah Al, aku akan menahan mereka"

Bodoh, aku berlari sesuai keinginannya. Memegang pedangku dan mulai menganyunkan apapun yang mengghalangiku. Sial aku malah berlari ke arah jurang. Mereka mengepungku. Saat itu juga aku mulai menggunakan kemampuanku untuk membunuh mereka. Bajuku yang semula bersih kini terdapat banyak cipratan darah.

Hosh

Hosh

Hosh

"Cukup!"

Sejak kapan panglima ini berdiri di depanku. Ia berusaha meraihku tapi aku menghindar. Kekuatannya benar-benar berbeda.

'Lompat nona'

Suara Blake memenuhi pikiranku. Saat itu juga aku melompat.

Wosh...

Blake, Ruth tersenyum melihatku. Lalu ia mengenakan topeng dan meminta Blake ke atas. Blake yang marah menyemburkan api birunya ke arah para pasukan itu. Ruth menangkis serangan yang ingin menyerang kami.

"Tuan Blake mari pergi dari sini" ucap Ruth.

"Ruth jemput Eric, kurasa ia terluka"

"Baik"

Saat itu, Blake terbang rendah dan benar saja Eric tengah terluka. Ia masih dikelilingi oleb pasukan aliansi. Ruth dan aku terjun ke bawah dan mulai menebaskan pedang kami. Aku mendekat dan membopong Eric.

Swosh...

Aku ceroboh anak panah melukai pipi kiriku. Syukurnya aku dapat menghindar. Jika tidak kepalakulah yang akan terkena anak panah tadi.

Blake turun ke tanah dan mengamuk. Ia menyemburkan api berulang kali dan manyambarkan petir. Sungguh hal yang luar biasa. Kami naik ke atas punggunya dan terbang menjauh dari sana.

"Ruth obati lukanya" Ruth yang mendengar permintaanku langsung mengobati Eric.

"Terima kasih karena sudah menolongku" ucap Eric yang tersadar.

Masih dalam posisiku berdiri dan memegang pedang dengan lumuran darah yang mulai mengering. Kilasan balik kejadian pembantaian itu mulai memasuki pikiranku.

***

"Nona.." panggil wanita yang ada di depanku ini. Sedang Aletha yang mendengarnya tidak merespon apapun. Napasnya juga tidak beraturan.

"Aletha?" Panggil ku. Ia masih tidak meresponnya. Akhirnya aku berdiri dan menyentuh pundak sambil memanggil pelan namanya.

Aku terkejut Aletha langsung kehilangan kesadaran setelah aku melakukannya. Aku merengkuhnya dan mulai mendudukan diri bersama dengan Aletha yang berada dalam pelukanku. Apa dia begitu ketakutan?

"Tuan Blake carilah tempat aman" itulah permohonan yang dikatakan dari pelayan Aletha. Aletha masih setia menutup matanya. Peluh dingin terus mengucur dari keningnya.

Wanita yang bernama Ruth itu mengambil pedang yang ada digenggaman Aletha. Ia menatap tak suka ke arahku. Apa mungkin karena aku memeluk Aletha?.

Setelah mendarat ditengah hutan, kami masuk ke dalam goa. Aku membaringkan Aletha pada alas yang disiapkan oleh Ruth sebelumnya.

"Ada apa dengannya?" Tanyaku.

"Nona hanya kelelahan, ku harap Anda tidak melakukan sesuatu yang merugikan nona ku, jika tidak aku akan memenggal kepalamu lebih dulu, camkan itu" jelasnya dengan nada yang datar.

Sambil menunggu Aletha sadar, aku memilih untuk mencari kayu bakar sekaligus berburu. Setelah kembali aku melihat Aletha sudah kembali sadar, auranya benar-benar berbeda.

"Ruth aku..."

"Minumlah terlebih dahulu nona, anda harus menenangkan diri terlebih dahulu"

"Terima kasih, apa pedangku terjatuh?"

Wanita yang bernama Ruth itu menggelengkan kepalanya.

"Aku menyimpannya untuk sementara nona, sebaiknya aku menyiapkan makanan untuk nona"

Ruth mengambil hasil buruanku lalu pergi berlalu. Aku menghampiri Aletha yang masih memangku naga hitam yang berukuran kecil. Wujudnya mirip seperti kadal saat badannya mengecil.

"Kembalilah Eric, keluargamu pasti mencemaskanmu"

"Lalu kau sendiri?"

"Tidak perlu menanyakan hal itu padaku" jawabnya.

"Tidak, aku tidak bisa kembali, aku sudah terlibat dalam masalahmu, meski aku tidak tau apa masalahnya"

"Jangan keras kepala Eric, mereka bisa memaklumi tindakanmu hari ini kembalilah"

"Tidak Aletha, aku akan berada disini" setidaknya aku punya waktu lebih bersamamu.

"Eric!, uhuk...uhuk..."

Aku langsung menahan kepalanya agar tidak menyentuh tanah. Ku sandarkan tubuhnya pada diriku. Badannya panas sekali. Sebenarnya ada apa dengan Aletha. Ia terlihat lelah. Ia berusaha lepas dari diriku tapi aku menahannya.

"Menjauhlah dari diriku Eric..." ucapnya lirih.

"Tidak apa-apa Al, dibandikan hal ini, kondisimu jauh lebih penting" ucapku.

Ia menggelengkan kepalanya. Keras kepala sekali.

"Aku tidak ingin membuat suamiku sakit hati hiks...hiks..."

Sepertinya dia sangat mencintainya. Apa aku sudah tidak ada lagi di hatimu?

"Menjauhlah dari nonaku!"

Ruth benar-benar wanita kuat, dengan sekali tarikan dia bisa menjauhkanku dari Aletha. Ruth menggantikan posisiku, ia menyentuh kening Aletha dan membacakan mantra. Aletha kembali tertidur, wajahnya tidak sepucat tadi.

"Bisakah kau lebih menghargai nonaku, apa kau masih belum cukup menyakiti hatinya?"

"Apa maksudmu?"

"Meskipun aku tidak berada di tempat itu, tapi aku mengawasi orang-orang yang memiliki hubungan dengan nona termasuk dirimu"

Aku mengerti kemarahan Ruth. Entah kenapa aku merasa bersyukur Aletha dikelilingi orang-orang yang benar-benar menyayanginya.

Wosh...

"Nona..."

"Laporkan keadaannya"

"Untuk sementara mereka tidak mengambil tindakan, tapi tidak menutup kemungkinan mereka melacak nona Aletha, kondisi di Akademi terlihat kacau karena kabar belum kembalinya nona Aletha dan lelaki ini"

"Aku mengerti kembalilah"

***

"Xander apa kau tidak khawatir dengan keadaan matemu?"

------------------------------------------------------------------------

Akhirnya...

kembali lagi dengan chapter baru🤤

terima kasih kepada para pembaca yang masih setia menunggu kelanjutan cerita ini ^^

White_mode