webnovel

Aletha : Revenge

Aletha Ava Robert adalah seorang hunter yang memiliki kekuatan elemental. Suatu ketika sang kakak yang memintanya untuk membasmi penghianat yang ada diklannya mengirimnya ke desa Toda. Namun, semua berubah saat ia mengetahui apa yang ia bantai. Keinginan balas dendam yang besar membuatnya merencanakan hal besar. Xavier Dion Cornelius adalah seorang putra pang lima kerajaan. Ia mewarisi darah sang ayah yang berasal dari klan demon. Memiliki sifat dingin dan tak tersentuh menjadi daya tarik tersendiri baginya. Xander memiliki kecerdasan dan kemampuan yang hebat sehingga ia pantas untuk mendapatkan posisi pang lima berikutnya. Aletha dan Xavier dipertemukan di akademi Victoria. Xavier yang merupakan murid pindahan membuat ia menjadi pusat perhatian ditambah dengan statusnya. Xavier tertarik pada Aletha karena ia merasa Aletha adalah matenya.

white_mode · Fantasy
Not enough ratings
33 Chs

Chapter 20

Aku terkejut ketika menyadari sosok misterius yang berada di dalam diri menantuku ini. Dipaksa keluar dari alam bawah sadarnya sosok yang begitu mengerikan.

"Sayang..." aku membuyarkan lamunanku saat suara suamiku memanggil.

"Aku sangat merindukanmu" Dia memelukku di depan menantuku, meski dia tak sadarkan diri tetap saja aku merasa malu.

"Hentikan, disini ada menantumu" Bukannya melepaskan diriku, ia malah mempererat pelukannya.

"Tentang menantu kita, ia memiliki takdir 'wadah' " masih dalam pelukannya aku menantapnya terkejut akan hal baru diketahuinya.

"Apa Xander mengetahuinya?" Ia mengangguk pelan.

"Apa aliansi mengetahui ini?" Dengan wajah murung ia mengangguk.

"Aliansi memutuskan untuk mengakhiri hidupnya secepatnya sebelum dia datang" ia melepaskan pelukannya dan menatap nanar pada calon menantu rumah ini.

"Kita harus melindunginya, dia menantuku, aku tidak ingin dirinya terluka" aku kembali mengingat masa lalunya, ia menderita sangat menderita. Tanpa sadar aku meneteskan air mata.

"Shutt...aku tau kau menyayanginya, kita serahkan semua ini pada Xander, biarkan dia mengurusnya, kita akan melindunginya, bukankah ia juga menantuku?" Ia kembali memelukku dan masih bisa bercanda disaat seperti ini.

***

Sial kekacauan yang disebabkan kelompok hitam lebih besar dari dugaanku. Mereka menciptakan kematian masal. Aku memerintahkan kembali pada Kio untuk menyelesaikan sisanya. Aku hanya ingin pulang dan memeluk Aletha dalam pelukanku. Kenapa firasatku menunjukan sesuatu yang buruk akan terjadi?

***

Trial menyelinap tanpa sepengetahuan penjaga di mansion utama, terus berjalan menuju kamar sang ratu yang ingin dijemput olehnya. Sesampainya disana, ia menatap lurus ke arah tempat tidur dimana sang ratu tertidur. Mulai berjalan mendekat. Ia tertegun dengan kecantikan alami sang ratu. Lagi setelah ia pernah bertemu dengannya di akademi.

Ia mencoba mengangkat sang ratu, tapi tangannya langsung terbakar setelah menyentuh barier yang diciptakan pria itu. Ia dengan tenang memusatkan mana ke kedua tangannya perlahan mengangkat wanita yang tengah tertidur pulas. Ia berhasil. Ia tersenyum dan terkadang merasa malu karena ia begitu dekat dengan sang ratu.

"Mencoba membawa menantuku heh?!" Tiba-tiba saja ia dikejutkan seorang pria dengan tekanan yang kuat. Namun rajanya memberikan kekuatan padanya untuk bisa melewati mansion utama ini dan juga laki-laki yang memiliki kekuatan mengerikan.

Ia melakukan teleportasi. Namun berhasil diikuti oleh panglima. Tanpa hati ia menyerangnya. Berusaha merebut kembali calon menantunya yang masih tidak sadar karena pengobatannya. Panglima benar-benar mengamuk dan menyerang membabi buta ke arah pria yang tengah menggendong menantunya.

Pria itu menyandarkan sang ratu di pohon dekatnya berdiri. Ia kembali memusatkan kekuatannya dan terjadi perkelahian brutal diantara keduanya. Ranting dari perkelahian mereka menyebabkan luka di pipi kanan Aletha yang masih belum sadarkan diri. Barier yang diciptakan oleh Trial begitu lemah sehingga ranting itu masuk dan melukai Aletha.

Mereka terbilang seimbang, meski keduanya mengalami luka parah mereka masih bisa berdiri. Panglima mulai menyerang dengan teknik dan muslihat yang terduga. Satu lawan satu ini tidak akan berakhir sampai salah satu dari mereka mati.

Tanpa mereka sadar, sebuah portal muncul dari belakang Aletha. Menghancurkan barier yang melindunginya dan membawanya kedalam pelukannya. Xander menjemput sang pujaan hati setelah merasakan bahaya dan nyeri di pipi kanannya. Ia menatap tajam ke arah pria yang mencoba membawanya. Panglima yang menyadari keberadaan anaknya menjauh sedikit. Mereka mulai memusatkan serangan gabungan dan mengarahkannya ke arah pria yang bernama Trial. Meski barier yang diciptakan olehnya kuat. Namun nyatanya barier itu hancur oleh kekuatan anak dan ayah. Trial tewas ditangan keduanya.

Melihat sang ayah terluka, ia meminta bawahannya untuk membantu ayahnya. Aletha yang berada di dalam dekapannya masih tidak bergeming dan masih tertidur dengan wajah polosnya itu. Xander bernapas lega. Ia membawa Aletha kembali ke mansion utama.

***

Sesampainya disana, ia melihat ayahnya sedang diobati oleh ibunya. Pasangan suami istri itu begitu romantis hingga tak menyadari keberadaan mereka.

"Xander maafkan kami, kami tidak bisa menjaganya dengan baik..."

"Ibu seharusnya aku yang berkata demikian" Ibuku hanya mengangguk paham. Ia kembali mengobati ayahku.

Di dalam gendonganku aku merasa Aletha menggigil. Sial, aku baru sadar baju yang dipakainya begitu tipis dan menampakan lekuk tubuhnya. Sialan kau Rose. Aku tidak akan pernah memintanya untuk mengganti pakaian Aletha lagi.

Aku membaringkannya dan berbaring disampingnya. Menyelimutinya untuk membuatnya hangat. Aku membelai pipinya yang tergores ranting. Luka itu memudar. Aku menarik Aletha ke dalam pelukanku. Tanpa ia sadari, ia juga membalas pelukanku. Aku tersenyum melihatnya memeluku. Aku mengusap rambutnya yang halus agar ia tidur lebih nyenyak.

***

Srekk!!!

Mataku membelalak saat melihat Aletha dihunus pedang dihadapanku. Darah yang keluar dari tubuhnya membuatku berlari ke arahnya. Aku menangkapnya, ia mulai melemah di dalam pelukan.

"Xander, maaf, aku tidak bisa berada disampingmu selamanya.."

"Aletha ku mohon jangan katakan itu, aku akan mengobatimu"

Bukannya menyembuhkan, pengobatan ku malah membuat luka pada tubuh Aletha memburuk. Aku panik. Aku mengangkatnya berusaha pergi dari tempat ini. Tapi nihil kemana pun aku berlari, aku selalu berada di tempat yang sama.

"Bisakah kau merelakan semuanya Xan?, ku mohon carilah orang yang akan mencintaimu melebihi diriku, berbahagialah bersamanya, ku mohon ini permintaan terakhirku..."

Aku menggelengkan kepala. Aku memegang tangannya dan menempelkannya dipipiku. Aku terus meneteskan air mata. Sungguh aku tidak ingin kehilangannya. Ia wanita yang sempurna dimataku. Melihatnya seperti ini hanya membuatku terluka.

"Ku mohon jangan katakan apapun Al, aku hanya mencintaimu, aku tidak ingin mengabulkan permintaanmu, tidak...sungguh...aku tidak sanggup..."

Aletha tersenyum lembut, lalu menutup matanya perlahan, tangannya melemah dan hampir jatuh jika aku tidak menahannnya untuk tetap berada di pipiku. Aku mulai takut sesuatu yang buruk terjadi.

"Aletha ku mohon buka matamu sayang, Aletha, Aletha ku mohon buka matamu!"

Tidak, ini tidak mungkin terjadi, jangan katakan Aletha ku...

***

"Tidak Aletha!"

Aku mengatur napasku. Itu hanyalah mimpi. Tapi kenapa aku merasa kejadian itu nyata, aku menoleh ke samping dan tak menemukan sosok Aletha. Aku diliputi rasa takut dan khawatir. Tidak mungkin bukan Aletha terbangun pada hari ketiganya. Tunggu apa aku tertidur selama dua hari?.

Aku mulai mencari dengan seksama ke seluruh penjuru mansion utama. Namun aku tidak menemukannya. Aku memerintahkan semua penjaga yang ada di mansion utama untuk mencarinya. Mereka yang melihat ku marah nampak tak berani memotong perkataanku.

"Xander..."

Amarahku mereda ketika suara yang ku cari muncul dibelakangku. Tanpa pikir panjang aku berlari ke arahnya memeluknya erat dan merangkul pinggangnya agar dia tak jatuh karena aku memeluknya tiba-tiba.

"Xander, ada apa?"

"Tetap seperti ini sebentar, sebentar saja..."

"Apa kau bermimpi buruk?" Aku menganggukkan kepalaku masih dengan posisi memeluknya. Ia mengusap punggungku dengan lembut berusaha menenangkanku.

"Tidak apa-apa..."

Aku melepaskan pelukanku. Menatapnya sekali lagi bahwa ia benar Alethaku. Setelah memastikannya, aku memeluknya kembali. Aku menghela napas lega karena Aletha baik-baik saja.

"Ekhem...apa kau akan terus memeluknya Xan?"

Aku terkejut karena ayah, ibu, Kio dan Kevin berada di tempat ini. Kio terkekeh geli melihat tingkahku.

"Astagah, ternyata psikopat ini begitu menyayangimu Al, lihatlah pagi-pagi buta ia membuat keributan" aku hanya membalas Kio dengan tatapan dingin.

"Kevin kenapa Aletha terbangun dihari ketiganya?"

"Sepertinya kau tidak sadar Xan, kau juga tertidur, hari ini adalah hari keenam Aletha, tentu saja ia bangun"

Aku?

Tertidur?

———————————————————————————

Hai-hai author balik lagi nih ^^

masih suka nggak sama cerita ini?

semoga aja masih suka yaa...

ooo iya karena masih rada-rada buntu(kek hubunganku dengan dia)

Pletak!

nggak canda, buntu ngarang maksudnya jadi untuk sementara masih slow update.

mohon dukungannya ^^

author bukan apa-apa tanpa kalian...

Btw stay healthy yaa, jangan lupa protokol kesehatannya, bukan hanya menjaga kamu kok, doi juga kamu jaga dengan mematuhi protokol itu wkwk

sampai ketemu lagi dinext chapter