webnovel

ALENO

Alena valencia syafira seorang siswi baru di victory school. Ayahnya yang dimutasi ke jakarta mengharuskan alena pindah sekolah. Di sekolah tersebut ia baru saja dekat dengan 3 orang siswi yang bernama; syifa,carla, dan Elina. Kejadian di gerbang sekolah membuat alena bertemu dengan seorang cowok yang membuatnya terjatuh. Selidik punya selidik cowok itu bernama; vano bara wijaya murid nakal dan urak -urakan. Semua murid di victory school tau kalau Vano susah di dekatin sama siswi disekolah tersebut. Banyak cewek-cewek yang mengejarnya tapi ia begitu cuek. Beberapa rangkaian kejadian pun terjadi kepada alena dan vano, yang mengantarkan alena untuk kian lebih dekat dengan vano. Dua kepribadian yang saling tolak belakang. Apakah vano bisa membuat alena jatuh cinta? Namun, seseorang di masa lalu Vano muncul lagi dengan ekspresi tidak bersalah. Ia berusaha keras untuk mendapatkan Vano lagi, dan apakah Vano bakalan melihat ke masa lalunya atau bakalan fokus ke alena?

Jihan_Handini · Teen
Not enough ratings
24 Chs

Gombal?

"Rayn! Lo murid pindahan ya?" Tanya reina.

Rayn tidak menjawab pertanyaan reina, ia masih fokus menatap jalanan yang lumayan macet.

"Rayn! Lo dengar nggak sih yang gue bilang?" Ucap Raina agak teriak supaya rayn menjawabnya.

Mendengar teriakan Reina, Rayn langsung menepikan motor sport berwarna merah itu dan menyuruh reina untuk turun dari motornya, setelah reina turun dia juga ikut turun.

"Kenapa?" Tanya rayn dingin.

"Gue tadi nanya sama lo, lo itu murid pindahan ya? Soalnya gue dulu nggak pernah lihat lo."

"Kalau gue murid pindahan kenapa rupanya?"

"Kan gue cuma nanya aja. Oh iya, gue reina anak kelas 12 ips 1."

Reina menjulurkan tangannya ke rayn, namun rayn tidak menghiraukannya.

Ia langsung menaiki motornya dan diikuti dengan reina. Setelah reina naik di motor milik rayn, rayn langsung menancapkan gas motornya di atas rata rata.

"Rayn! Lo bawanya jangan ngebut-ngebut! Gue takut!" Reina langsung berpegangan dipinggang milik rayn.

"Terserah gue lah mau bawanya ngebut atau nggak."

"Lo lagi bawa orang, jadi lo hati-hati bawa motornya. Gue nggak mau mati." Ucap reina masih berpegangan dengan pinggang rayn.

Sesampainya di rumah Reina, Reina langsung turun dari motor Rayn dengan bantuan pundak Rayn.

"Thanks ya rayn lo udah mau antar gue pulang." Ucap reina sambil tersenyum ke arah rayn.

Rayn tidak menjawab apa-apa, Dia langsung menancapkan gas motornya dan meninggalkan Reina yang masih berdiri di depan rumahnya sambil senyum-senyum sendiri.

"Gue akan berusaha dapetin lo rayn, karena gue suka sama lo! Lo itu bikin gue penasaran karena sikap lo yang dingin." Gumam reina, dan ia langsung masuk ke dalam rumahnya.

                        $$$$$$$$

"Udah, nggak usah sedih gitu." Ucap Vano yang sedang melirik alena dari kaca spion motornya.

"Siapa yang sedih?" Balas alena yang tangannya masih setia melingkar di punggung tegap milik Vano.

Vano sedang membawa motor tertawa melihat ekspresi Alena yang menurutnya menggemaskan.

"Kamu kenapa tertawa? Apa ada yang lucu?" Ucap alena kesal.

"Ekspresi kamu lucu banget, sumpah! Hahaha...."

"TERSERAH KAMU!" Ucap alena penuh penekanan.

"Sorry, jangan marah ya." Alena tidak menjawab ucapan Vano. "Sayang... jangan marah ya, aku tadi becanda kok!... jangan marah ya pacarnya Vano bara wijaya."

"Ih... Kamu apaan sih, nggak jelas banget."

"Jangan marah lagi ya..."

"Hm..."

"Kok kayak nggak ikhlas ngomongnya?"

"Jadi gimana lagi tuan Vano bara wijaya?"

"Yang betul lah jawabnya sayang... misalnya "iya sayang, aku maafin kok..." Kayak gitu."

"Hm... iya, aku maafin kok. Udah kan?"

"ada yang kurang.."

"Apa nya yang kurang?"

"Sayang nya."

"Ha?"

"Iya, kok kamu nggak pakai kata sayang?"

"Harus banget?"

"Nggak juga sih, seenggaknya bikin aku senang lah."

"Ok... Aku ulangi, iya aku maafin kamu kok sayang... Udah kan?"

"Hahaha.... Udah."

Tak lama kemudian mereka sampai di depan rumah alena. Gadis itu langsung turun dari motor Ninja milik Vano.

"Kamu jangan ngebut-ngebut bawa motornya, bahaya!" Ucap alena mengingati Vano.

"Iya sayang... Hm, coba kamu kesini dikit."

"Kenapa?"

"Udah sini dikit, dekat aku Bentar."

"Oke." Alena pun mendekat ke Vano, dan ia sangat terkejut karena Vano mencium pipinya.

"Maaf ya aku udah lancang cium pipi kamu."

"I...iya."

"Nggak usah gugup gitu, aku kan pacar kamu."

"Gimana aku nggak gugup, kamunya nyium pipi aku mendadak."

"Ya udah lain kali misalnya aku mau nyium kamu, aku bilang dulu ya?"

"Iya..."

"Ya udah, masuk gih.." perintah Vano.

"Kamu nggak mampir dulu?"

"Nggak usah, aku pulang aja. Lain kali ya..."

"Ya udah deh.."

"Kenapa?"

"Nggak papa."

"Oke, masuk sana."

"Tunggu dulu!"

"Kenapa?"

Alena tidak menjawab ia mendekati Vano dan.

CUP...

ia mencium pipi Vano membuat Vano terdiam dan langsung tersenyum melihat aksi alena barusan.

"Makasih ya." Ucap Vano tersenyum.

"Buat apa?"

"Ciumannya."

"Iya, sama-sama... pulang sana, jangan ngebut-ngebut bawa motornya dan kamu langsung pulang jangan keluyuran lagi."

"Iya. Tapi kamu masuk dulu sana."

"Nggak, aku mau nengok kamu pulang."

"Nggak, kamu masuk aja sana.. bahaya diluar sendiri kalau ada aku kan nggak bahaya."

"Vano sayang... rumah aku disini, jadi nggak bahaya kok sayang..." Ucap alena lembut sambil tersenyum.

Karena ia tahu dengan cara itu, Vano bakalan menuruti ucapannya.

"Ya udah deh... aku duluan ya sayang, kalau ada apa-apa kabarin aku langsung karena aku 24 jam buat kamu."

"Hahaha... itu iklan belibeli ya?"

"Kok kamu tau?"

"Ya tau lah, itu kan sering muncul di tv... Kamu nyontek ya gombalannya, kalau mau gombali aku itu pakai karya sendiri donk!"

"Aku bukan Dilan yang bisa buat gombalan ke Mileanya, aku cuma Vano yang bisa mencintai alena dengan sepenuh hati."

"Pulang sana, aku capek dengar kamu gombal mulu..."

"Ya udah aku pulang, see you sayang.."

"Too... hati-hati bawa motornya."

"Iya sayang, aku duluan ya..."

  Alena mengangguk sambil senyum ke vano. Vano langsung menancapkan gas motornya dan langsung menghilang dari pandangan Alena.

Ia tak habis pikir mengapa ia bisa bertemu dan berpacaran dengan seorang Vano bara wijaya. Alena langsung memasuki rumahnya sambil senyum-senyum sendiri.