webnovel

Sebagian Tanda Diterima Amal Ibadat

 Sebagai telah dimaklumi bahwa setiap amal ibadat itu diberikan pahala oleh Allah s.w.t. dengan kurniaNya. Mendapat pahala itu artinya amal ibadat itu diterima oleh Allah s.w.t. Untuk mengetahui apakah amal ibadat itu diterima oleh Allah s.w.t. atau tidak, maka tak dapat tidak kita perlu mengetahui tanda-tanda apakah yang menunjukkan bahwa amal ibadat itu diterima oleh Allah s.w.t. Untuk mengetahui sebagian tanda-tanda itu, maka yang mulia Maulana Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah berkata dalam Kalam Hikmahnya yang ke-72 sebagai berikut:

"Barangsiapa yang mendapat hasil amalnya segera (di dunia ini), maka berarti menunjukkan atas adanya penerimaan (amal tersebut) di akhirat nanti."

Kalam Hikmah ini sangat penting diketahui untuk pedoman kita apakah amal ibadah kita diterima oleh Allah s.w.t. atau tidak. Karena itu marilah kita jelaskan pengertian Kalam Hikmah ini sebagai berikut:

I. Ulama Tasawuf di antaranya Abu Turaab radhiyallahu-ta'ala 'anhu berkata: "Apabila seseorang betul-betul mengerjakan amal ibadat dengan yakin dan serius, maka ia akan mendapatkan manis ibadat itu sebelum ia mengamalkan ibadat tersebut. Apabila ia ikhlas dalam mengerjak;m, maka ia merasakan enaknya ibadat pada waktu sedang mengerjakannya dan segala amal ibadat ini berarti diterima oleh Allah s.w.t. dengan kurniaNya, dan penerimaan Allah Ta'ala bagi amal ibadat seseorang di samping ridhaNya pada amal itu merupakan pahala amal yang dapat dirasakan di dunia dan itu merupakan tanda pula atas adanya pahala nanti di negeri akhirat. Untuk memperkuat hal tersebut maka Abu Sulaiman Ad-Daaraani r.a. telah berkata sebagai berikut: "Setiap amal yang tidak ada pahala padanya di dunia, berarti tidak ada pahala di akhirat."

Tadi sudah kita ketahui perbedaan maksud pahala di dunia dengan pahala di akhirat. Karena itu barangsiapa yang tidak gemar sebelum mengerjakan ibadat atau sebelum beramal, berarti ia belum benar-benar yakin dan serius mengerjakan sesuatu amal. 

Dan jika ia sedang beramal, tapi tidak merasakan manisnya dan enaknya beramal itu, ini menunjukkan bahwa ia belum ikhlas sempurna dalam mengerjakannya. Apabila kegemaran pada beramal itu tidak dirasakan sebelum beramal, atau dirasakan, tetapi kesenangan dan kemanisan beramal itu tidak dihayati pada waktu beramal, ini menunjukkan bahwa amal ibadat kita belum ada tanda-tandanya diterima oleh Allah s.w.t., dan tentulah yang demikian itu belum dapat diyakinkan tentang pahala amal ibadat yang diharapkan di hari akhirat.

II. Berbicara mengenai dengan tsamratul- 'amal (buah amal) atau hasil amal yang didapat dari amal ibadat, kita perlu mengetahui definisi tsamratul- 'amal itu. Definisinya ialah:

"Sesuatu yang terjadi dan timbul dari amal berupa faedah-faedah keagamaan dan keduniaan."

Hal-hal yang timbul daripada beramal atau mengerjakan ibadat dapat kita lihat gambarannya pada tiga macam:

[a] Karena kita mengerjakan amal ibadat, hilanglah takut dan gundah dari hati kita. Apakah ketakutan dan kegundahan itu pada azab akhirat dan lain-lain, atau pada hal-hal yang bersifat duniawi. Hal ini disebabkan hati kita diisi dengan kegembiraan, ketenteraman dan ketenangan dalam menghadapi segala sesuatu, baik dunia ataupun akhirat. Inilah maksud firman Allah s.w.t. dalam Al-Quran Al-Karim berbunyi:

"Ingatlah, sesungguhnya wali (sahabat) Allah, mereka tidak merasa takut dan tidak berduka cita. Mereka beriman dan menjaga diri (dari kejahatan). Mereka memperoleh berita gembira dalam kehidupan yang dekat ini dan di akhirat, tidak ada perubahan bagi perkataan Tuhan; itulah keberuntungan yang besar." (Yunus: 62-64)

[b] Hasil yang didapatkan dari beramal dan beribadat, juga kehidupan yang baik disebabkan keridhaan Allah s.w.t. adalah yang kita rasakan di dalam hidup dan kehidupan. Di samping pula jauh dari loba dan tamak, karena kita merasakan bahwa apa yang dikurniakan Allah s.w.t. atas kita, meskipun tidak banyak jumlahnya, tetapi terasa cukup dan mencukupi. 

Karena itu tak habis-habis syukur kita kepada Allah s.w.t. Inilah maksud firman Allah di dalam Al-Quran Al-Karim berbunyi:

"Barangsiapa yang mengerjakan perbuatan baik, baik laki-laki ataupun perempuan, dalam keadaan dia beriman, niseaya akan Kami hidupkan dia dalam kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami berikan kepada mereka balasan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An-Nahl: 97)

[c] Amal ibadat yang kita kerjakan dengan sifat-sifat seperti telah tersebut di atas membuahkan kepada faedah yang penting, yaitu dimudahkan Allah s.w.t. sesuatu yang kita hadapi, seolah-olah sesuatu itu patuh dan tunduk kepada kita lahir dan batin.

Inilah maksud firman Allah dalam Al-Quran Al-Karim berbunyi:

"Allah Ta'ala telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengetjakan perbuatan baik, bahwa mereka akan diberi kekuasaan di muka bumi, sebagaimana telah diberikan kepada orang-orang yang sebelum mereka, dan akan diteguhkan agama mereka yang telah diridhai Allah buat mereka, dan Allah akan menukar (keadaan) mereka, sesudah ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka menyembahKu dan tidak mempersekutukan barang sesuatu denganKu. Barangsiapa yang ingkar sesudah itu merekalah orang-orang yang jahat (durhaka)." (An-Nur: 55)

Demikianlah faedah-faedah hasil amal ibadat yang kita dapatkan apabila kita beramal dan beribadat seperti sifat-sifat di atas.

III. Apabila kita telah mendapatkan kemanisan-kemanisan ibadat dan faedah-faedah amal ibadat seperti tersebut di atas, maka seyogyanya kita jangan hanya berhenti di situ, seolah-olah sampai di situlah amal kita. Dan jangan kita bergembira karena mendapatkan faedah-faedah, tetapi biasa sajalah dan anggaplah itu kurnia Allah s.w.t. Bersyukurlah kepada Allah, karena Allah telah memberikan hal-hal tersebut kepada kita. Di samping itu patut kita ketahui pula bahwa dalam beramal dan beribadat, hal itu tidak sepantasnya menjadi tujuan kita, sebab hal tersebut boleh merusakkan keikhlasan kita dalam beramal dan membawa kepada tidak serius dan yakin dalam niat menghadapi amal ibadat semata-mata karena Allah s.w.t.

Faedah-faedah di atas merupakan hasil-hasil yang kita dapatkan dari beramal dan beribadat. Janganlah kita anggap remeh dan enteng begitu saja, tetapi harus diberikan perhatian juga sebagai ukuran jumlah dan kadar keyakinan pada ibadat kita, betul-betul ikhlas karena Allah semata-mata ataukah di samping itu masih ada hal-hal lain yang kita tuju dan kita kehendaki.

Kesimpulan:

Beramallah dan beribadatlah dengan benar, yakni dengan yakin dan sungguh-sungguh, sehingga menimbulkan gemar dan suka dalam menghadapi amal ibadat itu. Apabila amal ibadat telah mulai dikerjakan, maka hayatilah keikhlasan yang sesungguhnya kepada Allah s.w.t. yakni bukan mencari faedah-faedah ibadat dan kemanisan-kemanisannya tetapi itu akan datang sendirinya jika betul-betul keikhlasan kita kepada Allah dalam beramal dan beribadat.

Jika faedah-faedah atau hasil-hasil amal atau ibadat telah kita dapatkan dan telah kita rasakan, maka ini merupakan pahala yang diberikan Allah s.w.t. di dunia sebelum pahala yang diharapkan nanti di hari akhirat. Pahala dunia itu merupakan pertanda bahwa amal ibadat kita diterima oleh Allah s.w.t. dan pahala yang didapat di dunia itu merupakan syurga bagi orang mukmin dalam penghayatan keimanannya sebelum ia mendapatkan syurga yang sama-sama di harapkan nanti di hari akhirat yang kekal baqa. Inilah maksud firman Allah, dalam Al-Quran Al-Karim berbunyi:

"Dan bagi orang-orang yang takut berdiri di hadapan Tuhannya (pada hari Kiamat) dia memperoleh dua syurga." (Ar-Rahman: 46) 

Itulah maksudnya dua syurga, seperti tersebut di atas. Mudah-mudahan kita termasuk dalam ayat ini, seperti pengertian yang telah kita sebutkan tadi. 

Amin.