webnovel

Antara Pintu Taat dan Pintu Kabul

 Apabila kurang pengertian atau bahkan tidak ada pengertian sama sekali pada Allah s.w.t. maka akan dapat menimbulkan tidak tenang jika Allah tidak menyampaikan sebagian maksud dan cita-cita, atau jika Dia tidak memberikan kurniaNya sesuai dengan kehendak dan keinginan kita. Jadi, bagaimanakah gambaran perpaduan antara kurnia Allah dalam pandangan lahiriah dengan tidak disampaikanNya hakikat tujuan yang kita maksudkan, maka yang mulia Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah mernmuskan hal keadaan ini dalam Kalam Hikmah beliau yang ke-95 sebagai berikut:

"Kadangkala Dia membukakan buat anda pintu taat, padahal Dia tidak membukakan buat anda pintu kabul (penerimaanNya atas taat anda). Kadangkala Dia menghendaki atas anda dengan dosa, maka adalah dosa itu sebab pada sampai (kepada maksud tujuan)."

Kalam Hikmah ini penjelasannya dapat digambarkan sebagai berikut:

I. Bahwasanya taat kepada Allah s.w.t. kadangkala disertai dengan hal-hal yang mernsakkan keikhlasan. Misalnya kita mengerjakan amal ibadat sedemikian rnpa, sehingga perasaan kita timbul seolah-olah ibadat yang kita kerjakan itu sudah banyak, sehingga ibadat yang kita kerjakan sudah baik, dan sehingga kita sudah merasa cukup dengan ibadat itu.

Atau contoh lain ialah, bahwa kita merasa bahwa ibadat kitalah yang menyebabkan selamat, yang menyebabkan kita masuk syurga dan sebagainya. 

Atau boleh dilihat pada contoh yang lain lagi, bahwa dengan ibadat yang kita kerjakan itu kita merasa bangga, tetapi di samping itu seolah-olah kita merendahkan orang yang tidak beribadat. Kita menghina mereka. Kita melecehkan mereka dan kita saja seolah-olahnya yang beribadat dengan benar, yang lain tidak. 

Contoh-contoh seperti tersebut di atas tadi adalah sebagian gambaran bagaimana taat kepada Allah s.w.t. telah disertai dengan hal-hal yang tidak baik, hal-hal yang merusakkan kesucian dan kemurnian taat itu sendiri. Taat yang begini gambarannya, secara lahiriah kita mendapatkan kurnia dari Allah s.w.t. Karena Dia telah mengizinkan kita berbuat taat kepadaNya. Tetapi secara hakikat, karena taat kita itu sudah keruh, tidak suci lagi, inilah yang menyebabkan bahwa taat kita itu tidak sampai pada titik yang kita tuju, yaitu penerimaan yang baik dari Allah s.w.t. atas ketaatan tersebut.

Artinya Allah s.w.t. tidak membuka buat kita pintu penerimaanNya. Sebab apalah artinya amal ibadat jika tidak diterima oleh Allah? Oleh sebab itu, perlulah kita ketahui tanda bahwa pintu penerimaan Allah atas taat kita itu dibukakan olehNya? Pintunya adalah tiga:

Pertama: Taqwa kepada Allah s.w.t. Sehab Allah telah berfirman dalam Al-Quran:

"Hanyasanya Allah menerima dari orang-orang yang taqwa (kepadaNya)." (Al-Maidah: 27)

Taqwa artinya patuh kepada Allah dengan mcngikut dan mengamalkan perintah-perintahNya dan segala sesuatu yang diridhaiNya. 

Di samping itu wajib pula menjauhkan segala sesuatu yang tidak diizinkanN ya, dan yang tidak diridhaiNya.

Itulah taqwa yang merupakan salah satu tanda bahwa ibadat itu diterima Allah. Beramal tanpa taqwa bcrarti bukan beramal yang sungguh-sungguh, dan bukan beramal yang serius, dan bukanlah amal yang bersatu antara zahir dan batin. Amal tanpa taqwa adalah sia-sia belaka. Hakikat taqwa dalam hati dan pancarannya mengilap keluar. Sebab itu perbaikilah hati supaya kita berpakaian dengan pakaian taqwa. Jika sudah mudah kita berpakaian dengannya, berarti telah dekat kita pada jalan yang menuju kepada kabul, yakni jalan yang membawa kita ke jalan yang diterima oleh Allah s.w.t..

Kedua: Ikhlas. Maksudnya supaya taat dan ibadat, atau amal kebajikan yang kita kerjakan semata-mata karenaNya. Apabila karena lainNya, berarti kita mensyarikatkan Allah dengan selainNya.

Hal keadaan ini berarti kita menginginkan supaya Allah jauh dari kita, supaya Dia tidak memperhatikan kita dan sebagainya. Inilah maksud sabda Rasulullah s.a.w. dalam Hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh lbnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Al-Baihaqy, diterima dari Abu Hurairah r.a. Allah s.w.t. telah berkata:

"Aku terkaya dari sekalian orang-orang yang bersyarikat pada apa yang disyarikatkannya. Maka barangsiapa yang beramal untukKu akan sebagai amal di mana dia mensyarikatkan pada amal itu akan selainKu, niscaya Aku lepas dari orang itu. Dan orang itu adalah untuk apa yang disyarikatkannya."

Firman Allah ini artinya, bahwa Allah s.w.t. jauh dari hamba-hamba yang tidak mengakui keesaanNya, baik keesaan dalam arti hakiki, yaitu telah mengi'tikadkan bahwa ada pula Tuhan yang lain selain Allah s.w.t. Masih terdapat niat-niat yang lain slain karena Allah s.w.t. Seperti karena takut kepada orang, atau karena malu apabila tidak melaksanakan perintah Allah, atau lain-lain sebagainya.

Yang begini ini, berarti bdum sempurna dia menunjukkan dan mengarahkan ibadatnya kepada Allah s.w.t. Orang yang demikian lebih dekat untuk tidak diperhatikan Allah, sebagaimana Allah Ta'ala tidak ridha kepada apa yang disyarikatkan oleh hambaNya sebagai tersebut di atas.

Ketiga: Mengikut sunnah, yakni sunnah Rasulullah s.a.w. dan sunnah para sahabatnya. Di samping itu dia mengikut kebenaran, kapan saja dan di mana saja. Beramal dan beribadat atas dasar ini adalah tanda diterima Allah s.w.t. Jadi barangsiapa yang ada padanya tiga tanda di atas, bersyukurlah ia kepada Allah s.w.t., bahwa telah ada padanya tanda-tanda bahwa ibadatnya dan taatnya diterima olehNya. Dan jika tidak, alangkah kasihannya yang bersangkutan sebab tidak ada hasilnya selain letih dan payah yang tak ada imbalannya.

II. Jika seorang manusia mengerjakan dosa, baik disengaja atau tidak kadangkala hal keadaan orang itu disertai dengan berlindungnya kepada Allah s.w.t. Hatinya kembali insaf dan sadar, mengakui atas kesalahannya, yakni dosa yang dikerjakan di mana terasa olehnya bahwa dirinya begitu hina. Semuanya ini adalah jalan dan sebab bahwa dosa-dosa itu diampunkan Allah s.w.t. Dan apabila Allah telah mengampunkan dosa-dosanya, maka tidak mustahil, Dia akan terus mengangkatnya untuk sampai makrifatnya kepada Allah. Oleh sebab itu sepatutnya manusia itu jangan melihat kepada gambaran lahiriah itu. Dengan demikian yang bersangkutan takut kepada Allah s.w.t., meskipun ia taat kepadaNya. Dan apabila ia mendurhakai Allah s.w.t. timbul pulalah harapannya kepada Allah, semoga dosadosanya diampunkan olehNya.

Kesimpulan:

Kita jangan tertipu dengan amal ibadat yang kita kerjakan, sebab kadangkala Allah membukakan kita pintu taat kepadaNya, tetapi Allah tidak membukakan buat kita pintu di mana Dia menerima ibadat-ibadat yang kita amalkan. Sebab boleh juga terjadi bahwa seorang hamba Allah penuh berlumuran dosa, tetapi apabila ia insaf, maka keinsafannya itulah yang menyebabkannya untuk sampai kepada Allah s.w.t.. 

Kita berlindung dengan Allah tentang hal keadaan ini. Tetapi kita bermohon kepadaNya supaya Allah membukakan kepada kita pin tu taat kepadaNya, di samping dibukakan pula buat kita pintu kabul, yakni pintu penerimaan segala amal dan segala ibadat. 

Dengan demikian Allah Ta'ala akan menerima amal kita, taat kita, dan ibadat kita.

Amin, Amin, ya Rabbal-'alamin!