webnovel

AKU TERGODA (21+)

Indah yang terus terusan menggodaku, membuatku mencapai batasku menahan hasratku padanya, jika Indah tidak menahan dan mencegahku saat ini...apakah aku benar benar harus berhianat pada istriku?!!! Bahkan Lita istriku lebih cantik dari Indah tapi kenapa aku sampai hati, bermain dibelakangnya bersama Indah. Lita salah satu karyawan ku, dia adalah istri orang namun tak membuatku menyerah untuk mendapatkannya, awalnya aku hanya iseng, tapi lama kelamaan aku mencintainya, apa alsannya?! aku juga masih bertanya tanya, apakah karena aku tahu rahasia suaminya, atau karena aku tahu rasa sakit yang juga dialaminya!?

cesput · Urban
Not enough ratings
62 Chs

Pertemuan Kembali

(Voc Lita)

Suara ombak...

Harum Laut yang menenangkan...

Dan hembusan angin sepoi-sepoi yang selalu mengibas setiap helai rambutku...

Aku rindu suasana ini...

Setelah ku fikirkan, pada akhirnya aku memilih untuk datang ketempat ini, tak ada bosannya setiap berjalan dijalan berpasir ini, sambil melihat lalu lalang orang yang lewat sambil bercengkrama dan tertawa satu sama lain.

"semakin ramai ternyata" gumamku sambil memandang orang-orang yang duduk diatas beanbag berkumpul satu sama lain mengelilingi meja kayu yang terisi banyak menu makanan.

Bangunan kayu yang berhias lampu kecil bergantungan yang tersambung ke beberapa pohon kelapa yang tumbuh disekitar membuat suasana Kafe terlihat eksotic.

Meskipun hanya interior dan pernak-pernik sederhana yang melengkapi bangunan lama itu, nyatanya membuat para turis nyaman untuk menghabiskan harinya berkunjung ke kafe pinggir pantai ini.

"pasti tante sibuk banget setiap hari" gumamku sambil perlahan melangkah masuk kedalam bangunan yang sudah lama tidak ku singgahi ini, mingkin sudah dua tahun lamanya aku tidak datang ke tempat ini, sungguh keponakan yang tidak berbakti.

"halo, selamat datang di echo beach kafe!" sapa ramah salah satu pelayan wanita padaku. Seperti namanya kafe ini terletak tepat di pinggir pantai Echo beach Bali.

"halo!" sapa ku balik.

"dengan saya Ayu, saya yang akan bantu anda untuk reservasi tempat, kalau boleh tahu untuk berapa orang?" ucapnya ramah berdiri sopan didepanku, sepertinya wanita ini orang baru disini, makanya ia tak mengenaliku.

"saya mau bertemu tante Shella dan Adisri" jawabku.

"Embok Lita!" pekik suara lelaki familiar dari arah sampingku dengan logat Bali yang kental.

Sontak aku menoleh, tentu wajah itu familiar juga dimataku. "Putu!" sapaku dengan senyum ceria saat melihat wajah yang ku kenal, aku tak bisa menutupi rasa senang untuk pertemuan kembali ini.

"apa kabar Embok Lita? sudah lama sekali tidak berkunjung!" Suara Putu yang selalu ceria dan terdengar kencang tak membuatku heran.

"kabar saya baik Putu, kabar kamu gimana?"

"baik juga Embok Lita, Biang Shella ada didalam, Embok Lita masuk saja, biar Kadek Ayu yang antarkan" ucap Putu dengan tingkah sopannya padaku.

"Putu, jangan panggil saya Embok, panggil saya kakak" protesku, yah buatku sapaan disini membuatku belum terbiasa, karena dalam bahasa jawa Mbok itu ibu beda halnya dengan disini yang dianggap Kakak, tapi aku lebih senang mendengar sebutan Kakak saja.

"iya.. maaf Embok, eh.. maksud saya Kak Lita" ucap Putu.

"maaf saya tidak tahu kalau Kak Lita kerabat dari Biang Shella, kalau begitu biar saya antar kedalam" ucap Ayu yang sedari tadi memperhatikan perbincanganku dengan Putu.

"terimakasih Ayu, biar saya yang kedalam sendiri, saya mau kasih kejutan buat mereka" balasku, yang kemudian disambut anggukan setuju Putu dan Ayu.

Aku sengaja langsung berkunjung ke kafe ini, karena tante, om dan sepupuku selalu menghabiskan waktu di kafe miliknya, bukan untuk mengawasi para karyawan, tapi memang meskipun mereka seorang pemilik, mereka tetap ikut bekerja dan membantu para karyawannya.

Sambil menyeret koper ukuran 22 inch milikku, aku berjalan masuk kedalam kafe, sambil sesekali memandang para turis yang memadati sofa dan meja yang ada di dalam kafe juga.

Beberapa karyawan lama yang mengenaliku menatap dan tersenyum padaku, walau mereka tidak sempat menghampiriku karena sedang sibuk mencatat pesanan para turis.

Belum sampai aku benar-benar masuk kedapur kafe, aku melihat sosok wanita muda yang sangat familiar sedang duduk disalah satu sudut sofa kafe, tentu pemandangan yang sudah biasa ku lihat tentang Adisri sepupu perempuanku, yang selalu berbaur dengan para turis asing yang berjenis kelamin laki-laki.

Ku lihat Adisri sedang serius berbincang dengan empat orang pria asing yang tersenyum sambil menatapnya bicara, entah apa yang sedang mereka bicarakan, hanya saja itu terlihat begitu seru.

"Hai! apa saya boleh bergabung dengan kalian?" sapa ku memotong perbincangan Adisri dari sampingnya, tentu saja Adisri sama sekali belum sadar dengan kedatanganku.

Setelah menoleh kearahku sontak Adik sepupu perempuanku satu-satunya itu terkejut melihat keberadaanku.

"Kak Lita!" pekiknya dengan mata yang hampir keluar dan mulut yang terbuka lebar sehabis menyebut namaku.

"apa kabar?!" tanyanya ceria tanpa basa-basi melompat kearahku dan memeluk tubuhku. "kakak enggak ngabarin kalau mau datang kesini, harusnya bilang biar aku jemput kebandara" cerocosnya setelah melepas pelukannya.

"kalau kakak bilang, namanya bukan kejutan dong" balasku.

"apaan sih, kejutan... kalau artis luar negri yang dateng itu baru kejutan, kalau cuma kakak sih bukan kejutan namanya" dumelnya protes.

"apaan! barusan mata kamu hampir copot lihat kakak dateng" sambungku meledeknya.

"mas Leo nya mana?" ucap Adisri setelah tengak-tengok kesekeliling kafe.

"kakak sendirian" jawabku singkat, aku hanya tak ingin memberi alasan atau berbohong saat ini.

"Adisri! who is this beautiful woman?" ucap salah satu lelaki asing berambut pirang ikal sebahu yang duduk disamping Adisri.

"my older cousin" jawab Adisri.

"then come join us" ucap lelaki asing degan rambut sedikit gelap dan Alis tebalnya yang duduk disamping lelaki berambut pirang ikal itu.

"no! no! no! kalian nikmatin aja makanannya ya, ini kakak berhargaku dilarang bergabung dengan kalian, bye!" balas Adisri yang kemudian menyeretku menghindar dari empat pemuda asing itu, alhasil mereka hanya saling toleh satu sama lain seolah bertanya apa yang diucapkan Adisri barusan.

"mah, mamah! lihat siapa yang datang nih" teriak Adisri yang masih menggenggam tanganku berjalan terburu-buru masuk kedalam dapur.

Wanita cantik yang tak menunjukkan garis penuaan sama sekali, orang berharga ketiga untukku, wajah yang bisa mengingatkan ku untuk merasakan kehadiran ibu dalam hidupku, Tante Shella, beliau adalah saudara kembar ibuku.

"Lita!" suara Lembut yang selalu kurindukan yang ingin kudengar dari mulut lain selain tante Shella, andai aku bisa mendengar suara ibuku yang sebenarnya, apakah sama persis dengan beliau?

"Tante, apa kabar?" ucapku sambil berjalan pelan mendekat kearah beliau dan memeluk tubuh yang pasti sama persis dengan ibuku bukan?

"baik, bagaimana kabarmu?" tangan lembut tante yang menepuk pelan punggungku, aku merindukannya.

"Lita juga baik, tante" jawabku melepas pelukanku namun tetap mengaitkan tanganku dipinggang tante Shella.

Beliau adalah sosok yang menggantikan ibuku setelah ibuku meninggal dunia saat umurku masih dua tahun, ingatan yang tak terekam pada masa itu tentu membuatku tak pernah tahu kisah apa yang pernah terjadi dulu.

"Leo dimana?" Tanya tante Shella, yah pastinya beliau akan menanyakan keberadaan suamiku karena biasanya kami datang bersama ketempat ini.

"kak Lita cuma sendirian Mah, kak Leo sibuk kerja mungkin, ini kan bukan musim liburan" Adisri mewakili jawabanku, anak yang suka celetukan dan asal bicara ini tanpa sengaja membantuku untuk mencari sebuah alasan.

"kalau datang sendirian kenapa tidak memberi kabar? kan tante dan Adisri bisa jemput kamu dibandara" ucap tante, terukir raut cemas diwajah yang tetap terlihat cantik meski usianya sudah empat puluh delapan tahun.

"aku enggak mau ngerepotin tante, karena aku tau pasti tante lagi sibuk masak disini" jawabku melepas kaitan tanganku dari pinggang tante shella.

"tolong buatkan minum dan camilan untuk kami" ucap tante pada salah satu juru masaknya.

"iya bu" jawab wanita yang diperintah tante, kemudian langsung menyibukkan dirinya untuk menyiapkan hidangan untuk kami.

Tante merangkulku, berjalan keluar dari dapur menuju kearah sofa kosong yang ada didalam kafe.

"kebiasaan, mamah tuh kalau ada kak Lita pasti lupa sama anaknya sendiri" Ucapan cemburu Adisri yang sering aku dengar setiap kali aku datang menemui tante shella.

"udah gede, masih juga iri" balas tante Shella yang sudah duduk disampingku.

Tak bisa dipungkiri jika kedua sepupuku selalu cemburu dengan sikap tante Shella yang selalu memenuhi ku dengan perhatian dan kasih sayang setiap kami bersama.

"om ada dimana tan, aku belum lihat dari tadi" ucapku.

"om mu itu sekarang mungkin lagi nyelem dilaut, setahun belakangan ini gayanya om kamu itu sok seperti anak muda" terang tante Shella.

"iya, paling Aji lagi Diving sama temennya yang pengangguran kaya itu" timbrung Adisri menjelaskan keberadaan ayahnya.

"penganguran kaya?" aku mengulangi ucapan yang sedikit terdengar seperti sebuah sindiran untuk orang yang sedang dibicarakan.

"iya, temennya Aji" ucap Adisri.

"kok kamu ngomongnya begitu sih ke orang tua"

"siapa bilang temennya Aji orang tua, si pengangguran kaya itu masih muda tauk, makanya Aji gayanya sok anak muda banget ngikutin dia kemana-mana" Suara Adisri terdengar sedikit jengkel.

Tante cuma tersenyum lembut mendengar celoteh anak perempuannya yang terkenal dengan kebawelannya.

"Gimana kabar Abirama, tan?" tanya ku, Abirama adalah kakak Adisri, sepupu laki-laki ku.

"baik, mereka sekeluarga sehat semua, satu bulan lalu tante ke Yogya, dan istrinya sedang hamil lagi, makanya tante datang kesana" terang tante Shella.

"jadi kangen sama sikembar, enggak disangka mereka bakal punya adik" ucapku senang mendengar kabar tentang sepupuku yang sudah lama juga tidak aku temui.

"aduh aku enggak bakal kebayang deh bakal pusingnya kayak apa kalau adiknya sikembar lahir, Mas Abi dan Mba Wulan bakal pusing tujuh keliling deh ngurusin empat orang anak kecil sekaligus" Celoteh Adisri antusias sambil geleng-geleng kepala.

"empat?!" tanyaku rada terkejut karena jika dua ditambah satu harusnya menjadi tiga bukan?, aku menoleh ke arah tante untuk mencari jawaban.

"Wulan hamil anak kembar lagi" jelas Tante Shella, setelah menarik nafas dalam.

"wah, Abi benar-benar hebat banget, bisa bikin anak double terus" balasku ikut senang, yah entahlah sebesar apa senangku, hanya saja tak bisa dipungkiri terselip rasa iri dihatiku meskipun hanya sedikit.

Mungkin raut wajahku tak bisa membohongi tante Shella, tangan lembutnya mengusap lembut pundakku "kamu juga pasti akan segera dikaruniai buah hati seperti mereka, percayalah" ucap tante Shella lembut berusaha mengikis rasa kecewa dan iri yang hampir menggerogoti hatiku.

Entahlah kapan do'a dari mulut beliau akan terkabul untukku, nyatanya do'a itu hanya terkabul untuk suamiku yang akan memiliki anak dari perempuan lain.