51 Kehadirannya.

Lita sibuk mengerjakan Laporan penjualan produck lauching tiga hari yang lalu, matanya fokus mengisi table-table rumit laporan yang terpampang di depan layar komputernya.

Meskipun hatinya dan fikirannya dipenuhi perasaan yang tidak mengenakkan, Lita tetap berusaha profesional melakukan pekerjaannya.

Sambil sesekali melirik kearah bangku disebelahnya, Lita berusaha menenangkan hatinya, saat ini Angel sedang ada ditoko yang ia handle, dan seperti biasa Angel duduk di kursi sebelahnya, sama seperti Lita, Angel juga sibuk dengan laptopnya.

"kak, aku mau ngomong sesuatu" ucap Lita setelah selesai mengerjakan tugasnya.

"yaudah ngomong aja cantiik, aku dengerin kok" balas Angel tanpa berpaling dari laptopnya.

"gimana kalau aku resign?" ucap Lita memutar kursinya duduk menghadap kearah Angel.

Tangan Angel yang semula sibuk langsung terhenti setelah mendengar ucapan Lita. "resign?!" Angel mengulang ucapan Lita sambil memutar kursinya menghadap kearah wanita yang membuatnya terkejut dengan kalimat yang barusan didengarnya.

"he-em aku mau resign" Lita menegaskan kalimatnya yang semula.

Alis Angel bertaut, perasaannya sedikit tak suka mendengar ucapan dari karyawan terbaiknya tersebut. "kamu yakin dengan ucapan mu?, kenapa harus resign?" tanya Angel masih tak terima dengan ucapan karyawan terbaiknya yang sekaligus sahabatnya itu.

"mungkin ini memang salahku, harusnya dari awal aku tidak bekerja jika mau fokus untuk punya anak, dan beberapa hari lalu mertuaku juga minta aku untuk berhenti bekerja" balas Lita dengan wajah murung.

Angel menarik nafas dalam "mertuamu mulai mendesakmu untuk punya anak?" tanya Angel lagi.

"entahlah... ini sebuah desakkan atau apa, mereka tahu kalau Leo akan punya anak dari perempuan itu, dan Ibu mertuaku bilang kalau ia hanya ingin cucu dari ku, haah... aku bingung... aku harus gimana?!" Lita frustasi sendiri.

"kau sungguh ingin mempertahankan rumah tanggamu?" tanya Angel.

Lita diam mendengar pertanyaan sang atasan yang sekaligus sahabatnya itu, sekalipun hatinya terluka karena perbuatan sang suami, Lita masih mencoba bertahan karena ia tak mau melukai hati kedua mertuanya, karena mereka berdualah orang tua yang ia punya saat ini.

Apalagi setelah mendengar ucapan sang ibu mertua, yang berharap mendapat cucu darinya, seolah memintanya untuk bertahan dalam pernikahannya yang hampir hancur, bagaimana bisa ia melukai hati kedua orang tuanya itu jika ia bilang akan menceraikan Leo.

"kak, kalau kakak jadi aku, kakak akan bagaimana?" tanya Lita memendam ragu dengan pilihannya.

"aku?!... aku akan meninggalkan Leo, karena aku yang menjalani rumah tanggaku, aku enggak mau terluka sendirian, Lita... aku enggak mau kamu terluka sendiri..." jelas Angel sambil menggenggam kedua tangan Lita yang mulai dingin dan gemetar lagi.

"kalau kamu mau istirahat, kamu mau coba unpaidleave? kamu bisa cuti selama satu bulan tanpa dibayar, bagaimana?!" sambung Angel.

"sambil cuti kamu bisa memikirkannya, Lita... kamu masih punya keluarga, meskipun beliau tante kamu, kamu bisa berbagi keluh kesah kemereka" Angel mengeratkan genggamannya, berusaha menenangkan Lita.

"aku enggak mau mereka sedih karena aku kak, apalagi kalau tante tahu keadaanku ini..." ucap Lita.

"Lita... jangan terlalu keras untuk melewati ini sendirian sayang..." ucap Angel iba meratapi keadaan sahabatnya.

"kak Lita... ada yang nyariin didepan" ucap Melani setelah membuka pintu hitam besar itu tanpa masuk kedalam back office dan hanya berdiri disela daun pintu.

"siapa?" tanya Lita menghadap kearah Melani masih dalam posisi duduk.

"dia bilang teman kak Lita" balas Melani.

"oh.. yaudah nanti saya kedepan" ucap Lita ragu, karena selama ini memang tidak pernah ada temannya yang datang ke toko untuk berkunjung.

"siapa?" tanya Angel sambil menatap arah layar CCTV.

Mata Lita pun ikut menatap layar CCTV, meskipun samar, lita familiar dengan sosok perempuan yang tersorot CCTV itu.

"aku kedepan dulu ya kak" ucap Lita dengan raut wajah yang berubah dan bergegas keluar meninggalkan Angel.

Angel yang merasa ada hal yang tidak beres langsung menyusul langkah Lita keluar dari gudang.

Lita menghentikan langkahnya setelah menatap perempuan yang mengaku sebagai temannya sedang berdiri tenang menunggu kehadirannya.

"apa kabar mba?" ucap perempuan itu lembut sambil menghias senyum ramah dibibirnya.

"kamu... ngapain kesini?" ucap Lita tak dapat menutupi raut wajahnya yang tampak tidak senang melihat selingkuhan suaminya datang ketempat kerjanya.

"saya mau bicara sebentar dengan mba Lita" ucap Indah tenang seolah tidak ada hal buruk diantara mereka.

Angel menyaksikan raut wajah kedua perempuan dihadapannya yang saling bertolak belakang, seolah mampu membaca raut wajah sang sahabat yang terlihat tidak suka dengan kehadiran perempuan asing dihadapannya itu.

"ini masih jam kerja Lita, anda siapa ya? jika ingin bicara dengan karyawan saya untuk urusan pribadi anda bisa menunggu sampai jam kerjanya selesai" timbrung Angel.

"oh... maaf kalau saya datang diwaktu yang salah, kalau begitu saya akan tunggu mba sampai selesai" balas Indah.

"jam kerjanya selesai malam, sampai toko ini tutup, kamu yakin mau tunggu Lita?" timbrung Angel lagi, meskipun Lita tidak bilang siapa wanita dihadapannya ini, tapi Angel yakin jika perempuan ini, orang yang ada dihadapannya ini, bukan orang yang ingin ditemui Lita, buktinya Lita tak membantah dengan ucapannya.

"kamu bisa datang nanti kalau saya sedang ada dirumah" jawab Lita dingin dan langsung masuk kedalam back office meninggalkan Indah dan Angel didepan, sejujurnya dia kesal sampai rasanya ingin menggila menatap perempuan yang sudah merebut suaminya.

Angel menatap Indah yang masih diam mematung mendapat respon dingin dari Lita yang pergi meninggalkan tamunya.

"kalau begitu saya permisi" Indah pamit pada Angel, dan melangkah gontai keluar dari floor.

Angel Menarik nafas dalam, sambil memandang punggung perempuan yang baru saja pamit padanya pergi. Para staff lain bingung dengan kecanggungan yang baru saja terlihat didepan mata mereka, tahu bagaimana ramahnya Lita sang atasan pada setiap orang, saat ini malah terlihat hal yang berbeda dari Lita, dengan dingin berpaling dan meninggalkan tamunya sendiri, seolah tidak senang dengan kehadiran perempuan tadi.

"saya masuk dulu ya" ucap Angel canggung, mendapat perhatian para staffnya.

"Lit... jangan bilang perempuan itu orangnya?!" ucap Angel yang melangkah terburu-buru mendekat kearah Lita yang sudah duduk dikursi kerjanya.

"he-em" Angguk Lita malas, sambil menatap sang sahabat yang terlihat antusias ingin tahu.

Angel menghela nafasnya kasar "berani-beraninya dia dateng kesini, dasar perempuan enggak tahu malu, mau ngapain pula dia nemuin kamu, nyalinya gede banget nunjukkin muka dihadapan kamu" cerocos Angel kesal.

"pft.. hahaha" Lita tertawa mendengar omelan sang sahabat yang sangat geram melihat selingkuhan suaminya.

"kamu malah ketawa" ucap Angel heran melihat Lita.

"abis kakak lucu, kenapa jadi kakak yang marah-marah gitu, harus nya kan aku, tapi... makasih ya" ucap Lita Lega, yah sejujurnya tindakan Angel tadi membuatnya sedikit lega, tindakan yang tidak bisa ia lakukan, mungkin kalau tidak ada Angel mau tidak mau ia harus bicara empat mata dengan Indah, dan entah apa yang akan terjadi selanjutnya, mungkin ia akan mempermalukan dirinya sendiri, atau bahkan makin membuatnya sakit hati mendengar ucapan wanita penggoda itu.

"Leo bisa-bisanya selingkuh sama perempuan macam begitu" ucap Angel dengan raut wajah masih kesal sambil menjatuhkan bokong di kursi sebelah Lita.

"dia cantik kan, makanya Leo tergoda dengannya" ucap Lita dengan wajah sendu.

"siapa bilang, cantikan aku lah...ish" ucap Angel.

Lita tertawa lagi mendengar celetukkan sang sahabat yang dengan narsisnya memuji diri sendiri. "iya... kak Angel yang paling cantik, harusnya dia cari selingkuhan yang selevel kak Angel, ya kan!"

"nah gitu dong ketawa lagi, cewek kayak gitu mah enggak ada apa-apanya" oceh Angel lagi bermaksud menghibur sang sahabat.

Namun hati Lita tak bisa berbohong, nyatanya perempuan yang dibilang enggak ada apa-apanya itu bisa memberikan apa yang diharapkan suami dan mertuanya, bahkan ia semakin merasa tak lebih baik dari Indah.

avataravatar
Next chapter