webnovel

Hanya senyuman

"Sudah kukatakan padamu Bianca Adelia, jangan berani-berani mengurusi kehidupanku. Harus berapa kali kukatakan agar kau bisa mengerti, hah!" ucap Deon dengan meninggikan nada bicaranya pada seorang yang saat ini ada dihadapanya.

"Kau ini suamiku, aku berhak mengurusimu."

"Tapi aku tidak sudi. Dengarkan aku sekali lagi, aku menikahimu karena kau yang mengemis padaku. Jadi, jangan merasa aku sudah menjadi suamimu, lalu kau bisa mengurusi hidupku. Kau tahu, aku menganggapmu sebagai benalu yang menumpang hidup padaku. Jadi jangan macam-macam!"

"Ya, kau selalu mengatakan hal itu, tapi kau tidak pernah menjawab saat aku bertanya padamu, mengapa saat aku mengemis padamu kau tidak menolak. Kau dengan santainya mengiyakan, kenapa? Jika sudah begini apa aku masih salah, apa kau tidak berfikir ini semua bukan murni salahku, melainkan ini juga sebagian salahmu Deon!"

Plak! Dengan perasaan yang tidak bisa lagi dikendalikan Deon mengangkat tanganya dan menghantam pipi mulus Bianca. Namun Bianca yang terkena tamparan bukanya meringis kesakitan, malah sebaliknya Bianca hanya tersenyum, senyuman yang begitu meneduhkan.

"Aku mengartikan tamparanmu ini sebagai jawaban ketidaktahuanmu untuk menjawabku Deon," ucap Bianca lalu meninggalkan Deon yang terdiam.

Deon tidak habis pikir setiap dirinya menampar atau bahkan menyakiti Bianca, balasan dari Bianca membuat Deon tidak merasa puas dengan apa yang ia lakukan, senyuman. Selalu senyuman yang muncul saat Deon menyakiti Bianca. Bahkan Deon sempat mengira, jika Bianca sudah mengalami gangguan mental karena terlalu sering disakiti. Namun lagi-lagi Deon harus membuang jauh pikiranya, pasalnya jika Bianca mengalami ganguan mental, pasti sejak dulu Deon sudah pergi karena tidak ingin serumah dengan orang sakit.

Sudah dua tahun umur pernikahan antara Deon dan Bianca, selama itu mereka tidak pernah akur sama sekali. Pernah akur saat sehari setelahya menikah. Namun, di hari kedua mereka selalu saja bertengkar sampai saat ini, baik itu masalah muncul dari pihak keluarga ataupun salah satu pihak dari mereka. Pernikahan mereka berbeda, tidak seperti pernikahan yang diimpikan bagi setiap orang, yang akan menikah dengan pasangan yang telah ia pilih. Deon dan Bianca menikah karena sebuah masalah yang tidak terduga. Sehingga harus melibatkan pernikahan untuk menyelesaikan masalah itu.

Dan saat ini Bianca sedang asik membuat brownis di dapur, walaupun baru saja terlibat masalah dengan suaminya, Bianca melakukan aktivitasnya seperti biasa, seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Sebelum menikah dengan Deon, Bianca adalah wanita yang tidak punya apa-apa. Bianca hidup dengan sangat pas-pasan. Tidak ada yang bisa di ambil untuk modal usaha dalam investasi kedepan. Namun, hal itu berubah saat Deon Abimayu memperistrinya. Walaupun tidak banyak yang diberikanya, Bianca bisa memutar otak agar dirinya bisa membuat penghasilan sendiri, tanpa menyusahkan Deon.

Walau usahanya yang sudah berjalan hampir setahun ini belum diketahui oleh Deon, Bianca tetap santai menjalaninya. Menurut Bianca, Deon tahu atau tidak tahu, tidak ada yang akan berubah. Deon tidak akan ambil pusing untuk memikirkan dirinya. Deon lebih mementingkan pekerjaanya, dan kekasihnya yang bernama Sekar. Ya, Sekar adalah kekasih Deon, dan Sekar pula yang membuat masalah Deon bersama Bianca tidak pernah usai, sama seperti dengan hari ini. Lagi-lagi Sekar melaporkan sikap Bianca yang tidak baik padanya, hingga membuat Deon marah dan tentunya melabrak Bianca.

"Baiklah, hari ini aku sudah mendapatkan tenaga dari tamparan sang suami, seperti hari-hari lain. Hal itu tidak membuatku harus mengurung diri di kamar, sambil menangis. lebih baik brownis buatanku ini segera ku antarkan ke toko milikku. Aku yakin sudah banyak penggemar brownis buatanku ini yang sudah menungguku. Tema brownis hari ini adalah, brownis acuh tak acuh," gumam Bianca dengan semangat, mem-packing brownis buatannya.

Baru saja Bianca akan membawa brownisnya, namun saat akan keluar ternyata musuhnya saat ini sudah duduk manis di depan tv. Hal itu membuat Bianca mengurungkan niatnnya untuk mengantar brownis buatannya, dan memilih jalan lain yaitu kurir. Bianca akan mengirim brownisnya saja dengan jasa kurir itu. Bukannya Bianca tidak mood pergi, namun setiap Sekar datang kerumahnya, Bianca tidak ingin saja meninggalkan rumahnya. Bianca tidak ingin jika ada hal yang buruk yang akan terjadi. Mengingat jika Sekar adalah wanita yang sukanya menggoda.

Setelah memanggil kurir langgananya untuk mengantar brownis, Bianca dengan santainya ikut bergabung di ruang keluarga bersama Sekar menonton televisi.

"Ada apa? Mengapa kau kemari? Aku tidak ingin acara nontonku terganggu, pergi!" ucap Sekar dengan nada sinisnya.

"Apa kau tidak salah, hah? Kau mengusirku? Yang benar saja, disini akulah pemilik rumah dan kau hanya tamu. Kau hanya beruntung saja bisa bersantai di istanaku ini," ucap Bianca tidak kalah sinisnya membalas ucapan Sekar.

"Kau mau cari masalah lagi padaku?!"

"Aku? Apa kau bertanya padaku? Uhh ... takut sekali. Tapi sayangnya, aku tidak pernah merasa mempunyai masalah denganmu, Sekar."

"Kau, kurang ajar sekali padaku. Lihat saja, akan kulaporkan pada Deon," ancam Sekar.

"Kau ingin melaporkan apa pada suamiku? Tidak masalah laporkan saja, aku tidak takut. Dan, saranku adalah, jika kau ingin melapor setidaknya kau harus mencari ide lain untuk membuatku hina di depan suamiku. Setidaknya aku bisa bersemangat mendengar hal yang tidak benar padaku."

"Kau! Lihat dan tunggu saja," ucap Sekar segera meninggalkan ruangan, lalu berjalan ke arah ruang kerja Deon.

Bianca yang melihat kepergian Sekar hanya tersenyum, lalu setelah itu Bianca dengan santainya mengikuti Sekar masuk ke dalam ruang kerja Deon.

Saat ini mereka bertiga sudah ada diruangan, dengan Sekar yang mulai menjalankan misinya. Sekar saat ini sedang terlihat melakukan misinya dengan menangis di pelukan Deon. Bianca yang melihat hal itu, hanya merasa jijik dengan tingkah keduanya. Dia semakin jijik dan bukan cemburu.

"Deon boleh aku tahu, kekasihmu mengatakan apa tentangku? Nampaknya air yang sengaja ia teteskan dimatanya hampir habis."

"Kau, kau apakan Sekar?"

"Kau bertanya padaku, mana aku tahu. Coba tanyakan pada dia, apa yang kulakukan. Agar aku juga bisa tahu, apa yang akan dia katakan tentangku saat ini."

"Lebih baik kau keluar! Ini bukan tempatmu."

"Ya, aku tahu ini bukan tempatku. Baiklah, berhubung kau menyuruhku untuk pergi, aku akan pergi. Tapi pergi dari tempat ini, bukan pergi dari hidupmu," ucap Bianca meninggalkan ruang kerja Deon.

Sekar yang melihat kepergian Bianca akhirnya tersenyum bahagia. Sekar merasa jika dirinya kembali menang, dalam mengambil hati Deon. Namun tidak dengan Bianca. Dia memang pergi saat Deon menyuruhnya. Tapi dibalik itu semua, Bianca mempunyai tak-tik untuk membuat Sekar malu, setidaknya di hadapan Deon.

Next chapter