webnovel

Part 1

"Hey, gadis kecil, apa kau salah satu siswi yang akan menginap di asrama?" Sang penjaga gerbang bertanya kepada seorang gadis muda berambut putih di hadapannya, memegang kopernya dengan gugup.

"A-a-ah, iya—aku akan menginap di asrama. Apa bapak tahu jalan kesana?" Balas Kazumi.

Berlokasi di area depan dari lingkungan sekolah sihir Pudictiae, sekolah sihir paling berkualitas di negeri ini. Beberapa siswa muda yang terdiri dari berbagai macam ras tercampur aduk dalam beberapa gerombolan yang tidak terlalu padat, berjalan masuk sembari membawa koper dan tas-tas besar mereka setelah memberikan ciuman terakhir pada orang tua mereka masing-masing di luar gerbang sekolah.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi Kazumi, terlepas dari memiliki seseorang yang sangat menyayanginya, orang itu saat ini sedang tidak bisa mengantarkannya karena urusan tugasnya mengabdi pada negara.

Geez, kesatria idiot pedofil itu ... mengatakan padaku bahwa tuannya memanggilnya untuk berangkat ke medan perang—dia langsung pergi saja bahkan tanpa menepuk kepalaku seperti biasa!

Ketika mengingat wajah bangsawan pirang tertentu yang tidak merasa bersalah sedikitpun saat dia mengemas kopernya dengan buru-buru dan segera melesat melewatinya, ada sebuah api kekesalan yang menyala di dalam dada sang gadis. Sang penjaga yang tidak mengetahui apa yang terjadi hanya memandangnya dengan bingung.

" ... Maaf, nona muda, apa ada yang salah?"

"Eh?" Kazumi kembali ke indranya dalam sekejap. "Ah, tidak—tidak ada yang salah, kok, hanya sedikit urusan pribadi saja—omong-omong, sepertinya aku bisa menemukan pintu masuk ke asrama itu sendirian, terima kasih atas waktunya—paman."

"Ah ... iya."

Sang penjaga gerbang memandang Kazumi dengan aneh saat sang gadis itu dengan cepat meleleh menjadi satu dengan rombongan siswa baru.

Saat Kazumi berjalan diantara para remaja-remaja dengan koper besar mereka, matanya memandangi ke samping dengan kagum ke arah sebuah bangunan persegi panjang tinggi besar dengan jendela-jendela mengkilat yang tak terhitung jumlahnya berderet merefleksikan pemandangan dari suasana awal tahun ajaran baru. Sebuah kombinasi dari aestetik dengan desain modern tampak jelas pada corak-corak mewah pada setiap pinggiran bingkai itu.

Itu adalah kali pertamanya melihat bangunan itu, sejak dia selalu disuruh untuk bekerja di ladang dan pada akhirnya melupakan mimpinya, tidak pernah terlintas sedikitpun di benak sang gadis bahwa dia akan mencapai sejauh ini, mendapat kesempatan untuk menuntut ilmu di tempat yang sama seperti yang biasa para bangsawan memasukkan anak mereka untuk bersekolah. Seolah-olah keinginan terbesarnya menjadi kenyataan.

Dia merasakan keinginan yang kuat untuk meledak pada saat itu juga oleh kegiranganan dan berteriak, "Yayyyyyy!" Tapi ketika dia menyadari keadaan di sekitarnya yang cukup kacau dan teratur, sang gadis itu memutuskan untuk menundanya. Dia akan mengalirkan kegembiraannya dengan sepenuh hati ketika dia tiba di kamarnya sendiri.

Berjalan menyusuri jalanan batu lebar yang rapih, semak-semak gemuk yang dipangkas membentuk segitiga dan berbagai bentuk geometris lainnya mempagari trotoar itu dari rumput hijau khusus yang dilarang diinjak. Agar tidak terlihat terlalu polos, ada berbagai macam bunga berbagai warna yang ditanam di berbagai titik di area kecil yang mengisi padang hijau pinggiran sekolah itu.

Sang gadis yang penuh kekaguman itu berhenti sejenak di jalannya saat pandangannya terkunci pada suatu bunga raksasa, sebuah bunga angkrek hybrid langka yang hanya ditemukan di lantai dalam dungeon, di sebuah kota jauh dari pulau tempatnya bersekolah. Terpajang dengan indah melekat pada sebuah pohon kering, memamerkan bunganya pada siapapun yang lewat. Dengan kelopak berwarna merah yang berubah ungu ketika mencapai ujungnya, kepala bunga itu mengarah pada sang gadis seolah-olah menyapanya dengan manis, Kazumi membeku di tempatnya untuk beberapa saat, memiliki senyuman yang optimis dan penuh energi di bibir tipisnya sebelum dia melanjutkan bergerak mengikuti arus.

Karena kualitas pendidikannya yang banyak menghasilkan para penyihir-penyihir dan ahli alkimia yang hebat, banyak bangsawan maupun para pejabat pemerintahan yang memasukkan anak mereka ke dalam sekolah ini, dengan harapan bahwa mereka bisa bergabung dengan militer kerajaan dan menaikkan pengaruh keluarga. Seorang ayah bisa membual dengan bangga ketika anaknya diterima masuk ke akademi ini.

Dan karena tingkat kesulitannya, ada banyak rumah tangga bangsawan yang tidak mendapati anak mereka diterima lewat tes biasa, harus berakhir memberikan "hadiah" pada profesor tertentu di akademi untuk mengubah hasilnya. Untuk kasus Kazumi, ayah tirinya, sang Duke, juga menarik beberapa benang untuknya masuk ke sekolah ini. Meskipun harus mengubah rencananya di pagi hari yang damai dan meninggalkan gadis itu sendiri, tentu saja.

Sang gadis bisa melihat senyuman bangga yang tampak jelas di wajah beberapa siswa yang berjalan di sampingnya, terlepas dari fakta bahwa tidak semua dari mereka benar-benar layak akan memasuki tempat seperti itu. Anak kampung itu setidaknya bisa berdiri tegak ketika menyadari bahwa dia setara dengan anak-anak bangsawan lainnya.

Keluarga Redmark, Heavenswill, Royalsmith ....

Seperti yang kuduga—mereka semua berdarah biru!!

Ada seorang gadis elf berambut pirang pendek dan seorang anak laki-laki rupawan berambut hitam mengkilap klimis berjalan di sampingnya dengan penuh percaya diri. Bahkan dengan lirikan sekilas, Kazumi bisa menebak kedua orang itu adalah pewaris dari keluarga mereka masing-masing, meyeret koper mereka yang akan menemani mereka selama tiga tahun penuh disana.

Kesan utama adalah yang terpenting disini. Ketika ayah angkatnya yang tegas dan berpakaian bagus pertama kali mengangkat wajahnya, seorang gadis menjijikan dengan tubuh kusam dan kurus, naik ke atas, menatapnya langsung pada sepasang mata biru itu. Sang gadis tahu bahwa hidupnya telah berubah untuk sepenuhnya. Dan untuk alasan itu, dia berjalan dengan sikap anggun, seperti seorang tuan putri yang seharusnya.

Fu-fu-fu ....

Aku tidak punya garis keluarga bangsawan ... tapi, ayah angkatku—seorang Duke! Kazumi berpikir pada dirinya sendiri dengan senyuman sombong di wajahnya.

Dia pastinya tidak memiliki hak pada tahta sebesar itu, tapi itu tidak berarti dia akan cemberut sama sekali. Ayah angkatnya bahkan telah memberikannya izin untuk memanggilnya papa di depan umum, di depan sekumpulan bangsawan-bangsawan lainnya tanpa ada yang berani menyelanya, jadi dia bisa mengatakan kalau dia telah menjadi semacam putri Duke pada saat itu.

Aku layak mendapatkannya, ya ....

Terima kasih, kesatriaku ....

Sebuah ingatan yang menyedihkan tiba-tiba melintas di benaknya. Gadis itu segera merontokkan perasaan-perasaan berduka yang mendalam dari masa lalunya sebelum dia mengangkat pandangannya dan tersenyum.

Masa-masa kemiskinan yang menghantuinya telah menghilang jauh bersama dengan angin.

Gadis itu harus menjalani kehidupan barunya dengan sepenuh hati.

Memasuki sebuah area besar dari bangunan-bangunan megah dan luar biasa, bangunan asrama terletak di bagian barat dari bangunan sekolah, dua buah gedung megah yang dibangun dengan balok-balok putih tebal disusun menjadi satu seperti sebuah lego, sebuah metode membangun yang cukup asing di dunianya, menghasilkan gedung enam tingkat raksasa dengan kesan seperti alien memancar dari itu.

Bangunan itu masing-masing memiliki lima lantai padanya. Karena begitu barunya semua infrastruktur yang baru dibangun di pulau Vilangrad, pulau tempat akademinya berada itu, dinding-dinding berwarna susu yang modis itu tampak seolah-olah hanya dibangun untuk menampung kedatangannya. Dengan patung seorang perawan bertudung dan kesatria gendut yang berdiri berhadapan terpisah oleh pintu masuk, menjaga pintu dalam diam.

S-selamat pagi ....

Kazumi menunduk dengan bercanda pada kedua sosok dewa batu yang tengah menjaga asrama perempuan itu.

Tersihir oleh kemegahan yang luar biasa dari aula masuk yang luas dan berfurnitur mewah itu, dua lampu kristal berkilauan yang digantung jauh di atas kepalanya melemparkan kesan mewah dan bermartabat pada ruangan itu, membangkitkan rasa penasarannya sehingga gadis itu memutuskan untuk melanjutkan lebih jauh.

Menaiki tangga lebar berlengan menuju lantai atas dan melakukan belokkan di beberapa koridor, Kazumi menemukan dirinya tersesat di sebuah persimpangan lorong kamar karena kecerobohannya sendiri. Berputar memandang ke sekitarnya dengan ling-lung saat dia berusaha untuk menemukan kamarnya sendiri.

"Yo!"

"Wah!"

Tiba-tiba, sebuah tangan memegang sebelah bahu sang gadis dengan lembut. Kazumi menoleh dari balik bahunya secara refleks, ke arah sesosok pria kurus tinggi dengan jaket laboratorium putihnya.

"Murid baru, ya? Apa kau tersesat?" Pria itu bertanya sembari tersenyum mengerikan pada sang gadis.

Kazumi menyadari sebuah lencana khusus yang dipakai pria itu di bagian kanan atas dadanya—lencana burung hantu yang sama seperti yang selalu dipakai oleh seorang guru. Menyadari hal itu, gadis yang agak kikuk itu segera mengubah caranya berperilaku dan berbicara, membuka bibirnya dengan agak canggung untuk mengenalkan dirinya.

" ... S-s-senang bertemu denganmu, Professor. Namaku Kazumi Megumin, siswa tahun ajaran baru yang akan menginap di asrama ini .... Tolong bimbingannya mulai dari sekarang—"

"Kazumi-chan, ya?"

Pria itu menyela ucapan sang gadis dengan rasa keingintahuan yang besar, menyipitkan kedua mata ungunya ke arah sepasang mata rubellite sang gadis, seolah-olah mengintip ke dalamnya. Lalu dia menyeringai.

"Heh, Duke bajingan itu mengatakan kebenaran—kau secantik yang dia bicarakan."

"Maaf?" Kazumi benar-benar kebingungan. "Apa tuan kenal dengannya, juga?"

"Hm? Ya—yah, bisa dibilang kami mempunyai hubungan yang lumayan dekat."

Vilandgrad adalah salah satu bagian dari wilayah Armamentium, sebuah Duchy besar yang telah memberikan suaka kepadanya dari negeri tetangga. Mengingat bagaimana tindakan-tindakan langsung sang Duke di dalam pendidikan orang-orangnya itu, dia kemungkinan besar telah berkenalan dengan beberapa profesor dari akademi-akademi tertentu.

Pria itu menarik keluar satu tangannya dari saku jas laboratoriumnya dan menaruhnya diatas kepala sang gadis, menepuk-nepuk kepalanya dengan agak kasar, seringai masih menempel di wajahnya ketika dia melanjutkan kalimatnya.

"Aku sudah menerima surat rekomendasi dari Profesor Adonis, dia bilang kemampuan dan talentamu satu diantara jutaan, kau tahu? Mari kita lihat, nanti, apakah ucapannya itu benar atau hanya omong kosong belaka."

Adonis adalah nama dari guru sihir yang datang ke kediaman sang Duke sebagai ganti dari guru biasa yang mengajar di sekolah. Kazumi tidak pernah menunjukkan kemampuannya kepada siapa-siapa, jadi, ucapan yang dia dapat dari gurunya membuat rasa gelisahnya meningkat secara drastis.

"S-saya akan berusaha keras untuk tidak mengecewakan anda, pak!" Kazumi menanggapi ucapan pria itu dengan tegas dan penuh rasa hormat.

"Heh-heh, aku akan menantikan melihat performamu .... Omong-omong, kau belum tahu namaku, 'kan?"

Berbicara dengannya memberikannya sebuah perasaan pusing.

"Ah, iya, ini adalah kali pertama aku mengunjungi sekolah ini, jadi ...."

Kazumi mengalihkan pandangannya ke samping dengan kikuk, pria itu mengulurkan satu tangan yang berjari-jari panjang itu dengan ramah pada sang gadis saat dia mengenalkan dirinya sendiri.

"Olfa von Vimbulvettr, aku mengajar sihir es dan alkimia. Aku tertarik denganmu, kandidat Apostle, semoga kita bertemu lagi di kelas yang sama."

"Aku juga berharap yang sama, tuan—tunggu ... kandidat apostle?"

Kalimat yang keluar dari mulut sang professor menimbulkan rasa ingin tahu yang besar di wajah sang gadis, Olfa tampaknya mengucapkan itu dengan sengaja, tapi segera memasang wajah terkejut dan menutup bibirnya dengan telapak tangannya.

"Ups! Dia pastinya akan memarahiku jika aku mengucapkan sesuatu yang tidak perlu—maaf, tolong lupakan yang kau dengar itu, ya?"

" ...."

"Ah! Lihat waktunya!" Olfa mengeluarkan jam sakunya, meliriknya sekilas dan segera tersentak karena terkejut. "Maaf, ya, Gadis kecil, aku masih punya janji yang harus kutepati sekarang. Mari mengobrol lagi kapan-kapan, oke?"

Tanpa memberikan kesempatan bagi Kazumi untuk merespon, Olfa segera melesat melewatinya bagaikan seorang yang sedang terlambat, meninggalkan gadis yang mengamatinya dalam kebingungan.

... Apa yang bahkan dilakukannya di asrama gadis? Dia bertanya-tanya.

Tapi ketika tujuan sebenarnya dari gadis itu muncul kembali di dalam benaknya, sang gadis tersentak dalam menyadari sesuatu.

Aku lupa menanyakannya lokasi kamarku!!

Dia telah berkeliaran ke sekitarnya terlalu dalam sehingga tidak ada siapa-siapa di koridor itu. Dengan tidak adanya orang lain sama sekali untuk meminta petunjuk, Kazumi berdiri di sana dengan ling-lung.