4 Sambutan Hangat

Sebuah bangunan dengan disain interior yang terlihat sangat klasik terlihat begitu mewah dan menunjukkan bhawa pemiliknya bukan orang biasa. Amora bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan bahwa dia tidak memsasuki rumah yang salah.

Ah, bahkan bagi Amora ini bukanlah sebuah rumah! Tempat ini lebih tepatnya bisa disebut sebagai sebuah istana kecil karena memiliki yang sangat luas dengan taman yang tertata indah.

Amora melangkah mengikuti Travis Darmoko yang berjalan mendahuluinya. Setelah turun dari mobil pria itu sama sekali tidak mengatakan apa pun pada Amora lagi. Dia seperti menjadi sosok yang berbeda dengan yang tadi di jembatan dan dengan yang tadi ketika di dalam perjalanan di mobil.

"Selamat dating, Tuan Travis."

Suara seorang pelayan tampak terdengar begitu ramah menyambut pemilik istana kecil itu. Tidak ada jawaban dari Travis. Pria bertubuh atletis dengan aroma tubuhnya yang begitu hangat, hanya berjalan terus dan melewati beberapa pelayan yang berbaris berdiri menyambutnya.

"Ah, Travis! Kau sudah pulang?" Sebuah suara yang begitu lembut terdengar.

Amora yang sejak tadi berjalan dengan perasaan was-was sontak menoleh ke arah sumber suara itu. Dia dapat melihat sosok wanita cantik dan anggun sedang berdiri di tangga yang begitu megah dengan banyak ukiran.

"Tante Giana, maafkan aku karena tidak mengabari kepulanganku," sahut Travis yang dibalas senyumam oleh wanita bernama Giana itu.

"Itu bukanlah berita baru, Travis! Bukankah kau memang selalu seperti itu?" Giana berkata setengah meledek. Wanita anggun berusia lebih tua beberapa tahun dari Travis itu kemudian kembali menuruni anak tangga. Dia kini berdiri tepat di depan Travis dan Amora yang ada di belakangnya.

Giana terdiam sejenak. Dia kemudian memperhatikan sosok Amora yang tertunduk di belakang keponakan tampannya itu. "Siapa dia, Travis?" tanyanya kemudian.

"Dia adalah Amora, Tante. Dia akan tinggal di rumah ini mulai hari ini." Travis menjawab dengan penuh penekanan. Amora yang mendengarnya tentu tidak kalah terkejut dengan Giana yang merupakan tante dari pria tampan ini.

"Apa maksudnya tinggal di sini, Travis?" Giana kembali bertanya.

"Apa kurang jelas?" Travis mengangkat alisnya. "Dia adalah wanita yang aku ceritakan padamu waktu itu, Tante Giana," imbuhnya yang membuat Giana tersenyum.

"Aku tidak menyangka kalau kau akan membawanya dengan begitu cepat ke rumah ini, Travis. Tapi, tidak masalah sama sekali!" Giana maju selangkah untuk bisa melihat wajah Amora dari dekat. "Cantik!" serunya ketika sudah melihat wajah Amora.

Amora tersipu. Dia merasa sangat malu mendengar apa yang dikatakan oleh Giana. Ini adalah pertama kalinya dia dipuji oleh seorang wanita terhormat seperti Giana.

"Namamu Amora, 'kan?" tanya Giana yang membuat AMora menganggkat wajahnya. "Kau ternyata jauh lebih cantik dari apa yang dijelaksan oleh Travis!" seru Giana senang.

"Percuma kau memuji samapai seperti itu, Tanta! Wanita ini lebih suka membisu!" Sebuah kalimat sindiran yang keluar dari mulut Travis sedikit menyayat hati Amora. Dia tidak menyangka kalau penilaian Travis padanya hanya sebatas itu saja.

"Ah, eh, maafkan saya, Nyo-nyonya. Saya sama sekali tidak bermaksud untuk tidak menjawab." Dengan gerakan cepat Amora membungkuk dan meminta maaf.

Giana mengangkat pundak Amora. "Tidak sepantasnya kau membungkuk seperti ini, Sayang! Aku tidak marah padau. Aku justru sangat senang karena pada akhirnya Travis bisa membawamu pulang!"

Amora sama sekali tidak bisa mengerti pada apa yang dikatakan oleh Giana. Bagaimana bisa dia setenang itu menerima kehadirannya di istana kecil ini? Terasa sangat aneh, tetapi entah kenapa Amora sama sekali tidak merasakan perasaan tidak nyaman.

Travis yang bisa melihat ekspresi bingung di wajah wanita itu kemudian menarik tangan Amora dan membuat tubuh wanita itu sedikit terpental ke tubuh kekarnya. "Ayo ikut denganku! Aku akan menunjukkan di mana kamarmu!"

Amora hanya bisa menurut. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa pada saat seperti ini. Yang jelas sekarang dia harus mengamankan diri dulu dan memastikan kalau dia akan baik-bbaik saja.

"Travis, tunggu!" panggil Giana.

"Ada apa lagi, Tante?" tanya Travis membalikkan badannya. Tangan Amora tetap dipegang erat olehnya.

"Amora adalah seorang wanita!" sahut Giana singkat.

"Aku tahu, Tante!" jawab Travis.

"Kalau begitu, kau tahu kana pa artinya?" Giana memicingkan bola matanya.

Travis menggelengkan kepalanya. Sial. Sepertinya dia tidak memiliki pilihan lain untuk hal semacam ini. Bagaimana bisa dia melewatkan hal itu dan hamper saja membuat sebuah kesalahan.

Giana maju mendekati keponakannya itu dan juga mendekati Amora. "Amora, aku yang akan mengantarmu bersama beberapa pelayan. Travis akan disibukkan oleh banyak hal setelah ini," ujar Giana dengan sangat ramah.

Ada debaran lain di hati Amora. Dia hanya mengangguk. Tidak terdengar jawaban ataupun bantahan dari wanita ini. Hal ini membuat Travis merasa enggan untuk melepaskannya begitu saja.

Namun, melihat tantenya yang melotot, Travis seperti tidak memiliki pilihan lainnya. Pria tampan dengan aroma mint ini kemudian melepaskan cengkramannya dari tangan Amora dan membiarkan Giana meraih tangan Amora dengan wajah yang sangat sumringah.

"Bukankah memang sudah seharusnya para gadis berkumpul bersama?" tanya Giana tanpa mempedulikan perasaan Travis sama sekali. Dia menarik tangan Amora dan menjentikkan jari pada para pelayannya seolah memberi kode.

Travis hanya bisa berdiam diri melihat punggung tantenya yang semakin lama semakin menghilang bersama Amora. Dia tahu kalau Amora pasti akan baik-baik saja jika bersama dengan Giana, hanya saja ada setitik rasa dalam hatinya yang merasa tidak rela.

Travis merasakan getaran lain saat dekat dengan Amora. Itu tidak bisa dipungkiri karena saat malam dia terbangun setelah dibuat mabuk oleh seorang teman yang ternyata ingin menjebaknya, Travis sudah jatuh cinta pada wanita yang ada di sisinya.

Ya. Wanita cantik yang ditiduri oleh Travis pada malam itu adalah Amora. Bahkan Travis melihat bagaimana seprai yang menjadi alas dari pergumulannya dengan wanita cantik itu berbecak merah. Itu adalah tanda bahwa kesucian wanita itu telah direnggut olehnya.

Dengan rasa tanggung jawab yang besar inilah Travis mencoba untuk melindungi Amora dengan caranya. Ya, cara yang digunakan olehnya adalah menjaga Amora secara diam-diam sehingga tiba hari ini. Hari di mana Travis melihat kalau Amora ingin mengakhiri hidupnya.

Tentu saja itu tidak akan pernah dibiarkan oleh Travis!

Amora adalah wanitanya sejak dia telah merenggut kesucian wanita itu. Kini yang harus dilakukan oleh Travis untuk membuat wanita itu selalu ada di sisinya adalah dengan membantunya membalaskan dendam.

Dendam pada orang-orang yang sudah membuat Amora menangis adalah dendam yang paling besar yang dimiliki oleh Travis saat ini. Dia tidak akan membiarkan Amora menanggung semua hal ini sendiri lagi.

"Aku berjanji akan mengembalikan senyum di wajahmu, Amora! Kau tidak pantas untuk menangis!" seru Travis yang mengepalkan tangannya. Dalam hatinya kini telah dipenuhi hasratnya akan Amora.

*****

avataravatar
Next chapter