Prolog

Malam itu hujan turun begitu deras. Aku dapat mendengar dengan jelas bagaimana suaranya yang menghunjam tanah dan jendela bus yang kutumpangi. Setelah bekerja nyaris seharian, akhirnya aku bisa merasakan sedikit ketenangan karena terpisah dari setumpuk tugas yang tidak ada habisnya. Sembari memandang ke luar jendela yang buram oleh rintik air, saat itu aku mendengarkan sebuah podcast melalui earphone yang terpasang di telinga. Mengabaikan keadaan sekitar, aku hanya terfokus pada percakapan di telinga antara dua orang yang tengah membahas sebuah novel seorang penulis.

Aku ingat novel itu. "The Golden Eyes". Ceritanya mengisahkan seorang putri kerajaan yang berusaha mengambil hati sang ayah, tetapi harus berakhir tragis karena dia mati di tangan ayah kandungnya sendiri.

Kemudian, bus yang kutumpangi jatuh tergelincir di jalan dan aku mati. Namun, hal yang tidak pernah kuduga adalah saat esok harinya aku kembali membuka mata, dan terdampar di tempat asing. Parahnya lagi, aku terjebak di tubuh seorang bayi yang ternyata adalah tokoh utama dalam novel "The Golden Eyes".

Oh, Tuhan! Aku tidak mau mati dalam keadaan tragis lagi!