1 Kebetulan Macam Apa Ini?

Suara garpu berdenting ketika sang wanita berpenampilan modis selesai menghabiskan potongan kue di piring kecil dihadapannya.

"Ma, udah Nada bilang kalo Nada ga mau dijodohin", protes sang putri.

Pipinya menggembung tanda bahwa dia kini sedang kesal setengah mati. Konyol sekali jika dirinya di jodohkan. Taun baru suami baru gitu? Belum lagi kalo ternyata calon suaminya itu tua. Mau jadi apa dirinya nanti.

"Makanya, kalo kamu ga mau mama jodohin ya bawa pacar kamu. Suruh nemuin mama besok sore".

"Buru-buru banget sih, ma? Mas Shua aja belum punya istri kok aku udah disuruh nikah aja. Mending mama jodohin aja tu sama mas Shua".

"Iiihh mulutnya itu lho, gemes banget sampe mama pengen cubit. Mas mu yang satu itu dah ada calon. Lah kamu emang udah punya? Pokoknya mama ga mau tau. Kalo kamu besok sore ga bawa pacar kamu ke rumah, malemnya mama akan bawa kamu ke rumah calon suami kamu", putus sang mama lalu dia pamit untuk pulang ke rumah.

Nada yang kini bingung lalu menggumam pelan, "terus gue harus ngajak siapa buat dikenalin ke mama? Pacar aja ga punya".

Tak berselang lama ketika Nada menenggelamkan kepala diantara kedua sikunya, dia dikejutkan oleh seseorang yang menepuk bahunya pelan.

"Saya bisa bantu kamu, tapi kamu juga harus bisa bantu saya".

Nada melongo ketika dia membalikkan badan. Seorang laki-laki bersetelan jas biru dan kaca mata yang menambah kesan cool dimatanya.

Buset, tumbenan ada pangeran di siang bolong, batinnya.

"Hah?"

Hanya satu kata itu yang keluar dari bibir kecilnya. Ga mungkin kan dia berkata seperti apa yang dia batin tadi. Bisa kepedean ntar mas mas ini.

Laki-laki yang tadi menepuk bahunya tadi, kini sudah duduk manis dihadapannya. Dia menyilangkan tangan di dada sambil menatap Nada intens. Dan itu cukup membuat Nada salah tingkah.

"Kenalin, saya Arga. Saya tidak sengaja dengar percakapan kamu dan mama kamu tadi", ucap laki-laki yang mengaku bernama Arga itu.

Tuh kan. Emang suara mama tu mengglegar. Sampe mas mas ini aja denger. Kan gue malu, batin Nada.

"Saya bisa bantu kamu buat jadi pacar pura-pura di depan mama kamu. Tapi kamu juga harus mau jadi pacar pura-pura saya di depan mama saya", tawar Arga.

Nada kembali dibuat melongo. Ternyata orang ganteng juga jomblo ya. Dia kira semua cowok ganteng pasti gonta ganti pacar. Senin sama ini, selasa jalan sama itu, rabu sama yang ini, kamis sama yang itu.

"Masnya serius? saya cuma pelayan kafe lho mas. Masnya ga malu?" tanya Nada pelan.

Arga tersenyum miring, "ya terus? Mau kamu pelayan kafe ataupun kamu pemilik kafe ini pun saya ga peduli. Tapi saya sendiri juga ga yakin kalo kamu pelayan disini. Tadi saya denger mas yang sedang jaga disana panggil kamu bos".

Hih dika ni mesti. Udah berapa kali gue bilang jangan panggil gue bos juga, batin Nada sambil melirik ke arah Dika yang sedang melayani segerombolan siswa SMA.

"Gausah ngebatin"

Buset mas-mas ini kok tau gue ngebatin? Wah bahaya ini, batin Nada yang kaget dia kegep ngebatin mas-mas asing tapi ganteng.

"Emang saya berbahaya? Saya dari tadi anteng di depan kamu juga", sindir Arga pada Nada.

Arga mengeluarkan kertas dari dalam saku jasnya, lalu memberikan kertas tersebut ke wanita yang kini sedang sibuk dengan keterkejutannya itu.

"Hubungi saya kalo kamu setuju", ucap Arga sebelum pamit meninggalkan kafe yang kini mulai ramai.

Nada kini duduk di ruangan pribadinya. Tangannya masih memegang kartu kecil yang bertuliskan Arga Aditama. Apa dia akan menghubungi pria asing ini? Tapi kan belum tentu dia baik. Jangan-jangan cuma modus aja. Kan sekarang lagi jamannya tuh cowo cowo modus, yang ngaku kerja kantoran padahal mah dia cuma mau morotin doang.

Ah tapi masa sih? Kan dari penampilan aja dia udah keliatan kalo dia orang kaya. Keknya sih bau baunya dia tu anak bos deh. Udah kecium bau tajir sih.

Apa gue iyain aja ya? Kan kita juga sama-sama untung, batin Nada.

Ah tapi kalau dia iyain nanti dia keliatan ngenes banget. Lah tapi mau gimana lagi? Mama maksa banget sore ini harus bawa pacar. Kalo engga dia bakal dinikahin sama orang ga jelas.

Nada memencet nomor yang tertera di dalam kartu yang bertuliskan Arga Aditama. Tak lama kemudian, panggilan tersebut tersambung oleh sang pemilik kartu nama.

Halo

Anjir suaranya berat banget, dah kaya beban idup gue gara-gara dipaksa kawin sama mama, batin Nada.

Dia belum menjawab panggilan Arga, dia masih sibuk menggigit bibirnya sendiri untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Halo? Saya gaada waktu buat ngomong sama orang yg ga penting ya

Buset, galak bener dah. Yakin nih gue mau minta tolong sama dia? Ah bodo amat, yang penting gue selamet dulu dah daripada dijodohin sama mama, batin Nada.

"E-eh halo mas. Ini Nada, yang tadi siang di Cafe".

Oh

ANJIR OH DOANG

Gimana? Terima tawaran saya?

Huft, gue kira dia bakal bilang oh doang.

"Em jadi mas. Tapi saya nanti acara makan sama keluarga saya jam 7 malem".

Arga diam sejenak, dia tampak berpikir.

Oke saya jemput kamu habis maghrib di Cafe tadi. Saya harap kamu sudah siap, jadi langsung kita pergi ke rumah kamu.

"Baik mas"

Oh iya, makan malam sama keluarga saya besok malam. Saya harap kamu bisa bantu saya juga.

"Iya mas"

Good, see you.

Arga mematikan sambungan telepon sepihak sebelum Nada sempat membalasnya. Nada kini uring-uringan, perasaannya campur aduk antara gugup, malu, dan kesal.

"Haduh Nad Nad. Tampilan lu udah kaya orang gila yang suka nyender di tokonya mas Catur", ejek Dika.

"Enak aja lo. Orang gue cantik gini".

Nada mengibaskan rambutnya di depan Dika. Tapi respon yang ia dapat dari Dika bukan tatapan kagun, tapi malah tatapan seakan akan (bercanda lo?).

Dika ini sepupu Nada. Sepupu yang tau bagaimana Nada dari orok sampe segede ini. Sepupu yang tau baik buruknya Nada. Mulai dari Nada yang dulunya pernah ga sengaja nabrak gerobak cilok mang Darto gara-gara dia baru belajar sepeda sampe Nada yang kini kuliah di universitas ternama.

Keluarga Nada termasuk jajaran keluarga yang terpandang, namun Nada orang yang terlampau santuy lebih memilih tinggal di kosan yang biasa saja karena menurutnya, kosan itu kosan terenak karena tidak ada jam malamnya. Selain itu, tempatnya yang strategis dekat kampus jadi dia lebih memilih jalan kaki ketimbang harus bawa mobil.

Tidak terasa hari yang Nada takutkan tiba. Jika dikata siap atau belum pastinya dia akan menjawab belum banget. Secara ya, Mas Shua yang kini sedang jadi supir kendaraan yang bisa terbang itu saja belum menikah. Masa iya dia harus ngelangkahin mas nya yang baiknya minta ampun itu. Pengecualian, Mas Shua kadang gaada bedanya sama Mas Johan yang jahil parah.

Mas Johan itu kalo ada kejuaraan orang jahil internasional, pasti menang jadi juara 1. Gimana engga, orang mama aja kadang dikerjain sama Mas Johan. Terus ya paginya dihukum sama mama. Selama seminggu Mas Johan ga boleh pake motor, padahal kampus dia lumayan jauh dari rumah. Jadi mama cuma bolehin Mas Johan bawa mobil mama yang ada gambar hello kitty nya.

Oh iya Mas Satya itu mas pertama Nada. Mas yang kadang baik, kadang jahil, kadang suka marah-marah ga jelas kalo mang Cecep libur mendadak. Kan dia jadi ga bisa beli bubur ayam. Inget ya Mas Satya, Mas Shua, dan Nada itu tim bubur ga di aduk. Cuma Mas Johan aja tuh yang tim bubur di aduk.

Nada mengecek jam yang ada di ponselnya. Waktu menunjukan bahwa sekarang pukul setengah tujuh. Dan Arga sudah telat 30 menit.

Berselang lima menit kemudian, mata nya melihat mobil berwarna hitam berhenti di hadapannya. Seorang pria bersetelan jas hitam berjalan mendekati Nada setelah dia keluar dari mobil.

"Maaf saya telat. Meeting di kantor saya tadi sedikit molor dari waktu yang di tentukan. Kamu sudah siap?" tanya Arga dan di beri anggukan oleh Nada, bahwa dirinya sudah siap.

Jangan kira Nada kesal jika Arga sudah telat menjemputnya. Justru dia saat ini semakin gugup, bagaimana ga gugup. Gila aja dia bawa laki-laki yang baru aja kenal tadi untuk dijadikan pacar pura-pura. Tapi mau gimana lagi sih ya, udah gaada waktu buat cari yang lain.

Setelah Arga dan Nada berada dalam mobil. Arga memberikan informasi tentang dirinya agar Nada dapat mendalami perannya.

"Saya Arga Aditama. Putra dari Denis Aditama. Umur saya 24 tahun, dan saya anak pertama. Saya punya 1 adik laki - laki yang saat ini masih kuliah. Saya bekerja DE Corp. Umur saya 25 tahun. Any question?" jelas Arga sambil menyetir.

"E eh. Engga mas." jawab Nada terbata-bata.

Buset ini udah kaya perkenalan anak baru di sekolah anjir. Tapi kalo ga kenalan juga ga bakal tau asal usul mas mas yang tapi katanya bernama Arga itu. Tunggu berarti dia dan mas mas ini beda 3 tahun doang dong ya?

"Gantian saya yang kenalan ya mas"

Arga cuma mengangguk pelan dan kemudian melirik dirinya.

"Kenalin mas, Saya Nada Novella Danuarja. Mas nya panggil saya Nada aja. Umur saya mau 22 tahun ini. Saya masih kuliah, tapi udah semester akhir sih. Udah itu aja. Mas mau tanya sesuatu tentang saya?"

"gak" jawab Arga singkat, padat, dan jelas menusuk hati.

Mamaaaaa, mas masnya serem, batin Nada setelah dia sadar kalo Arga itu gak seramah yang dia bayangkan sebelumnya.

------------------------------------------------------------------------

avataravatar