webnovel

Pijatan

Siang tadi Ella menghabiskan waktu bersama Kai, hingga akhirnya Kai harus pergi untuk brtemu klien. Ella pun memilih pulang. Sambil berlari-lari kecil di halaman, Ella memerhatikan kebun kecilnya yang berada di dalam. Tanaman dan bunga-bunga yang ia tanam ternyata sudah subur dan berbunga. Hal itu membuat Ella sangat senang hingga menghabiskan waktu lama disana. Ella harus kembali untuk bekerja. Sebenernya dulu sebelum menikah Ella adalah salah satu pegawai di perusahaan swasta yang berhenti setelah menjadi istri Kai. Namun sekarang Ella tak perlu bekerja di suatu instansi lagi. Sebenarnya Ella sangat mahir dalam menggunakan teknologi dan akhir-akhir ini ia tertarik untuk membuat naskah yang bayarannya lumayan bisa membeli jajan dan scincer. Lagian Ella melakukannya hanya untuk mengusir kebosanan saja.

Setelah berjam-jam berkutik dengan komputernya, Ella mulai merenggangkan badannya. Pekerjaannya belum selesai, namun tubuhnya meminta istirahat.

Ella pun mengambil ponselnya dan memeriksakannya.

"Kira-kira sekarang mas Kai lagi ngapain? Apa dia sibuk?" gumam Ella dalam hati. Entah mengapa akhir-akhir ini ia samakin gila memikirkan Kai. Apakah cintanya semakin dalam kepada suaminya itu.

"Ganggu ga ya kalau aku nelfon? Emm, kirim SMS aja deh." Putusnya menemukan ide yang tepat.

Ella pun mengetik sebaris kalimat dan langsung dikirimkan kepada 'MY FUTURE HUSBAND' plus emoji lov. [Mas hari ini pulang jam berapa? Aku buatin rendang dan bubur ayam ya? Atau mas punya rekomded lain?]

Ella menunggu namun tak kunjung ada balasan dari Kai. Dengan sedikit kecewa Ella pun kembali menulis pesan.

"Segera pulang cepat ya. Ku tunggu di rumah]

Setelah itu Ella segera keluar dari ruang kerjanya dan langsung menuju dapur.

Ella mengeluarkan seluruh isi kulkas yang berisi buah dan sayur-sayuran. Dia pun mulai memotong sayur dan menggoreng bumbu masakan.

2 jam berkutik di dapur akhirnya rendan dan sayur yang ia buat telah siap. Ella menatap jam tangan yang menunjukkan pukul 6.35 sore. Sebentar lagi Kai pasti kembali. Tinggal menunggu bubur masak dan masakan pun siap.

Agar tidak bosan Ella memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya dan melanjutkan naskahnya yanh belum selesai. Namun Ella tak akan kerja tanpa pemanis mulut. Ella mengambil snak dan ice cream dari kulkas dan membawanya ke ruang kerjanya.

Wanita itu pun mulai sibuk dengan pekerjaan. Hingga jam 8 malam Ella tak sadar bahwa Kai telah kembali. Wanita itu begitu serius menyelesaikan naskahnya yang hampir selesai.

"Suara mobil?" Telinga Ella mendadak berdiri ketika mendengar suara mobil di halaman.

"Sepertinya itu mas Kai!" serunya dengan semangat turun dari kursi kerjanya dan segera keluar. Ella berjalan dengan cepat menuju halaman depan.

Dari kejauhan Ella melihat Kai yang baru kaluar mobil. Ella pun berlari menghampiri suaminya itu dan mengambil ahli tas kerja milik Kai. Ella juga membantu membuka jas Kai dan memegangnya.

"Gak usah berlebihan," tegur Kai merasa tak nyaman. Ella mendadak berubah pengertian dan seakan menginginkan perhatiannya ini membuat Kai merinding. Padahal biasanya wanita ini sangat dingin namun cemburuan dan gampang sekali menangis. Kadang Kai bertanya-tanya apakah Ella benar-benar menyukainya atau tidak.

"Hehe, mas capek ya?" tanya Ella dengan manis sambil menggandeng lengan Kai berjalan masuk rumah. Kai hanya menurut dan mengikuti langkah istrinya itu.

"Lumayan capek," sahut Kai. Lalu Ella mempersilahkan Kai untuk duduk di sofa dan dia ke kamar utnum menaruh tas kerja dan jas milik Kai setelah itu dia pun kembali.

"Mau minum teh dulu atau langsung makan? Aku masak malam ini. Kita makan sama-sama ya?" ucap Ella dengan bersemangat. Ia tak sabar Kai mencicipi masakannya. Namun Kai menggeleng dan terus berjalan masuk ke kamar.

Ella memerhatikan Kai yang melepaskan dasi dengan asal.

"Mas aku sudah masak. Apa mas mau mencobanya? Masakanku enak loh!" ucap Ella membuat Kai mendesah dan melempar tatapan super tajam kepadanya. kai berbalik dan melanjutkan jalannya lagi tanpa mempedulikan Ella.

"Mas... " Panggil Ella lantaran Kai tidak membalasnya. Jika Kai terus dingin seperti ini bagaimana ia membuat pria ini jatuh cinta kepadanya.

Ella menahan lengan Kai yang ingin melangkah. Hal itu membuat Kai berhenti namun tak menatap dirinya.

"Mas... " Panggil Ella dengan sendu seketika Kai langsung berbalik dan menatap Ella yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Kai terdiam. Entah mengapa melihat air mata Ella mengingatkan tentang kejadian semalam. Hatinya mendadak tak nyaman. Apakah ini karena ia kesal atau karena hal lain.

"Aku tahu, El! Kau terus mengirim pesan itu padaku!" ucap Kai penuh penekan..

Ella lalu mendongkak dan menatap Kai. "Kenapa mas tidak membalasku?" tanyanya membuat Kai menggeleng dan memijit jidat. Rasanya ingin sekali ia memarahi wanita ini. Namun melihat Ella yang akan menangis Kai tak tega memarahinya.

Kai begitu terganggu dengan Sinta–sekretarisnya yang terus mondar-mandir hanya untuk mengatakan, 'istri Anda menelepon, Tuan Kai.' bahkan saat Kai sedang rapat dan bertemu kliennya.

"Apa aku harus membalas semua?!" tanya Kai menatap Ella dengan kesal. Ella yang ditatap malah menggeleng dengan polosnya.

"Mulai saat ini berhenti menghubungiku. Apa kau paham?" serunya lagi lalu berbalik untuk pergi. Tanpa menghiraukan Ella yang mungkin terluka saat ini. Bagaimanapun kata-kata Kau sangat kejam. Dia tak menghargai perjuangan Ella.

Kai menatap Ella yang terlihat akan menangis. Lagi-lagi ia menjadi tak tega.

"Baiklah, aku istirahat sejenak dulu. Kepalaku terasa sakit sejak tadi," ucapnya berbalik ingin keluar ke halama. Mung dia bisa menghirup udara segar disana namun Ella malah menahannya.

"Mas sakit kepala ya? Sini mas biar ku pijitin!" Tanpa menunggu persetujuan Kai Ella segera menarik Kai dan membuat suaminya itu untuk duduk.

Kai pasrah dan hanya memerhatikan Ella yang mengambil botol minyak di laci lalu wanita itu berjalan mendekatinya dan menggosok minyak di kepalanya. Kai pasrah saja ketika Ella menggosok minyak di kepalanya.

Kai tidak bisa berbohong bahwa Ella memiliki keahlian memijit. Kepalanya terasa ringan dan nyaman dipijit oleh Ella. Tangan Ella bergerak dengan mahir. Jemari-jemarinya memijit kepala Kai serta tengkuk Kai membuat Kai ingan tidur saking nyamanya dengan pijitan Ella. Kai bahkan terdengar mendesah beberapa kali.

Beberapa menit berlalu Kai terbuai dengan pijitan di kepalanya. Hingga Ella menyelesaikan pijitannya. Pria itu tersadar bahwa tertidur di pangkuan Ella.

"Buka baju, mas!" Kai yang masih dibuai seketika membuka matanya mendengar perkataan Ella.

Pria itu langsung melotot kepada Ella yang menatapnya tanpa dosa. Ella langsung terkekeh.

Maksudnya ia ingin memijit punggung Kai agar Kai lebih enakkan.

Menyadari posisinya dengan Ella, Kai pun segera bangun dari pangkuan Ella. Rupanya sejak tadi ia begitu nyaman menyandarkan kepala di kedua paha Ella.

"Sejak kapan kau belajar memijit?" tanya Kai sambil menggosok rambutnya yang berminyak menggunakan handuk. Pijitan Ella benar-benar manjur. Kai merasa pandangannya menjadi ringan dan bebannyapun berkurang

Ella tersenyum mendengarnya. Apakah dia akan memuji. Ella yakin pijitannya paling poll. Dan yang terpenting adalah Kai adalah orang pertama yang ia pijit.

"Sejak... dulu, mas," sahut Ella.

Kai mengangguk lalu berbalik.

Kenapa baru sekarang ia tahu bahwa Ella memiliki keahlian seperti ini. Seharusnya ia mendapat pijitan wanita ini sejak dulu. Namun ini karena terlalu dingin kepada Ella. Mungkinkah ia harus membuka batasan yang ia buat dengan Ella.

"Terima kasih," ucap Kai lalu melangkah memasuki kamar mandi.

Ella menatap kepergian Kai dengan tersenyum. Untuk pertama kalinya Kai berterima kasih kepadanya. Bukannya cengeng. Namun mata Ella berair. Biasanya Kai selalu dingin kepadanya. Semangat, Ella. Kau masih belum mendapatkan hatinya.

Beberapa menit kemudian pintu kamar mandi terbuka dan Kai keluar dengan penampilan yang jauh lebih segar dari sebelumnya. Pria itu melangkah melewati Ella yang terus memerhatikannya. Ella tentu saja terbuai oleh ketampanan Kai yang semakin tampan dengan rambut basah seperti itu. Apalgi saat ini Kai hanya menggunakan handuk sepinggang. Tubuh kekar dan roti sobeknya terekspos begitu saja.

"Kaz ini..." Kai menatap Ella dengan tajam membuat si empu salah tingkah.

"Dimana imagemu sebagai wanita?" seru Kai denhan dingin.

Ella mencelos mendengarnya. Bagaimana bisa ia tidak tergoda kepada Kai yang seperti ini. Ella yakin wanita manapun pasti akan tergoda melihat penampilan Kai yang seperti ini.

Ella tersenyum jahat memikirkan hanya dirinya saja yang bisa melihat penampilan Kai yang saat ini. Namun senyum di bibirnya redup ketika mengingat Mawar.

Pikiran Ella menjadi tak tenang. Ia tak bisa berbohong bahwa ia cemburu hanya dengan memikirkan hal itu.

"Kau sedang apa?" ucap Kai terkejut dengan tindakan Ella. Ella menyentuh perut Kai. Kai tidak tahu apakah istrinya ini terlalu polos atau bagaimana. Namun Kai tak tahan ketika Ella menyentuh bagian perut bawahnya.

Kai menatap Ella dengan tajam. Apakah wanita ini tak tahu telah membangunkan junior yang tadi sedang tertidur. Sebelum kehilangan kendali, Kai segera menyingkirkan tangan Ella dari perutnya.

Kai menatap Ella yang menatapnya dengan tajam. Ada apa dengan wanita ini? Binggung sekali Kai dibuatnya.

"Apa kau pernah nginap di tempat Mawar, mas?" tanya Ella membuat Kai binggung dan bertanya-tanya. Mengapa mendadak Ella menanyakan seperti hal ini.

"Pernah. Kenapa emang?" sahut Kai yang akhirnya mengerti Ella sedang cemburu. Kai memang memiliki hubungan dengan Mawar. Namun ia bisa mengontrol dirinya. Ia tak sebajingan itu. Ia tahu ia masih sepenuhnya adalah suami Ella dan dia selalu menjaga batasan dengan Mawar. Namun karena Mawar juga adalah asisten sekaligus sekretarisnya sehingga ia sering bersama dengan kekasihnya itu.

"Apa dia pernah menyentuhmu seperti tadi?" tanya Ella membuat Kai menyernyit.

"Aku merasa tak perlu menjawab pertanyaanmu."

"Tapi, mas... "

"Cukup, El. Jangan membuat kepalaku makin sakit. Dan jangan membuatku mengungkit sesuatu yang membuatmu terluka lagi."

Ella terdiam mendengarnya.

"Entah apa yang terjadi pada dirimu. Ku harap kau cepat sadar," ucap Kai kemudian berlalu dan pergi.

Ella menatap kepergian Kai dengan sendu. Apakah bener Kai tak ada sedikitpun perasaan untuknya. Memikirkan itu Ella menjadi sangat sedih.

***