webnovel

TOLONG AKU!

" Apa? Sejak kapan?" tanya Wina.

" Sudah beberapa bulan!" kata Revan.

" Ya ampun! Apa istrimu tahu?" tanya Wina.

" Sepertinya tidak! Dia bukanlah wanita yang suka ingin tahu tentang suaminya!" jawab Revan.

" Tapi aku malah pengen dia tahu!" jawab Wina egois...lagi.

" Boleh aku meminta satu hal?" tanya Revan dengan nada bergetar.

" Apa?" tanya Wina langsung.

" Jika kamu bertemu dengan dia...bicaralah baik-baik!" kata Revan pelan.

" Aku bukan wanita kejam, Rev! Dia yang berstatus sebagai istri sahmu! Jadi aku hanya akan merendahkan diriku untuk memintamu!" tutur Wina miris dengan matanya yang sayu.

" Maaf! Aku tidak akan membiarkan itu! Aku sendiri yang akan meminta dia! Jangan melakukan itu, aku tidak mau kamu melakukan hal serendah itu!" kata Revan memeluk Wina.

" Ini namanya jodoh, Rev! Kita bertemu lagi setelah semua yang terjadi!" kata Wina. Revan mengangguk bahagia.

" Aku akan mengantarmu!" kata Revan.

" Tidak! Aku tidak mau ada masalah! Tunggu saja aku di penthouse kita!" kata Wina.

" Ok! I love you!" bisik Revan lalu mencium dalam Wina seakan mereka tidak akan bertemu lagi. Wina sesaat terbawa suasana, tapi saat tangan Revan sudah meremas dadanya, Wina melepaskan ciuman mereka.

" Tunggu aku!" ucap Wina lalu turun dan mendekati Nina yang berada di dalam gendongan Valen.

" Opa kapan main sama Nina lagi?" tanya Nina sedih.

" Nanti papa yang akan ajak Nina main ke rumah Opa!" kata Valen.

" Papa? Maksud Opa daddy?" tanya Nina.

" Tidak, sayang! Papa Revan! Itu papa Nina!" jawab Valen.

" Papa Revan? Papa Nina?" tanya Nina dengan mata berbinar.

" Iya! Ayo, kita pulang dulu! Kita harus bicara sama daddy dulu!" kata Wina mengambil Nina dari gendongan Valen.

" Terima kasih, Om!" kata Wina lalu mencium tangan Valen.

" Iya!" jawab Valen menganggukkan kepalanya.

Valen berjalan mendekati Revan setelah Wina masuk ke dalam rumahnya. Dia duduk disamping Revan di dalam mobil yang berjalan dengan kecepatan sedang.

" Kalo papa mau marah, ya marah aja! Nggak usah pake pukul-pukul!" kata Revan kesal.

" Suruh siapa jadi pria bodoh! Kemana kekuasaanmu? Kamu jadi bodoh jika bersama Wina!" kata Valen kesal.

" Paaaa!" rengek Revan.

" Cih! Malu sama badan! Gede gitu masih kayak anak kecil!" decih Valen.

" Papa harus bantu Varel bicara sama mama!" kata Revan.

" Apa? Nggak! Bisa di suruh tidur di luar nanti papa!" kata Valen yang membayangkan amarah Tata.

" Papa nggak kasihan sama aku? Sama Nina?" rayu Revan.

" Nggak usah bawa-bawa Nina! Harusnya kamu paham kelemahan mamamu!" kata Valen lagi. Revan berpikir keras akan ucapan papanya, dia berpikir ada hubungan apa antara Nina dengan mamanya?

Disebuah RS Angel membuka perlahan matanya, meskipun tubuhnya masih sedikit terasa sakit dan tidak nyaman, dia bangun dari tidurnya.

" Kamu sudah bangun!" ucap seorang pria.

" Iya!?" jawab Angel.

" Apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya pria itu.

" Bantu aku dan aku akan membantumu!" ucap Angel.

" Aku tidak yakin bisa melakukannya!" jawab pria itu.

" Bawa aku pergi dari sini dulu!" ucap Angel.

Mereka pergi ke sebuah apartement yang bisa dibilang cukup mahal dan besar. Angel merebahkan tubuhnya di atas ranjang pria itu.

" Aku harus kembali ke kantor!" ucap pria itu.

" Pergilah! Aku ingin istirahat!" kata Angel. Pria itu meninggalkan Angel yang terbaring di ranjang. Beberapa saat kemudian terdengar tangisan tertahan dari bibir Angel. Dia menangis sendiri dalam kamar orang asing.

" Kenapa kamu tega melakukan ini padaku, Van? Apa salahku? Kamu sangat jahat!" ucap Angel sedih dan marah.

" Kamu akhirnya pulang?" tanya seseorang dari pintu kamar Wina.

" Ya! Aku menunggumu!" ucap Wina.

" Apa sudah puas bercumbu dengan mantanmu?" sindir pria itu.

" Aku ingin kita bicara baik-baik, Will!" ucap Wina pelan.

" Untuk apa lagi? Dari awal bukankah pernikahan ini hanyalah sebagai pelampiasanmu saja? Hanyalah kedok buatmu agar Nina lahir dengan orang tua yang lengkap dan memiliki nama keluarga?" kata Will dengan senyum sinisnya.

" Kamu salah! Aku tidak tahu jika aku hamil saat menikah denganmu!" ucap Wina.

" Apa bedanya? Sekarang setelah kamu sudah bersama dia, kamu mau membuangku?" tanya Will dengan menahan amarah.

" Aku tidak mau lagi kita saling menyakiti dan membohongi anak-anak kita!" tutur Wina pelan.

" Selama pernikahan kita aku selalu mengalah dan membiarkan apapun yang ingin kamu lakukan, Win! Tapi aku adalah suamimu! Dan jika kamu memang ingin berpisah, aku meminta hakku sebagai suami yang tidak pernah kamu berikan padaku sejak awal pernikahan hingga saat ini!" kata Will tegas. Wina terkejut dengan ucapan William.

" Jangan gila kamu, Will!" ucap Wina menatap Will dengan tajam. William berjalan mendekati Wina yang sedang membereskan pakaiannya di koper.

" Kenapa? Aku adalah suami sahmu! Dan kamu lebih wajib melayaniku daripada dia! Apa kamu tidak ingin mengetahui siapa yang paling hebat di atas ranjang?" kata Will pelan tapi tegas.

" Stop, Will!" kata Wina mundur melihat William mendekatinya.

" Kamu akan merasakan kepuasan dari siapa yang melebihi siapa!" kata William lagi.

" Hentikan omong kosong ini!" kata Wina dengan wajah marah.

" Atau apa? Kamu mau teriak? Jangan lupa kalo ruangan di rumah ini semua kedap suara!" jawab William. Baru kali ini Wina menyesal jika kamarnya memiliki alat kedap suara.

" Aku akan membencimu seumur hidupku dan tidak akan memaafkan kamu!" kata Wina yang tubuhnya telah berakhir di meja riasnya.

" Apa ruginya untukku? Toh kamu akan meninggalkanku pada akhirnya dan kita tidak akan berhubungan lagi!" jawab William yang semakin dekat dengan Wina. Rev! Aku takut! Tolong aku! batin Wina dengan airmata yang perlahan membendung di kedua pelupuk matanya.

" Oh, ayolah, baby! Bercinta itu sangat nikmat! Kita mendesah dan saling memanggil nama pasangan kita secara bersama-sama!" ucap Will yang mengikis jaraknya hingga wajah mereka sangat dekat.

" Aku sangat menginginkanmu, Win! Apa kamu tahu jika tubuhmu sangat indah, baby!" bisik Will sambil mengelus pipi Wina. Airmata lolos dari kedua pipi mulusnya.

" Jangan menangis, baby!" ucap Will mengusap airmata Wina dengan lidahnya dan membuat Wina merasa jijik.

" Aku akan bermain selembut mungkin, lebih lembut dari kekasihmu itu! Kamu pasti akan mendesah seperti kamu mendesah di bawahnya!" ucap Will sarkasme dan Will yang semula lembut berubah menjadi kasar dengan mencengkeram rahang Wina hingga membuat wanita itu menatapnya ketakutan.

" Bagaimana rasanya bercinta dengan pria yang bukan suamimu? Nikmat bukan? Apa kamu bermain Woman On Top, baby? Ah, pasti kamu terlihat indah dengan tubuh polosmu, bergerak-gerak dan meliuk di atasku!" bisik Will membuat tubuh Wina bergetar ketakutan. Will menyentuh kulit tangan Wina lalu mengecupnya.

" Kamu sangat harum, baby! Aku masih ingat saat kamu lupa mengunci pintu pagi itu! Aku bisa melihat seluruh tubuh indahmu!" ucap Will dengan tangan yang turun ke paha Wina. Airmata Wina semakin deras menetes di pipinya.

" Let's play the game!" bisik Will lalu menjilat telinga Wina. Dengan sekuat tenaga Wina mendorong dada Will dan Will terkejut karena mendapat serangan dari Wina. Dia terjengkang ke belakang akibat lengah dan Wina berlari ke arah pintu keluar. Tapi belum sampai tubuhnya mendekati pintu, tangan kekar Will telah menarik tangannya dan melemparkan tubuhnya ke atas ranjang.

" Ahhhh!" teriak Wina merasakan kesakitan pada tangannya.