webnovel

S A K I T

Nina sangat kagum dengan kemegahan mansion Revan, dia tidak henti-hentinya berlari mengelilingi mansion itu. Sementara Revan masuk ke ruang kerjanya dan berbicara dengan Jim. Wina mengejar Nina yang berlarian lalu membawa putrinya itu masuk ke kamarnya di lantai 2.

" Apa ini kamar Nina, mommy?" tanya Nina.

" Iya, sayang! Kamu suka?" tanya Wina.

" Suka mommy! Banyak boneka dan mainan!" kata Nina dengan wajah ceria.

" Kamu mainan dulu, ya! Jangan kemana-mana kalo mommy belum datang!" kata Wina.

" Bagaimana kalo Nina pengen sesuatu?" tanya Nina.

" Ada mbak suster diluar, kamu bisa minta pada dia!" kata Wina.

" Iya, mommy!" jawab Nina yang langsung bermain dengan mainan yang ada di kamar itu.Wina berjalan turun ke lantai 1, dia mencari-cari sosok pria di hatinya itu. Tapi Wina tidak menemukan Revan dimana-mana.

" Apa Nyonya mencari Tuan?" tanya seorang pria.

" Iya! Dimana dia?" tanya Wina.

" Tuan sedang di ruang kerjanya, Nyonya!" jawab pria itu.

" Dimana?" tanya Wina.

" Dilantai 2 sebelah sana!" kata pria itu menunjuk ke sebuah tangga di sudut mansion.

" Terima kasih!" kata Wina.

" Sama-sama, Nyonya!" jawab pria itu.

Wina berjalan menuju ke tempat yang ditunjuk pria itu lalu naik ke atas. Ternyata lantai 2 ini di pisah antara sebelah utara dan selatan. Wina membuka pintu yang ada di situ dan melihat Revan sedang asyik berdiri dengan sebuah gelas wine ditangannya.

" Kenapa minum?" tanya Wina memeluk Revan dari belakang. Revan tersenyum dan mengusap tangan Wina yang melingkar di perutnya.

" Hanya sedikit!" jawab Revan. Wina mengecup punggung Revan dan mengusap-ngusap dadanya dari balik jas hitamnya.

" Jangan memancingku!" ucap Revan seksi karena hasratnya yang perlahan naik karena usapan Wina.

" Aku merindukanmu!" kata Wina jujur. Revan memutar tubuhnya dan meletakkan gelas di meja. Revan membawa Wina sofa, lalu Revan duduk sementara Wina berdiri di hadapannya.

Revan memeluk pinggang Wina dan Wina menyugar rambut Revan. Tangan Revan mengusap lembut betis dan naik ke paha Wina membuat wanita itu menahan desahannya dengan menjambak rambut Revan pelan. Revan dapat merasakan getaran tubuh Wina membuat hasratnya perlahan naik. Tangan besar itu masuk ke dalam rok Wina dan bergerak ke belakang lalu meremas bokong Wina. Wina melenguh dan mendorong kepala Revan hingga menempel di perutnya.

" Kamu basah, baby!" ucap Revan saat membelai bagian intim Wina dari luar. Wina melepaskan kepala Revan, dia mundur beberapa langkah. Revan menatapnya heran, tapi matanya membulat saat dilihatnya Wina membuka blousenya dan melepaskan roknya. Wina tersenyum menggoda sambil menggigit bibir bawahnya. Revan sangat terkejut melihat sikap Wina, darimana dia belajar menggoda pria seperti itu? Apa dengan cara ini dia menggaet suaminya? pikiran Revan sesaat melayang. Dengan perlahan tapi pasti dia berjalan mendekati Revan yang merasakan bagian intinya perlahan memberontak di dalam celananya. Wina melepaskan jas Revan dan membuka satu-persatu kancing kemeja Revan. Tatapan mata Revan tidak lepas dari kedua mata Wina, membuat wanita itu sedikit gugup. Wina membuka kemeja itu tanpa melepasnya, lalu dia duduk diatas kedua lututnya dan meraba dada liat Revan dan turun ke perut sixpack pria itu.

" Hmmmm!" Revan menggeram merasakan sentuhan erotis tangan Wina. Lalu Wina memberanikan diri dengan mencium bibir Revan, melumatnya dengan lembut dan berubah sedikit kasar. Revan hanya mengikuti saja permainan Wina. Bibir Wina perlahan turun ke leher kokoh itu lalu turun ke tulang selangka dan sekarang bermain di dada Revan.

" Sshhhh!" desis Revan merasakan hangat mulut Wina di dadanya. Perlahan tapi pasti Wina meringsek ke bawah dan terhenti pada perut bagian bawah Revan. Wina menatap wajah kekasihnya itu lalu membuka ikat pinggang dan kait celana Revan. Mata Wina membulat saat dia melihat milik Revan yang telah menegang dibalik celana boxernya. Dengan lembut dia mengusap-usap dari luar boxer membuat Revan menggeram menahan gejolak birahinya. Tangan lembut itu membuka kain penutup itu dan memainkan milik Revan ditangan berganti dengan mulutnya.

Setelah puas bermain-main, Wina naik lagi ke atas paha Revan dengan melepaskan sisa kain yang menempel pada tubuhnya dan melakukan penyatuan dengan Revan. Revan merasa nikmat dan senang melihat Wina bergoyang dan mendesah seksi. Akhirnya mereka berdua merasakan pelepasan dan mengulanginya lagi dengan posisi Revan di atas.

" Aku harus melihat putriku dulu!" kata Wina setelah nafas mereka kembali normal.

" Pergilah! Aku harus memastikan sesuatu dulu! Jika kamu mengantuk, tidurlah!" kata Revan.

Mereka bertiga melakukan piknik di dalam hutan dan berjalan-jalan di taman bunga keesokan harinya. Revan juga ternyata memiliki taman bermain yang lengkap. Nina sangat gembira dengan semua itu.

" Mbak! Aku mau ke toilet dulu!" kata Wina.

" Iya, Nyonya!" jawab suster itu. Wina pergi ke toilet saat Revan datang.

" Kemana istriku?" tanya Revan.

" Ke toilet, Tuan!" jawab suster itu. Revan tersenyum melihat Nina tertawa-tawa saat naik komedi putar.

" Mbakkkkk!" panggil Nina. Revan tersenyum melihatnya. Tiba-tiba kuda yang dinaiki Nina terlepas dari tiangnya dan membuat Nina jatuh tertimpa kuda kayu itu.

" Mommyyyyyyy!" teriak Nina. Revan terkejut mendengar teriakan Nina, dia melihat Nina yang telah terjatuh tertimpa kuda kayu.

" Hentikan!" teriak Revan. Seketika komedi putar itu berhenti dan Revan berlari ke arah Nina dan meraih anak itu kemudian memeluknya dengan erat.

" Ssssshhhhh! Sudah, ya! Mana yang sakit?" tanya Revan menatap anak itu dengan panik.

" Kaki Nina sakit, Om!" kata Nina. Revan melihat mata Nina yang sama dengan warna bola matanya. Sesaat Revan terhipnotis dengan kedua mata Nina.

" Sakit, Ommmm!" tangis Nina.

" Iya! Kita ke dokter, ya!" kata Revan.

" Nina? Ya, Tuhan! Apa yang kamu lakukan padanya?" tanya Wina emosi.

" Mommy!" panggil Nina.

" Aku..."

" Jauhi dia! Kalo kamu tidak suka padanya, aku akan pulang!" kata Wina marah lalu mengambil Nina dari gendongan Revan dan membawa Wina kembali ke mansion. Revan terpaku melihat kemarahan Wina. Baru kali ini dia melihat wajah Wina seperti itu.

Wina membawa Nina masuk ke dalam kamarnya dan memeriksa keadaan Nina.

" Apa dia menyakitimu, sayang?" tanya Wina.

" Siapa?' tanya Wina.

" Om Revan! Apa kamu dipukulnya?" tanya Wina lagi.

" Tidak, Mommy!" jawab Nina.

" Kamu tidak usah takut! Mommy akan membuatnya menyesal!" kata Wina masih emosi.

" Tapi mom..." Tok! Tok! Pintu kamar Nina diketuk.

" Masuk!" kata Wina.

" Permisi, Nyonya! Saya dokter yang ditugaskan Tuan Revan untuk memeriksa Nona Nina!" kata dokter itu.

" Apa setelah dia melakukan itu sekarang dia ingin mengobatinya?" kata Wina kesal.

" Apa separah itu, Nyonya?' tanya dokter itu.

" Aku tidak tahu! Periksalah!" kata Wina.

" Mana yang sakit, anak cantik?" tanya dokter itu.

" Kaki Nina, dokter!" jawab Nina.

" Bilang saja terus terang sama dokter itu, sayang!" kata Wina.

" Sepertinya kakinya terkilir dan ada sedikit memar di tangannya mungkin karena terbentur lantai komedi!" kata dokter itu.

" Tunggu! Komedi? Apa maksudmu?" tanya Wina bingung.

" Nina jatuh dari komedi putar, Mommy! Om Revan yang nolongin Nina!" kata Nina. Wina memejamkan matanya, dia merasa bersalah pada Revan karena telah menuduhnya menyakiti Nina.

" Mbak! Bersihkan tubuh Nina lalu buatkan susu! Nina tidur sama mbak, ya!" kata Wina pada suster dan Nina.

"Iya, mommy!" jawab Nina. Wina bergegas mencari Revan. Maaf! Aku begitu takut kamu menyakiti putri kita! batin Wina.