webnovel

Kekacauan 2

Revan dan pria itu terhuyung ke belakang dengan pistol berada di tangan Revan. Dorrr! Revan menembak orang itu tepat di dadanya hingga membuat pria bertopeng itu perlahan jatuh bersimpuh lalu terlentang bersimbah darah. Sedangkan semua pria yang bertopeng itu berlari mendekati Bos mereka dan menodongkan pistolnya ke arah Revan.

" Jangan berani-berani! melakukan itu jika kalian tidak mau ikut mampus!" teriak seorang pria yang berlari bersama beberapa orang. Mereka mengepung semua orang yang berpakaian hitam itu dan meringkus mereka.

" Jim?" panggil Valen heran.

" Bos!" sapa Jim pada Valen.

" Maaf, Bos!" kata Jim pada Revan.

" Win...na!" ucap Revan membuang pistolnya dan berjalan terhuyung ke arah Wina. Wina berlari memeluk Revan.

" Syukurlah kamu selamat! Aku sangat takut kamu kenapa-kenapa!" kata Wina mengusap-usap punggung pria muda itu. Revan tersenyum getir, dia memeluk sangat erat tubuh Wina.

" I love ...you!" bisik Revan lalu tiba-tiba tubuh Revan melemah, Wina tersentak kaget saat merasakan tubuh Revan semakin terasa berat lalu mereka terjatuh dengan posisi Revan dibawah.

" Revannnnn!"

" Varelllll!"

Tata berlari mendekati putranya.

" Revan! Kamu kenapa? Revan!" panggil Wina sambil menepuk-nepuk pipi Revan karena matanya yang terpejam.

" Revan! Jangan bercanda!" kata Wina lagi.

" Varel! Janan bercanda, nak!" kata Tata yang berada di atas kepala Revan. Wina menepuk kembali pipi Revan.

" Rev..."

" Kenapa tanganmu berdarah, Win?" tanya Tata.

" Wina juga..."

Wina menghentikan ucapannya, dia melihat ke arah perut Revan yang tadi di pegangnya. Terlihat darah membasahi pakaian dibagian perut Revan.

" Revannnnnnn! Jangan bercanda..."

" Kita harus membawa Bos ke RS, Nyonya! Itu peluru sungguhan!" kata Jim.

" Apa?"

Semua berteriak karena kaget. Jim segera mengangkat tubuh Revan ke luar rumah.

" Revannn! Kamu nggak boleh kenapa-kenapa, brengsek! Kamu sudah janji padaku untuk merebutku dari Bastian!" kata Wina yang berjalan disamping Jim.

" Sayang!" panggil Valen. Tata menatap tajam suaminya.

" Jika sampai terjadi sesuatu pada anakku, jangan harap aku akan memaafkanmu!" kata Tata dingin, lalu berjalan mengikuti Jim dan Wina. Valen tahu jika istrinya kecewa dengan semua yang terjadi.

" Cari mereka segera!" teriak Valen.

" Siap, Bos!" jawab Hans lalu menelpon anak buahnya sedangkan Valen pergi menuju ke RS.

Reva tersenyum pada Claudia, sebuah senyum yang dipaksakan, yang harus dilakukannya hanya agar dirinya tidak terlihat jika sedang cemburu pada gadis di hadapannya itu.

" Silahkan duduk!" kata Reva pada Claudia.

" Trima kasih!" ucap gadis itu sopan lalu duduk di depan Reva.

" Dimana kamu mengenal suami saya?" tanya Reva membuka percakapan.

" Kak Andra adalah relasi papaku di negara Y!" kata Claudia dengan mata bersinar, sangat tampak jika dia begitu bersemangat saat menyebut nama Andra.

" Apakah kamu tahu kami memiliki anak?" tanya Reva.

" Aku tahu! Andy!" jawab Caludia. Hmmm! Apa dia menyelidiki keluarga kami? batin Reva.

" So, dalam rangka apa kamu datang kesini?" tanya Reva.

" Sebenarnya ini masalah pribadi, Kak!" kata Claudia. Cihhh! Sejak kapan kamu akrab denganku sehingga memanggilku kakak! batin Reva.

" Maaf, saya tidak menerima permasalahan pribadi di kantor!" kata Reva tegas.

" Kalo begitu saya akan menunggu Kak Reva makan siang di cafe sebrang!" kata Claudia.

" Sinta!" panggil Reva.

" Ya, Bos?" sahut Sinta yang tadinya duduk di sofa kemudian berdiridan mendekati Reva.

" Apa hari ini jadwal saya ada yang kosong?" tanya Reva.

" Sepertinya tidak, Bos! Jadwal Bos sangat padat malahan!" kata Sinta sambil melihat layar IPadnya.

" Maaf Claudia, kamu bisa membuat janji dengan Sinta dulu jika ingin bertemu dengan saya, seperti hari ini!" kata Reva.

" Tapi, Kak..."

" Permisi, saya harus menghadiri sebuah acara penting!" kata Reva lalu berdiri dan berjalan menuju pintu.

" Saya ingin menjadi istri kedua Kak Andra!" teriak Claudia. Sontak Reva menghentikan langkahnya dan mengepalkan tangannya. Reva memejamkan kedua matanya, Sinta yang ikutan mendengar, merasa tubuhnya bergidik karena aura mencekam dari Bosnya. Reva memutar tubuhnya dan mendekati Claudia.

" Apa yang membuat lo yakin jika Andra akan mau menikah dengan lo?" tanya Reva dingin.

" Karena aku masih muda! Cantik! Dan masih virgin!" kata Caludia tersenyum smirk.

" Cihh! Percaya diri sekali! Lo pikir cinta itu hanya seputar tubuh? Belajar lagi sana!" kata Reva meninggalkan Caludia.

" Aku akan membuat dia menyentuhku dan aku akan memuaskan dia di atas ranjang, melebihi yang kamu lakukan! Apapun caranya!" teriak Claudia lagi.

" Jangan membuat gue marah! Atau lo akan menerima akibatnya! Lo belum tahu siapa gue!" kata Reva kemudian keluar dari ruangannya.

" Silahkan Nona!" kata Sinta pada Claudia. Claudia sebenarnya tahu Reva itu siapa, tapi dia sangat terobsesi dengan Andra. Sejak papanya mengenalkan dengan pria itu dan tanpa sengaja Andra menolongnya saat di toilet dari gangguan mantan kekasihnya, Claudia begitu tergila-gila dengan sosok Andra. Apalagi Claudia sempat memegang dada Andra yang terasa liat, fantasi liarnya berkelana membayangkan Andra.

" Dasar pelakor!" gerutu Reva di dalam mobil. Reva masih belum bisa menghubungi Andra.

" Ckkk! Awas aja kalo kamu beneran ada hubungan sama pelakor itu!" gerutu Reva lagi karena kesal Andra yang belum bisa dihubungi. Sinta hanya diam mendengar Bosnya, karena dia tidak mau membuat wanita di sebelahnya itu semakin kesal.

" Apa kita akan mampir dulu pulang, Bos?" tanya Sinta.

" Iya, Tik! Saya lupa kalo gak bawa gaun!" kata Reva.

" Baik, Bos!" jawab Sinta. Boris yang mendengar ucapan Reva langsung membawa mobilnya menuju ke kediaman Valen.

" Ada apa ini, Ta?" tanya Gerry.

" Tolong Varel, Ger! Lo harus tolong dia!" kata Tata pada Gerry sambil menggoyang-goyang tangan Gerry.

" Lo sabar dulu, Ok!" kata Gerry yang menepuk tangan Tata.

" Lepaskan tangan lo!" ucap Valen dengan wajah marah.

" Ckkk! Jangan mendekat! Aku masih belum memaafkanmu!" kata Tata kesal sama sifat posessif suaminya itu.

" Sayang!" rajuk Valen.

" Ayo, Ger!" kata Tata menggandeng tangan Gerry.

" Sayang!" panggil Valen kesal. Awas lo, Ger! Gue akan buat perhitungan sama lo! batin Valen. Gerry berjalan masuk ke dalam IGD, sementara Tata mendekati Wina yang menangis terisak di kursi tunggu pasien.

" Semua akan baik-baik saja, sayang!" kata Tata memeluk tubuh Wina yang masih memakai pakaian pengantin.

" Aku takut, Ma! Aku sangat takut!" kata Wina balas memeluk Tata.

" Mama juga! Kita berdo'a saja agar semuanya baik-baik saja!" bisik Tata.

" Papa bilang semua hanya sandiwara! Tapi pistol itu..."

" Ini salah papa, Win! Seharusnya papa tidak lengah! Papa kira orang bertopeng itu Jim!" kata Valen dengan wajah penuh penyesalan.

" Varel anak yang kuat! Dia pasti akan baik-baik saja!" kata Valen mencoba memberikan ketenangan pada dua wanita yang sedang berpelukan itu.

" Papa!" panggil Reva yang datang terburu-buru.

" Bagaimana Varel?" tanya Reva memegang tangan papanya.

" Dia sedang ditangani Om kamu!" kata Valen.

" Reva!" sapa Tata melepaskan pelukannya dengan Wina lalu memeluk Reva erat sambil meneteskan airmata yang sedari tadi ditahannya.

" Sabar, ya, ma! Reva yakin Varel pasti bisa bertahan!" hibur Reva menepuk dan mengelus punggung mamanya, sementara dia menahan airmatanya agar tidak jatuh.

" Keluarga Revan! Apa ada yang bergolongan darah AB-?" tiba-tiba seorang dokter keluar dari ruang IGD dengan wajah cemas.

" Tidak ada, Dok!" jawab Valen.

" Cepat temukan, atau nyawanya tidak akan tertolong!" kata Dokter itu.

" Tidak! Revannnnnn!" teriak Wina lalu tubuhnya melemah dan pandangannya kabur, dia pingsan. Untung Valen berada di samping Wina, jadi bisa menahan tubuh Wina.

" Wina! Wina! Sadar, nak!" kata Valen menepuk-nepuk pipi Wina.

Next chapter