webnovel

Pertemuan yang Tidak Disangka

"Ya Ampun, sampai segitunya kamu Andini. Memangnya kamu mengintip dari mana?"

"Dari loteng. Tadi habis bangun tidur. Aku sengaja mengelilingi kosmu ini, sampai aku menemukan tempat harta karun di mana aku bisa mengintip berondongku mandi."

Mayang nyengir. Antara aneh dan prihatin. Sepertinya temannya ini memang perlu dibawa ke psikiater.

"Nih, May. Seksi banget kan dia." Andini menyodorkan ponselnya, tapi ditolak Mayang.

"Aku enggak ada waktu buat lihat begituan. Sudah telat aku ini."

"Oh, Maaf ya. Kamu lanjut saja. Nanti aku antar kamu sampai ke Bank."

Mayang pun kembali meneruskan memakai pakaian dan berdandan. Dia sempat melirik Andini yang senyum-senyum melihat video pujaan hatinya itu.

"Kamu yang nyetir ya." Andini menyerahkan kunci begitu mereka sampai ke tempat penitipan.

Mayang tidak protes. Yang penting sekarang, dia harus cepat sampai bank.

Namun di tengah perjalanan, mereka terjebak macet. Mayang gelisah sendiri. Berbanding Andini yang tidak henti-hentinya memutar video di ponselnya.

"Gemas banget melihat bulu di dadanya yang gempal. Kesannya cowok banget."

"Din, Bisa diam enggak sih." Mayang gusar. Udah terjebak macet. Malah mendengar ocehan Andini tentang si Daud.

"Santai dong, May. Sekali-kali kamu itu main dong sama berondong. Biar bahagia, ceria seperti aku."

'Bahagia? Kelainan yang iya.' Mayang membatin. Baru saja semalaman, Mayang sudah cukup tahu banyak mengenai kegilaan Andini tentang berondong. Obsesinya yang besar untuk bisa tidur dengan Daud. Pria yang dulu pernah dicueki oleh Mayang mentah-mentah.

"Badannya seksi banget. Gempal. Berotot dimana-mana. Duh, cara dia menyabuni tubuhnya itu lho macho banget."

"Din, please jangan bicara lagi. Aku pusing." Mayang memelas. Muak dengan Andini yang terus memuji Daud yang menurut Mayang biasa saja.

"Hehehe, sori May. Habis aku terlalu excited bisa melihat tubuh telanjang Daud lagi. Uh, kapan ya dia enggak ngambek lagi kalau ketemu denganku. Kangen banget aku."

"Dia ada expo di galaxy Mall malam ini. Datang saja." Mayang keceplosan berkata.

"Hah? Serius kamu? Wih mau dong datang ke sana. Temenin ya."

Seketika Mayang menutup mulut. Duh, seharusnya dia tidak usah bilang. Pasti Andini minta ditemeni. Padahal kondisi tubuh Mayang capek kurang istirahat. Dan lagi, dia malas kalau bersitatap dengan Daud.

"Kamu enggak usah ke restoran deh, nanti malam. Temenin aku aja. Mau kan?"

"Iya." Mayang enggak punya alasan untuk menolak.

"Sip, Nanti aku jemput kamu ya."

Mobil sudah tidak terjebak macet. Mayang bisa sampai di bank meskipun terlambat lima belas menit. Sedangkan Andini sepertinya tidak sabar menunggu sore hari.

Sore pun datang. Andini menjemput Mayang sesuai dengan janji mereka. Kali ini Andini yang menyetir untuk menuju Galaxy Mall.

"Duh, jadi tidak sabar."

Sampai di mall, mereka langsung menuju lantai paling atas di mana ekspo diadakan. Andini terlihat menggunakan kerudung sekedarnya, masker dan juga kaca mata hitam. Sengaja supaya Daud tidak mengenalinya ketika ketemu.

Lumayan ramai pengunjung Ekspo kala itu. Ada banyak brand yang menjual product masing-masing. Dari yang standart sampai kategori mahal.

"Eh, Daud Sales mobil apa ya?" Andini menggaruk-garuk kepala. Penyakit lupanya kumat.

"Gak tahu aku."

"Kita keliling yuk. Cari."

Mereka pun menjelajahi area yang menjadi hall expo itu. Mayoritas Sales rupanya adalah wanita seksi. Terang saja karena kebanyakan pelanggannya adalah pria. Sedangkan brand yang dipegang Daud sepertinya brand khusus sehingga salesnya harus laki-laki.

"Nah, itu dia."

Andini menunjuk ke arah Daud yang sedang memprospek pembeli. Ternyata pria itu adalah sales dari mobil Porsche, salah satu brand mobil paling mahal.

"Ayo, May. Ke sana."

Andini menyeret lengan Mayang supaya lebih dekat di stand di mana Daud bekerja.

Daud yang baru selesai memprospek pembeli menoleh. Dia tersenyum melihat Mayang datang bersama wanita misterius.

"Eh, Bu Mayang. Kirain enggak mau datang." Daud menyapa dengan suaranya yang renyah. Mayang juga sempat melihat cara Daud memprospek pembeli tadi. Begitu sopan dan ramah. Beda sekali kalau sudah dikos. Sangat suka menggoda dan begajulan.

"Iya, tadi niatnya mau nongkrong sama temenku ini. Berhubung ada pameran iseng saja, pengen lihat." Mayang menjawab sekenanya. Kalau bukan karena Andini, ogah dia datang ke pameran mobil.

"Oh, kirain Bu Mayang sengaja datang ke sini karena pengen ketemu saya." Tuh kan Daud mulai melancarkan godaannya. Rasanya Mayang ingin lari saja dari tempat itu.

"Enggaklah, GR banget kamu."

"Jangan ngambek gitu dong, Bu. Nanti cantiknya luntur lho. Oh iya, Ibu ini siapa? Kok enggak dikenalin."

"Nama saya, Ashanti, Bang." Andini mengulurkan lengannya. Nyaris saja Mayang tertawa mendengar Andini mengaku Ashanti. Udah gitu suaranya pakai dibuat mendesah lagi.

"Daud, Bu. Oh iya Bu Ashanti mau beli mobil?" Rupanya Daud tidak mengenali kalau itu suara Andini.

"Jangan panggil Bu, dong, Bang. Kesannya saya tua banget."

"Panggil Tante saja ya? Mau?"

"Ih, Mau banget."

Mayang memutar bola mata. Begini nih kalau buaya jantan bertemu dengan buaya betina. Sama-sama saling memangsa.

"Baik, Tante, kalau begitu saya jelaskan spesifikasi mobilnya." Daud mulai melakukan aksinya sebagai salesman mobil yang handal. Selain promosi, juga menjelaskan tentang spesifikasi mobil. Terlihat lancar dan lugas sekali. Postur dan bahasa tubuhnya mendukung sekali. Tak ayal, Andini sampai terganga dibuatnya. Bukan karena fokus dengan penjelasan Daud, melainkan lebih ke tubuh kekarnya. Pikiran sahabatnya itu pasti sudah melayang kemana-mana. Kotor penuh birahi.

Mayang juga tidak menampik kalau penampilan Daud malam itu sungguh mengagumkan. Bagaimana tidak! Sore itu, Daud tampil sangat prima. Berkemeja putih dengan kancing bagian atas yang sengaja dibuka. Sehingga kalung titanium nya terlihat pamer sedikit di lehernya yang sekokoh beton. Outfitnya berbeda dengan tadi pagi. Sepertinya memang sengaja ganti. Tapi menurut Mayang yang ini lebih ok.

Terlebih, Daud memakai jaket kulit hitam, bukan yang mahal tapi karena jaket itu dipakai oleh seseorang lelaki bertubuh padat berisi seperti Daud maka jaket itu terlihat pas sekali dan terkesan mahal. Melihat Daud malam ini seperti melihat seorang Intelijen yang sedang bertugas.

Memang mempesona, tapi tetap saja, Mayang tidak terkesan.

Terlebih saat mengingat kelakukan Daud yang menjijikan. Memakai pakaian dalamnya untuk memuaskan diri. Bagaimana pakaian dalam bekas keringatnya menyatu dengan keringat jantan Daud. Mayang merinding sendiri. Geli.

"Bagaimana Tante ? Apa berminat membeli mobilnya?" pungkas Daud kepada Andini.

Belum sempat Andini menjawab, tiba-tiba dari arah samping muncul sepasang suami istri. Yang tidak lain adalah Sapto, mantan suami Mayang, bersama istri barunya Sari.