webnovel

Pertarungan Batin

Kondisi di loteng itu begitu gelap, berbeda dengan kamar mandi yang terang benderang. Kacanya juga agak buram. Tidak memungkinkan untuk menembus keadaan di dalam loteng. Sehingga Mayang bisa leluasa melihat tanpa takut kepergok.

Daud masih memakai celana boxernya yang terlihat ketat. Dia sedang menyikat gigi. Rasa was-was masih menyelimuti Mayang. Takut kalau Daud menengok ke atas. Mau taruh di mana mukanya?

Namun karena hasrat yang sudah diujung tanduk, Mayang tetap meneruskan niatnya. Dia memang takut ketahuan, tapi tidak mau melewatkan momen ini.

Handuk masih tersampir di pundaknya, dia terus menyikat giginya. Agak lama. Lantas, setelah itu dia berkumur.

Dia mendongak. Melepaskan handuk dari pundak nya yang lebar serta kokoh itu. Menggantungkan handuknya di paku di balik pintu kamar mandi.

Daud berdiri sesaat. Mulai memegang kolor boxer ketatnya. Santai dan lepas, menurunkan celana boxernya melalui kakinya yang berotot serta besar bak kaki pemain sepak bola itu. Dia menarik boxer dan celana dalamnya sekaligus. Seperti tak memberi kesempatan bagi mata Mayang untuk menikmati pelan-pelan pemandangan indah di depannya.

Seperti naik ke suatu gunung. Dan ketika sampai di atasnya, langsung disuguhi pemandangan indah nan luar biasa sekaligus.

Di depan Mayang, Daud, pria pujaan hati Andini, dan pria yang telah membuat Riyanti menjerit-jerit. Tengah berdiri tegak menantang. Tanpa selembar benangpun. Memperlihatkan semuanya. SEMUANYA!

Speechless! Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata!

Mayang ternganga. Takjub. Gemetar. Panas dingin. Daud sungguh luar biasa!

Seperti yang Mayang lihat di video itu. Hanya saja sekarang secara langsung. Live!

Daud dengan tidak sengaja dan santai menggaruk kepalanya, seperti ingin menambah ketakjuban Mayang.

Mempertontonkan bulu ketiaknya. Baru kali ini, Mayang melihat secara jelas bulu itu. Lebat luar biasa. Panjang keriting hitam. Kelihatan sekali sudah lama tidak dicukur. Lelaki seperti Daud sangat cuek akan hal-hal seperti itu.

Mayang memperhatikan bulu itu basah. Sedikit lembab. Seksi. Macho. Serasa cuping hidungnya berada di dekatnya. Ingin membauinya. Mayang tidak tahu dengan wanita lain. Namun, bagi dirinya bau keringat lelaki terutama di bagian ketiak itu sangat menyegarkan. Makanya dulu, ketika mantan suaminya pulang, dia paling suka ndusel. Bersandar di dekat ketiak lama-lama.

Pandangan Mayang turun sedikit ke bawah, ke perutnya. Perut Daud memang bukan perut lelaki fitness. Dia bukan cowok fitness. Perut dan pinggangnya terlihat kuat. Sedikit maju, tapi tidak buncit. Perut itu terlihat alami saja.

Di bawah pusar. Yang menjadi pusat dari segala perhatian Mayang. Yang sempat Mayang lihat di video. Sebuah keperkasaan besar. Tempat di mana wanita-wanita menjerit merasakan surga dunia. Tempat di mana Daud yang begajulan itu membagi-bagikan kenikmatan surga kepada para wanita. Yang Mayang baru ketahui adalah Riyanti dan Andini, belum wanita-wanita yang lain!

Mayang menarik kepalanya. Nafasnya menderu. Sekujur tubuhnya seperti mengeluarkan asap saking panasnya. Astaga, tubuhnya bisa sepanas ini!

Seketika Mayang merasa kembali di masa di mana dia kesepian ditinggal suami. Begitu kuat dia menahan gairah atas nama kesetiaan. Namun pada kenyataannya, pertahannya jebol juga.

'Enggak! jangan sampai aku tergoda. Aku tidak boleh jatuh ke lubang yang sama.' Mayang mewanti diri sendiri. Masih ingat bagaimana dulu Marwan mempermainkannya. Sapto yang mengkhianatinya. Dua pria itu sudah cukup untuk membuatnya sadar. Jangan pernah berhubungan dengan lelaki brengsek lagi!

Sekali lagi dia mengatur nafasnya. Gejolak itu membuat bagian bawahnya berkedut luar biasa. Namun tidak mungkin baginya untuk bertemu dengan Daud. Meminta pria itu untuk menggagahinya. No! Mayang masih punya harga diri.

"Ayolah, Mayang kamu pasti bisa menahan diri. Jangan sampai keblabasan." Mayang berbicara sendiri. Iya, siapa lagi yang tidak mengingatkan selain diri sendiri.

Setelah dirasa cukup tenang, dia hendak menyingkir dari tempat itu. Namun, dia tercenung saat mendengar suara bass yang mengerang.

'Ada apa?'

Detik itu juga, Mayang menyesal. Betapa tidak! pria itu mengerang bukannya kenapa-napa. Dia tengah mengurut sesuatu miliknya yang tegak menjulang sampai pusar. Sesuatu sebesar raksasa yang baru lihat pertama kali dalam hidup. Dulu, Mayang merasa bahwa Marwanlah pencetak rekor. Sekarang rekor itu terganti oleh berondong muda ini. Sungguh Mayang tidak bisa berkata-kata lagi.

Daud tengah melakukan pemuasan diri. Tepat dugaan Mayang, kalau sebenernya Daud sedang ada masalah dengan Riyanti. Sudah dua hari dia tidak datang ke kos. Dua hari juga pria itu tidak menabur benih. Baguslah! Jengah juga Mayang lama-lama kalau setiap malam mendengar suara Riyanti yang setiap malam selalu merintih, seolah pamer kenikmatan.

Kini, Daud telah melakukan pelampiasan. Mayang dipaksa untuk melihatnya. Wajah pria itu terlihat penuh amarah. Bukan karena masalah yang mendera. Melainkan gairah yang harus terselesaikan. Kepalan tangannya yang kekar itu terlihat mantap memainkan miliknya yang seperti mengamuk.

Mayang malah merasa kasihan. Dia ganteng, gagah, perkasa, tapi masih saja 'pipis' menggunakan tangan. Duh, seandainya Mayang bisa bantu.

"Idih, mikir apaan sih aku ini!" Mayang menampar wajahnya sendiri. Setiap kali dia melihat Daud. Pikiran kotornya selalu bermunculan. Nafsunya membuncah. Hal alami yang lumrah dirasakan manusia. Mayang tidak bisa menampiknya.

Setelah cukup lama berperang batin, Mayang menyingkir dari tempat itu. Walaupun rasa penasaran masih menghinggapi hatinya. Namun, dia enyahkan. Tidak ingin gairahnya terbakar lama-lama.

Mayang sudah ada di kamarnya. Dia sampai lupa belum mandi. Maka dia berdiam diri menunggu pria di sampingnya selesai.

Sepuluh menit.

Dua puluh menit.

Satu jam.

Barulah terdengar suara guyuran air. Mayang sampai bergumam.

'Apa enggak lecet ya punyanya itu. Satu jam melakukan pemuasan diri.' Mayang menggeleng-gelengkan kepala.

Beberapa saat, terdengar Daud mengguyur dirinya. Mungkin sambil keramas. Tidak menunggu waktu yang lama, dia keluar. Mayang bisa mendengar langkahnya yang mantap saat menuju kamar.

"Nah, sekarang giliranku keluar."

Mayang yang sudah siap dengan peralatan mandi dan handuk. Segera keluar dari kamar. Dilihatnya kamar Daud yang tertutup. Syukurlah, jadi tidak perlu berpapasan dengan dia lagi.

Baru saja masuk kamar mandi, Mayang langsung di sambut oleh bau yang tidak biasa. Memang ada bau keringat Daud yang terkontaminasi dengan sabun. Segar rasanya menguar di hidung. Namun, Mayang mencium bau lain. Anyir seperti….

Dan benar saja, Mayang dibuat terkejut saat menutup kembali pintu. Di balik pintu itu terlihat beberapa tetesan bernas. Banyak dan kental sekali. Tidak salah lagi pasti ini ulah Daud yang membuang benih sembarangan. Kasihan, padahal mereka adalah bibit-bibit penerus bangsa, tapi sudah dibuang sia-sia.

Cepat-cepat Mayang mengambil beberapa gayung air dan menyiramnya. Butuh beberapa kali untuk menyiram air kental itu supaya turun dan mengalir ke pembuangan. Mayang tidak boleh membiarkan cairan itu tetap ada. Tidak ingin terbayang-bayang dan nafsu.