webnovel

Lelaki Paling Romantis Sedunia

"Di mana? Bahaya nggak ? " Mayang perlu bertanya karena tidak suka kejutan seperti tadi.

"Sini ikut." Daud berjalan menuju bagian belakang pura yang gelap. Beberapa wisatawan asing juga ikut dengannya. Mereka rupanya juga sudah tau ada wisata lain yang bisa di lihat di sini.

Dan apa yang dikatakan Daud bukan bualan belaka, tatkala setelah sampai di belakang Pura, terlihat ada sekelompok kelelawar besar bergelantungan di antara rerimbunan daun pepohonan yang masih basah oleh hujan tadi. Pepohonan itu adalah pohon-pohon tua, entah sudah berapa ratus tahun umurnya. Mereka seperti terlelap bersembunyi dalam kegelapan

Kelelawar itu terlihat mengerikan. Taringnya panjang. Bisa dibayangkan kalau terbang menghinggapi Mayang. Ih, kalau Daud yang hinggap sih enggak apa-apa.

Daud langsung memotretnya. diikuti oleh wisatawan lain.

Setelah itu, mereka kembali ke pura, duduk sebentar dan sibuk berfoto lagi..

Kali ini, Mayang memberanikan diri untuk ber berfoto dengan beberapa monyet yang berdiri di pundaknya.

Setelah itu, mereka memutuskan untuk pulang.

Mayang terlihat takut-takut saat akan melewati khawasan monyet penjaga. Daud tertawa. Dia merangkulkan kembali lengan besarnya di belakang Mayang. Gayanya santai, akrab, tapi bagi Mayang gaya Daud itu seperti mau melindungi dirinya.

Benar saja, ketika melewati lagi jalanan tadi puluhan monyet datang menyerbu, Mayang ketakutan. Mereka sudah kehabisan makanan, Pisang sudah tidak ada di dalam genggaman.

Mendadak, ada satu monyet besar datang mau menerkam Mayang. Monyet itu ternyata mau duduk di bahu Mayang. Mayang yang memang sangat ketakutan tak sengaja mendorong Daud ke arah monyet itu. Maksudnya bisar Daud yang menghadapinya.

Namun, Daud malah terdorong ke depan. Sialnya karena jalanan licin dia justru terpeleset jatuh ke kubangan lumpur kecil. Bajunya yang putih jadi kotor oleh lumpur.

"Sori, Daud. Aku tidak sengaja. Aku ketakutan tadi."

Mayang langsung meminta maaf dan membantunya berdiri. Kawanan monyet yang tadi bergerombol malah bubar. Mungkin karena gaya jatuhnya Daud yang juga cukup keras menciptakan suara ribut membuat mereka lari ketakutan.

Mayang sekarang benar-benar merasa tidak enak dengan Daud.

Namun, jawaban Daud malah membuat Mayang terperangah. Pria itu terlihat santai sekali dan bilang tidak apa-apa.

Padahal, bajunya jadi kotor. Mayang berinisiatif untuk membelikannya di toko cinderamata nanti.

Di dalam mobil, Mayang melihat Daud mengambil tas yang diletakkan di belakang. Mobil agak bau lumpur sekarang. Mayang benar-benar tidak enak hati.

"Daud, Maaf banget ya, aku tadi refleks aja ngedorong kamu. Aku pikir monyet-monyet itu emang takut sama kamu," Mayang mencoba mengemukakan alasannya.

"Nggak apa-apa, kan sudah aku bilang, santai saja." Daud menyahut sambil dengan santainya membuka kaosnya yang penuh lumpur. Penampilannya buka baju selalu menggairahkan. Mana tahan kalau Mayang dihadapkan dengan Daud yang telanjang dada begitu.

Sayangnya pemandangan indah itu hanya sebentar saja, tatkala Daud melemparkan pakaian kotor itu ke lantai mobil dan menggantinya dengan baju yang dibawanya. Ternyata baju gantinya itu adalah baju lengan buntung yang di beli di Kuta. Penampilan Daud makin seksi dengan kedua lengan besarnya yang terekspos.

Mayang menahan nafas tatkala bau yang menguar di balik ketiak Daud. Daud yang tersimpan bulu ketiak lebat beraroma deodorant, tapi lebih dominan mau cowoknya. Dan Mayang harus bersikap biasa sepanjang perjalanan pulang nanti.

'Damn! You are so hot, Baby.'

Mungkin ada hikmahnya Mayang mendorong Daud tadi. Sekarang pria itu berganti dengan baju yang lebih seksi. Lebih memanjakan mata. Lebih mengundang hasrat. Tugas Mayang hanya harus bersikap biasa. Walaupun dia sangat bergairah sekali.

Mobil melaju. Daud mengajak Mayang ngopi sebentar di warung sepanjang jalan ke Tanah Lot. Di warung Kopi, mereka memesan ubi goreng dan pisang serta kopi. Daud terlihat agak menjauh. Mengeluarkan kotak rokok. Selalu saja mau merokok di setiap kesempatan.

Pukul empat sore.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tabanan di mana pura Tanah Lot berdiri.

Daud memang orang yang sangat menyenangkan dalam perjalanan. Bisa menghidupkan suasana. Sehingga tidak jemu Mayang rasakan. Tidak pernah bosan terus bersama Daud, andai bisa selamanya ya Tuhan.

Tebing curam tempat Pura Dang Kahyangan berdiri.

Luar biasa indah pemandangannya.

Parkir dulu, baru kemudian, Mayang dan Daud segera berjalan ke arah Tebing itu, cukup jauh perjalannya, tapi banyak wisatawan lain yang menuju tempat yang sama.

Semakin dekat kami ke Tebing curam itu semakin indah pemandangan.

Pura Dang Kahyangan yang menurut legenda dibangun oleh seorang Brahmana yang berasal dari Tanah Jawa. Karena terusir oleh penguasa ke Tanah Lot saat itu. Dia memindahkan Bongkahan Batu besar ke pinggir Pantai.

Memulai mendirikan Pura di sana. Dengan keajaiban mistik pada saat itu maka selendang yang dikenakannya berubah jadi Ular laut yang akhirnya sampai sekarang menjadi penjaga di sekitar Pura yang megah itu.

Pelan-pelan Daud dan Mayang menginjak dan melompati bebatuan karang untuk menuju tebing yang menurut legenda adalah bongkahan besar batu yang di lemparkan itu.

Deburan ombak laut yang memecah karang di sekitar mereka layaknya sayap-sayap putih yang siap membawa terbang semua bebatuan di sekitar sini ke tengah laut.

Tak lama mereka sudah sampai di bawah Tebing itu. Bongkahan-bongkahan batu yang terus terkikis air laut menciptakan goa-goa yang unik di bawah tebing curam.

Di sana, mereka bisa melihat ular laut yang bergantungan menjulur di setiap lapisan batu karang itu. Ada pula air laut yang terjebak di bawah karang-karang itu. Dipenuhi ular yang konon penjaga pura di atasnya, Mayang bergidik melihatnya.

Lama juga mereka di sana, memandang lautan lepas. Menikmati pemandangan hempasan ombak laut yang ganas menabrak batu karang terlihat sangat menggelora.

Mereka pun mengambil foto dengan bantuan wisatawan ramah yang mau membantu mereka berdua. Di tengah batu karang saat ombak menghempas di belakang mereka.

Mereka segera beranjak dari situ, Pemandangan sunset akan sangat indah jika ditangkap dari kejauhan dengan latar belakang karang besar ini.

Mereka berdua berjalan dengan cepat meninggalkan batu karang itu.

Semua wisatawan baik yang lokal maupun luar negeri berdiri di satu lapangan. Menyiapkan kamera yang menghadap ke keindahan laut lepas dengan matahari yang mulai membulat redup. Lebih disempurnakan dengan latar belakang Pura Dang Kahyangan.

Sunset sebentar lagi tiba, Daud dan Mayang duduk di batu karang. Memandang jauh ke depan.

Mayang duduk merenung menikmati keindahan alam. Menikmati suasana yang dihadapi sekarang, menikmati duduk berduaan di samping Benny pria yang selama ini Mayang dambakan.

Mayang melirik ke arah Daud yang diam saja memandang ke depan. Seperti terpukau akan pemandangan. Mayang selalu suka dengan apapun ekpresi wajah Daud entah diam seperti ini, maupun ketika tertawa terbahak-bahak. Intinya, apapun yang Daud lakukan sangat berbekas bagi Mayang.

Mayang tiba-tiba memegang lengan Daud. Daud yang dipegang tertegun.

"Ada apa May?"

Mayang tersenyum penuh arti. Dari sorot matanya sudah cukup menggambarkan semuanya. Perasaan terdalam Mayang. Entah pria itu bisa membacanya atau tidak.

Tanpa izin, Mayang merebahkan kepalanya ke pundak gempal Daud. Dia sudah tidak peduli lagi apa reaksi dari pria itu. Yang jelas Mayang sangat mendambakan momen seperti ini. Momen bulan madu yang berhasil Daud ciptakan untuk Mayang. Tanpa lelaki itu sadari. Tanpa lelaki itu pahami. Dalam hati, Mayang menobatkan Daud sebagai lelaki paling romantis sedunia.