webnovel

DUA

Apakah aku belum mengenalkan siapa cowok bule kepo di sebelahku? Satria Wirasena anak dari adik dari ayahku. Kalian pasti bertanya - tanya dalam hati " kok bisa sih Lana punya saudara bule? " Ok aku akan menjelaskan sedikit tentang keluargaku.

Ayahku sebenarnya campuran perancis dan indonesia sedangkan ibuku campuran jepang dan indonesia. Yah meskipun aku tidak terlalu terlihat seperti blesteran tapi kalau di perhatikan iris mataku ada warna hijaunya. Ayahku di perancis mempunyai dua adik, tante Irlin dan om Adam, keluarga kami meskipun berasal dari perancis tetap saja ayah memakai nama indonesianya.

Satria anak tunggal om Adam dan Tante Siska. Dulu aku tidak begitu tau Satria karena dia pindah ke Bandung saat masuk sekolah SD kelas empat. Gabungan tubuhnya yang tinggi dan wajahnya yang bule, rambut ikal hitam dan mata coklat terang saat SMP dia langsung masuk salah satu cowok yang paling diincar di sekolah.

Sejak dulu selalu ada gosip antara aku dan Satria, mulanya aku membantah semua itu tapi lama - lama aku capek juga akhirnya aku biarkan saja, bodoh amat kalau mereka salah paham karena asumsi ngawur mereka sendiri. Selama tinggal di Surabaya Satria tinggal di rumahku karena orang tuanya menetap di Bandung.

Kulihat dia mengklakson satu kali tepat di depan pintu pagar rumahku, Kulihat satpam terbirit-birit membukakan gerbang, salah satu sifat jelek Satria " tidak sabaran".

Sebelum kubuka pintu mobil, ternyata Satria sudah membukakannya untukku. Jujur terkadang aku bisa menemukan semua sosok dalam dirinya, mulai dari ayah, ibu, kakak, bahkan sampai pacar hehehe.

Aku keluar dari mobil dengan berpegangan pada Satria yang mengulurkan tangannya membantuku keluar mobil. Salah satu kebiasaannya dari dulu yang menurutku terlalu berlebihan, dia fikir aku akan jatuh saat keluar dari mobil apa?.

Aku berjalan sejajar dengannya ke pintu depan yang di bukakan nya, Setelah masuk aku langsung menuju ruang makan. " Ibu hari ini masak apa? aku laper banget nih " kataku sambil melihat berbagai makanan di atas meja.

" Eh Lana ganti baju dulu sana baru makan ! Nggak malu dari dulu selalu aja seperti itu " Ibu melepas celemek dan menghampiri kami. Kulihat Satria tersenyum dan pamit menuju kamarnya.

" Gimana sayang hari ini sekolahnya? " Beliau membelai rambutku sedang aku yang dari tadi asyik menyantap makan siang tanpa menghentikan makanku cuma manggut - manggut keenak.an.

" Kacau bu " Aku memasukkan sesuap besar oseng kangkung kesukaanku. Meski rumah kami besar dan punya beberapa pembantu tapi kalau urusan memasak beliau selalu memasak dan menyiapkan makanan untuk keluarganya sendiri.

Kulihat beliau menautkan alisnya. " Kacau gimana? "

" Kamu di tantang lagi sama temenmu? "

" Uhm enggak bu tapi si Vio jadi salah paham sama aku "

" Pasti karena Satria kan? " Tuh kan beliau itu peka banget. " Sayang kalau dia salah paham harusnya kamu dekati dia jelaskan ke Vio "

" Nyem nyem uah pu api lau si Vio nya nggak mau akhu deketim " ( udah bu tapi kalau si Vio nya nggak mau aku deketin ) ucapku tak jelas karena mulutku penuh. Aku mendengar suara tertawa tertahan dan saat aku menoleh aku melihat Satria sudah mengganti seragamnya dengan baju santai.

" Yah kalau nggak mau di deketin di telfon dong! Bukannya kamu udah dapet no w.a dan no lainnya? " Saran ibu sambil menyendok kan secentong besar nasi di piring Satria.

" Terimakasih tante , tapi kalau menurut saya tidak usah di jelaskan karena nanti pasti semuanya akan tau sendiri hubungan kami yang sebenarnya " Satria tersenyum manis dan mengambil beberapa lauk.

" Eh kok udang ku nggak ada " aku mengaduk nasi yang tinggal sedikit.

" Yah nggak tau, emang belum habis? " Satria cuek.

" Belum kok masih dua aku tinggal nuang air udah nggak ada " aku melirik Satria curiga.

" Ngapain nglirik - nglirik? Aku nggak makan udang mu? " Satria cuek dan terus makan.

" La trus itu kepala udang dari mana? Kan kamu nggak pernah doyan makan kepala udang? " tunjukku ke piringnya.

" Yeeee kok nuduh ini udang aku ambil dari piring kok "

" Iya dari piringku kan! Hayo ngaku " tukas ku.

" Iya iya nih aku ganti nih " Katanya cengengesan mengambil udang lagi dan di taruh di piringku.

" Huh " aku menusuk udang itu dengan garpu kuat - kuat.

" Oh ya tante om pulang jam berapa? Ada yang mau Satria sampaikan pada om" Satria melihatku dan mengedipkan sebelah matanya.

" Om kamu tadi telfon katanya hari ini ada perlu dulu dengan rekan bisnisnya jadi pulangnya agak malem. Emang ada perlu penting? Kalau mendesak kamu bisa telfon om nanti sore" Ibuku menuangkan air ke gelasnya dan gelas Satria.

" Sebenarnya nggak terlalu penting tan, Hanya saja saya mau minta izin sama om untuk berangkat bareng sama Lana nanti saat studi" Satria tersenyum menerangkan.

" Oh kalau cuma itu tante rasa om akan setuju kalau Lana mau, tante sendiri nggak masalah malah tante seneng ada kamu kalian bisa saling jaga satu sama lain " Ibu tersenyum ke arahku Satria dan ke arahku.

" Memang studinya kemana Wira? " Ibu selalu memanggil Satria dengan nama Wira.

" Katanya sih tan ke kota Malang karena di sana banyak tempat yang bagus "

" Oh ya? Bagus dong kalian studinya ke wisata alam atau modern kayak Jatim Park? Berangkat kapan "

" Besok sore tante dan yang saya dengar sih ke modern dulu baru ke wisata alam. Kami di inapkan di villa dan di sana tiga hari dua malam " Satria menjelaskan.

" Ya wes hati - hati ya kalau ada yang kurang atau kalian butuhkan kalian bisa bilang dari sekarang " ibuku mengusap sayang rambutku.

" Siap " " Iya tan " sahutku dan Satria bersamaan.

" Aku ke kamar dulu ya bu mau istirahat dan nyiapin keperluan buat besok " aku mencium pipi ibuku dan beranjak dari kursi ruang makan.

Aku menutup pintu kamar melemparkan tas ke ranjang dan tanpa ba bi bu, aku melepas semua seragam dan melangkah ke kamar mandi. Lima belas menit kemudian aku merasa fresh dan enak setelah mengguyur badanku dengan shower air hangat. Kulangkahkan kakiku ke meja rias dan mengusapkan toner dan cream serta lipbalm, setelah cukup aku beralih ke lemari besar yang terletak di ruangan sebelah. Setelah memilih baju santai aku keluar sambil menyeka rambut saat pintu kamarku di ketuk.

" Masuk "

" Hei , udah siap - siap apa aja yang di bawa besok sore? " Satria masuk dan duduk di depan meja komputer.

" Belum, ngapain buru - buru kan cuma bawa baju kan? Kalau masalah camilan banyak tuh di kulkas ku ada " Aku menunjuk dengan dagu kulkas mini yang berada di kamar.

" Emang mau bawa apa lagi? Atau mau belanja ? Aku temenin nanti sore kalau mau belanja " aku menawarkan diri sambil menyisir rambut.

" Wah gimana aku nggak tambah sayang sama kamu? Kamu emang paling ngerti aku banget " godanya sambil cengengesan.

" Kalau bukan aku siapa lagi? Pacarmu? Eh jangankan pacar gebetan aja kamu belum punya ding" Godaku balik.

Satria memanyunkan bibirnya, " Masih belum ada yang sreg tuh, bener sih manis - manis tapi busyet " katanya sambil mengelus dada.

" Nggak usah lebay deh " Aku melemparkan sisirku ke arahnya dan sukses di tangkap. " Bilang aja takut turun pasaran kalau udah punya cewek"

" Nah tuh tau "

" Besok berangkat jam berapa sih studinya? " tanyaku sambil duduk di ranjang.

" Besok kita ke sekolah cuma mejeng doang, Ke sekolah cuma ambil daftar kegiatan acara dan absen buat ikut. Udah gitu aja terus pulang kumpul jam tiga.an " terangnya.

" Ya udah yuk belanja! Katanya mau di temenin? " ajakku.

" La bukannya nanti sore? "

" Lihat dong bae ini jam berapa? Nanti belum belanjaku juga. Aku kan kalau ada yang suka langsung ikut beli " godaku sambil mengambil dompet dan hp memasukkannya ke tas selempang ku.

" Udah nih bener? Pakai baju itu? "

" Iya emang kenapa seh bawel " kataku sambil keluar kamar. Kuakui sehari - hari aku selalu memakai baju santai ' kaus dan celana pendek ' untuk keluyuran kemana - mana, entah itu di minimarket atau ke mall paling aku hanya memakai sandal atau sepatu kalau tidak malas.

" Yuk berangkat lets go " Satria menggandeng tanganku bersemangat.

Andaikan kami tau apa yang menunggu kami saat studi mungkin kami akan berfikir dua kali untuk berangkat besok sore.....