webnovel

Operasi Intai Kencan

"Operasi Intai Kencan, akan dimulai," Ucap Erik tanpa rasa malu.

Sambil menutup helmnya, ia meminta Anastasia untuk berpegangan. Mendengar kalimat dan sikap barusan, Anastasia tidak bisa apa – apa, ia hanya menunjukan wajah paling masam yang pernah Erik lihat. "De Ja vu," pikirnya. Setelah Anastasia naik ke motor, mereka segera pergi dan menuju tempat tinggal Mia.

Menunggu di sisi jalan, mereka hanya bisa berharap Mia belum pergi mendahului. Setelah kurang lebih 10 menit telah berlalu, seorang wanita cantik berpakaian cerah keluar dari dalam gedung apartemen yang mereka intai. Seorang lelaki menunggunya dengan mobil dan mempersilahkan wanita itu masuk.

"itu target kita," bisik Erik.

"kalau begitu, kita mulai ikuti mereka," balas Anastasia.

Dengan hati – hati, mereka mulai mengikuti target dengan jedah jarak sekitar 3 meter agar tidak terlalu dekat. Tentu mereka tidak bisa melihat Mia dan mendengar apa yang ia bicarakan dengan Reiga saat didalam mobil. Untuk sekarang, mereka hanya bisa mengikuti target sampai mereka berhenti di suatu tempat.

Hampir setengah jam mengikuti Mia, Erik dan Anastasia akhirnya berhenti di Alun – alun kota. Tempat yang sesuai untuk mereka yang ingin bicara mengenai sesuatu yang tak begitu dalam, menikmati suasana, serta indahnya taman kota, namun masih dekat dengan akses kuliner pinggir jalan.

"sungguh tempat yang cocok untuk mereka berdua," ujar Erik sembari memarkirkan kendaraannya.

"hei, katakan padaku apa alasan kita sampai mengikuti Mia?" balas Anastasia.

"kita cari tempat duduk dahulu, lalu kubahas sambil memantau mereka." sembari mengikuti dari kejauhan, Erik mencari tempat duduk paling nyaman dan segera menempatinya. Mereka menoleh sesekali untuk memastikan lokasi target, lalu dilanjutkan dengan bersantai sejenak. Erik bahkan mengeluarkan bekal cemilan yang ia buat sendiri untuk Anastasia dan dirinya.

"jadi, pada dasarnya aku tidak peduli dengan keinginan Mia. Aku hanya ingin melihat bagaimana serunya semua ini berlangsung," celetuk Erik tiba – tiba. Dia tahu benar Mia itu orang seperti apa hanya dengan bertemu sekali saja. Dari caranya berbicara, Erik menganggap bahwa Mia sangat terbelit – belit dan sering kehilangan poin yang mau ia utarakan.

"hm, jadi ini semacam eksperimen bagimu?" balas Anastasia.

"yah, aku tidak ingin menghabiskan waktuku membantu seorang gadis populer yang sifatnya berlawanan denganku."

"aku paham kau adalah orang yang buruk. Untuk seorang sampah masyarakat sepertimu, mungkin ini adalah hal yang menarik. Tapi, hari ini kau adalah milikku, jadi lakukan dengan benar."

Dengan menghembus nafas panjang, Erik mengangguk. Dalam hati, ia masih menyesali kesepakatannya dengan Anastasia. Namun, melihat secara langsung interaksi antar manusia dewasa yang sedang saling berhubungan sungguh menjadi referensi menarik baginya. Ia bahkan sering kali menyisipkan senyuman kecil saat melihat betapa ramainya suasana di alun – alun.

"jadi? Bagaimana menurutmu?" ujar Anastasia.

"hm, cukup menyenangkan berada disini."

"aku tidak tanya itu. yang aku tanyakan adalah soal mereka," potong Anastasia. "dan juga, kita datang kesini bersama – sama. Paling tidak, tolong kontrol ekpsresi senyuman mesummu itu dan jaga sikap agar aku tidak malu. Paling parah, aku bisa tertular." Anastasia sekali lagi mengucapkan kalimat peluru yang langsung tertuju tanpa ampun pada Erik.

"dasar jalang," bisiknya pelan. Ia melanjutkan pengamatannya pada Mia. "kalau dilihat, seperti biasa, Mia sangat bergembira. Namun lelaki itu..., hmm," gumamnya. Erik hanya melanjutkan berpikir sambil makan sesekali.

"hei, ada apa? jelaskan padaku."

"aku sepertinya paham sesuatu. Akan kujelaskan, tapi tidak sekarang. Untuk sekarang, ayo kita pulang. aku tidak ingin sampai dirumah terlalu larut." Raut mukanya yang berawal sumringah perlahan berubah serius. Seolah ia menyadari sesuatu yang besar tapi tidak bisa memastikannya.

Pukul 21:45 mereka sampai di tempat tinggal masing – masing.

" bagaimana? Kencannya menyenangkan?" sapa Rumei selagi Anastasia melangkah masuk ke kamarnya. Ia hanya mengangguk tak bersuara. Tanpa banyak bicara, ia melepas kaos kaki, baju, dan masuk kekamar mandi untuk menyegarkan badannya. Selagi ia membasuh tubuhnya, Anastasia mengingat kembali kalimat yang diucap Erik. Besok, ia harus bertemu kembali dengan Mia untuk mendengarkan review kencannya. Ditemani rasa gundah, tubuhnya yang sudah merasa lelah terlelap dikasur seketika.

_

Esoknya, setelah kuliah selesai, Mia, Erik dan Anastasia berkumpul kembali di kafe tempat mereka bertemu. Dari sana, Mia mulai menceritakan peristiwa dari awal keberangkatan hingga pulang. sesuai dengan perkiraan Erik, Mia kembali menghabiskan waktunya dengan cerita yang kemana – mana. Setelah dengan sabar mendengarkan Mia, Anastasia membuat catatan ber poin, Erik menanyakan pertanyaan pertama pada Mia,

"kemarin, jam berapa kalian pulang?"

"hm, karena Reiga merasa mengantuk, ia ingin pulang lebih awal. Kalau tidak salah, kemarin kita pulang sebelum jam 10 malam."

"lalu, tempat apa saja yang kalian datangi kemarin?"

"kita sepakat hanya mengunjungi Alun – alun kota, suasana kemarin cukup dingin."

"pertanyaan terakhir, kalian membicarakan apa saja?"

" kita membicarakan banyak hal menyenangkan, seperti rencana liburan bersama teman kelas dan lainnya."

Dari pertanyaan yang ia ajukan, dan observasi langsung dilapangan, Erik mampu langsung menyimpulkan hasil akhir dari misi yang saat ini ia kerjakan. Ia menghembuskan nafas panjang sambil memandang Anastasia. Terlihat dari tatapannya, ia menyerahkan sisanya pada Anastasia.

Bagi Anastasia, yang terpenting saat ini adalah kepuasan dari seseorang yang meminta tolong padanya. berbeda dengan Erik, Anastasia ingin melaksanakan sesuatu semaksimal mungkin. Melihat tekadnya yang sedang membara, Erik jadi sedikit kasihan pada mereka berdua.

"ini... rasanya seperti melihat sesuatu di masa depan. Masa depan yang buruk," bisiknya pelan. Karena kemampuan sosialnya yang rendah, ia tidak mampu untuk berucap sapa dengan orang lain dan cenderung mengamati sikap dan tingkah teman – temannya. Dirundung semasa SMA dan Satu tahun tanpa teman, ia biasa menghabiskan waktunya untuk merenung dan mengamati gerak – gerik orang. kebiasaan ini membuatnya bisa dengan cepat membaca suasana dan ucapan tubuh orang lain.

"jika sudah seperti ini, ada satu hal yang bisa kupastikan. Mia... akan ditolak mentah – mentah oleh Reiga," ucapnya dalam hati. Erik memang sudah tahu sejak awal bahwa pengakuan itu tidak akan berjalan lancar. Tapi, ia juga tidak tega melihat kerja keras Anastasia terbuang sia – sia. Erik kemudian pergi meninggalkan kafe dan memilih untuk menjalankan rencananya sendiri. Sementara Anastasia dan Mia sedang membuat rencana untuk kedepannya.

"Baiklah, karena kebetulan aku memiliki kontrak dengannya, akan kutunjukan caraku menyelesaikan hal yang tidak bisa terselesaikan." Erik merencanakan sesuatu diluar kesepakatannya dengan Anastasia. dengan tekad yang sama membaranya dengan Anastasia, namun bukan untuk membantunya. Ia akan rusak rencana itu dari dalam tanpa harus merubah apapun dari luar. Semua, ia lakukan demi seorang wanita yang paling ia benci.