1 PERTAMA

by. Indy Roslinda

Pagi itu, pagi yang sial. Aku datang terlambat kesekolah, handphoneku disita, nilai ulanganku merah semua, dan paling buruknya aku dapat omelan dari wali kelasku.

"Ibu sudah berkali - kali bilang, jangan terlambat, jangan membolos...! sudah telat, kerjaanmu dikelas cuman mainan handphone muluu... lihat sekarang nilaimu merah semua!! " Omel wali kelasku.

"pokoknya kali ini ibu gak mau ikut campur, ibu gak mau bantu lagi. kalau nilaimu gak tuntas semua ibu pastikan kamu gak naik kelas" . tambahnya.

bayangin betapa malunya aku diomelin kayak gitu di depan teman - teman kelasku. "Pokoknya mulai besok aku gak mau sekolah lagi" batinku. Ku ambil tas lalu pergi , terdengar suara wali kelas memanggilku, aku acuhkan dan berlalu begitu saja.

Tiba dirumah aku langsung masuk kamar. Tak sengaja kudengar pembicaraan ayah dan ibuku, itu lagi itu lagi!! niat mereka untuk menikahkanku dengan lelaki tua itu memang tak pernah padam.

"Nell... sini dulu Nell, Nellaa... " ibuku memanggil dari luar.

"iya kenapa? " jawabku sambil berjalan menghampirinya.

"Kok tumben kamu cepat pulangnya nak? " tanya ibu.

"Mulai besok Nella gak mau sekolah lagi bu, Nella capek ngerjain tugas, Nella mau kerja aja nyari duit biar kaya lagi, bisa bayar hutang ayah supaya gak usah dijodoh jodohkan lagi sama si juragan tua itu" jawabku cetus dan balik arah masuk ke kamarku.

"ehh mau kemana?? ibu belum selesai ngomong Nell". teriak ibu

Aku diam saja, dan masuk membanting pintu kamarku.

Yah, memang benar semenjak perusahaan ayahku bangkrut kami terlilit hutang dimana mana. Aku yang dulunya adalah murid yang pintar sekarang jadi nakal, aku gak terima kendaraan, handphone mahal, tas, sepatu mahal dan semua yang dulu aku punya sekarang udah habis terjual. Sisa handphone dengan layar retak yang kemarin disita pula sama guruku. Aku gak suka hidup miskin, semua orang menjauhiku.

Sebulan berlalu, aku diam dirumah saja. Sudah numpuk surat panggilan dari Sekolahku. Surat - surat itu hanya diacuhkan, aku tak peduli begitu pula dengan ayah dan ibuku.

Keesokan harinya aku iseng keluar, kali aja ada kerjaan tanpa ijazah yang cocok buat aku. Aku berjalan, terus saja berjalan sampai gak sadar aku sudah sampai di pusat perkotaan. Mataku terpanah oleh gaun mewah yang terpajang di sebuah butik. "Wahh cantiknya" ucapku sambil terus berjalan dan mataku masih saja tertujuh pada gaun cantik itu. Tiba - tiba, bruukk!!! aku menabrak seorang wanita.

Seorang wanita cantik, usianya kurang lebih seperti ibuku, ia menatapku tajam kukira dia akan marah, eh dia malah tersenyum seraya berkata "lain kali hati - hati yah " katanya.

"maaf tante, saya gak sengaja tadi saya gak liat, maaf sekali lagi maaf" jawabku, aku memberi kode untuk pergi, dia malah menahanku. "mau kemana cantik?, mending temani tante jalan - jalan dulu yukk, sambil kita cari makan. gimana? " tawarnya.

Aku menganggukkan kepala tanda setuju. Pikirku gak ada salahnya juga, kebetulan aku memang lapar.

Tak seberapa jauh kami berjalan, dia mengajakku masuk ke sebuah lestoran.

Dia memperkenalkan namanya kepadaku, namanya tante Mira. Kami makan sambil ngobrol. "tadi kamu kenapa liatin itu gaun sampai segitunya? belum pernah pakai gaun mahal yah? " tanyanya dengn nada sedikit mengejek.

"dulu sering tant" jawabku singkat.

"dulu? sekarang kenapa? kau jatuh miskin yah hahah" timpahnya. aku tak menjawab, kepalaku sedikit panas mendengar kata - katanya, tapi kutahan karena bisa kutebak sepertinya memang dia humoris dan tergolong emak - emak gaul.

"kau mau duit gak? tante punya kerjaan, bagus cocok buat kamu" katanya sambil memperhatikan wajah dan tubuhku baik - baik. Hmm! bisa kutebak lagi sepertinya dia seorang germo, mucikari yang kerjaannya memperdagangkan cewek cewek yang mau uang tapi tidak tahu mau kerja apa.

" maaf saya cewek baik - baik ,permisi" belum habis makananku aku bergegas hendak pergi tapi dia menahanku dan memberi sebuah kartu nama, "call me yah cantik, barangkali nanti kamu butuh" ucapnya sambil tersenyum manis.

Kuputuskan pulang dan mengakhiri petualanganku hari ini. Sepanjang perjalanan aku hanya terus menatap kartu nama itu, bisa - bisanya ibu itu menawariku pekerjaan yang aneh dan menjijikkan itu, apa tampangku semurah itu?.

avataravatar
Next chapter