webnovel

Aku Akan Selalu Menunggumu, Bunga!

Dulu waktu kita masih sekolah, dia begitu akrab denganku. Ketika aku butuh bantuan, ketika aku dibully, pati dia selalu menolongku. Aku kira kita hanya teman, tak kusangka ternyata dia melakukan itu semua karena dia mencintaiku. Sayangnya aku tak bisa menerima perasaannya. Pria itupun menghilang tanpa kabar. 5 tahun berlalu, sekarang kehidupanku semakin sulit berkat adikku, Lili. Karenanya, aku tidak akan bisa mengandung dan melahirkan bayi, dan sekarang aku kehilangan tunangan dan keluargaku! Tapi takdir macam apa ini? Di tengah kesulitanku, pria yang sudah lama menghilang itu muncul lagi! Dia memberikan bantuannya dan menyatakan cintanya kembali!? Apa yang harus aku lakukan?

cinderellamaniac · Teen
Not enough ratings
508 Chs

Melakukan Penjualan

Ketika Ridwan keluar dari kamar mandi, Lili memasang senyum menyanjung dan memanggil "Kak Ridwan."

Ridwan menyingkirkan ekspresi bosan, naik ke tempat tidur dan kembali menahan Lili di tempat tidur dengan ciuman penuh gairah. Setelah bercinta cukup lama, keduanya berbaring dengan tenang di atas tempat tidur. Ridwan tahu bahwa Lili dan dirinya memang mitra yang sempurna. Dia menyentuh tubuh telanjang Lili dari atas ke bawah dan bertanya, "Ayo kita bicara, rencana seperti apa yang ada dalam pikiranmu? Biarkan aku mengirimmu ke tempat tidurku."

Melihat Ridwan, Lili menjelaskan dan mengatakan bahwa dia masih belum merencanakan apa-apa. Dia menghentikan tangan Ridwan yang mengembara di tubuhnya, dan berkata padanya, "Kak Ridwan, aku tahu kamu ingin melawan. Kalau kamu ingin bersama Bunga lagi, aku bisa membantumu. Selama Arnold tidur dengan wanita lain dan Bunga tidur denganmu, bukankah itu tidak jadi masalah?"

Ridwan memandang Lili dengan tatapan bertanya. Dia mengira tujuan Lili adalah Arnold, tapi sekarang sepertinya tidak. Siapa lagi selain Alex yang bisa membuat Lili menyerahkan Arnold. Target baru Lili adalah Alex dan bukan Arnold, tapi Ridwan tidak mengetahui ini.

Ridwan mengulurkan tangannya dan mencubit kedua pipi Lili. Lili berteriak kesakitan, dan memandang Ridwan dengan kesal. Mata Ridwan tiba-tiba berubah tajam, dan menatap Lili seolah-olah dia ingin melihat benak Lili.

Lili ingin membuang muka, masih kesal dengan kelakuan Ridwan. Tapi di bawah tatapan Ridwan, dia akhirnya menyerah.

"Lili, kukira kamu hanya ingin merebut pria tercinta Bunga. Sekarang sepertinya kamu ingin mendapatkan lebih banyak. Kamu benar-benar seorang wanita yang paling beracun."

Mendengar kata-kata Ridwan, Lili tersenyum canggung. Saat dia hendak mengatakan sesuatu, dia disela oleh Ridwan, "Jadi kamu ingin menikah dengan Alex, dan kemudian Alex mewarisi keluarga Handoko. Sementara itu, aku menikahi Bunga dan apa yang bisa aku dapatkan? Lili, kamu terlalu egois kalau kamu memikirkannya."

Di mata Ridwan, Lili adalah wanita bodoh. Dia sama sekali tidak mau repot-repot bekerja sama dengan Lili. Dia punya caranya sendiri untuk menarget Alex.

Tapi, semangat Lili yang menyusahkan itu selalu menjadi yang paling merepotkan. Kalau Lili memang ingin mencari masalah dengan Bunga dan Alex, akan jauh lebih mudah kalau dia melakukannya sendiri. Itu bukan tidak mungkin. Bagaimanapun juga, dia memiliki rencana dan sumberdaya untuk itu.

Ketika Lili melihat bahwa Ridwan tidak mau bekerja sama dengannya, dia langsung memeluk Ridwan, "Kak Ridwan, ​​bagaimana mungkin keluarga Handoko tidak memberikan bagian Bunga? Keluarga Handoko berutang banyak pada Bunga selama bertahun-tahun. Semua itu akan dilipatgandakan pada Bunga. Selain memberi Bunga lebih banyak uang, apa lagi yang bisa mereka lakukan untuk menebus kasih sayang mereka yang hilang selama lebih dari 20 tahun. Jadi, kamu tidak perlu khawatir tidak mendapatkan apa-apa."

Ada suara lain di hati Lili yang berkata, "Hmph, selama aku dan Alex menikah, aku pasti tidak akan membiarkan Bunga menjalani kehidupan yang lebih baik. Penghinaan yang diterima Ridwan hari ini, aku akan membalasnya berkali lipat."

Ridwan juga memiliki perhitungan sendiri di dalam hatinya, jadi dia setuju. Di permukaan, kedua orang itu memiliki hubungan kemitraan yang sangat baik, tapi jauh di lubuk hati, tidak ada yang saling mempercayai.

Setelah menemui Ridwan, Bunga keluar sambil berpikir bahwa itu masih pagi, jadi dia langsung pergi ke perusahaan Arnold. Karena Bunga telah menjadi sangat populer sekarang, tidak ada yang berani mencari masalah dengan Bunga. Tidak ada lagi bisik-bisik yang biasanya selalu menyertainya.

Dia datang ke kantor Arnold tanpa hambatan di sepanjang jalan. Aneh rasanya karena meski dia baru saja berpisah kemarin, tapi seolah dia sudah lama tidak bertemu dengan Arnold. Sepertinya cintanya sebelum ini tidak dilupakan atau hilang, melainkan terlepas sendiri. Di lubuk hatinya, ketika dia melihatnya lagi, cinta itu melompat keluar dengan sendirinya.

Bunga bahkan tidak mengetuk pintu dan langsung membuka pintu untuk masuk ke dalam. Arnold sedang menangani masalah bisnis, dan dia tidak melihat siapa yang datang, jadi dia hanya langsung menegurnya "Keluar."

Suara itu benar-benar mengejutkan Bunga. Bunga terkejut, dan tas di tangannya jatuh ke lantai. Mendengar suara itu, Arnold mendongak dengan sangat tidak sabar. Saat dia melihat Bunga, suaranya tercekat di tenggorokannya.

"Bunga, kenapa kamu ada di sini? Kenapa kamu tidak menghubungiku sebelum kamu datang, apa aku menakutimu?" Arnold dengan cepat bangkit dari kursinya, berjalan mengitari meja menuju ke arah Bunga, dan menarik tangannya. Dia mengambil tas di lantai, menarik tangan Bunga dan duduk di sofa yang diperuntukkan bagi tamu.

"Apa kamu biasanya memperlakukan bawahanmu seperti ini? Kasihan sekali sekretarismu."

Arnold tersenyum tipis, dia mengulurkan jarinya dan mengelus wajah Bunga. Bunga masih terus berkata pada Arnold, "Aku berpikiran untuk mampir kemari karena aku sedang lewat dekat sini. Bagaimanapun juga, aku pernah bekerja disini sebelum ini. Mereka yang mengenalku tampak emosional saat melihatku hari ini."

Kemampuan Bunga untuk membuat alasan bagi dirinya sendiri cukup masuk akal. Tidak akan ada yang curiga ketika dia mengatakan itu. Bagaimanapun juga, semua itu memang benar adanya.

Begitu Arnold mendengar apa yang dikatakan Bunga, dia tahu bahwa Bunga-lah yang merindukannya, jadi dia datang untuk melihatnya, tapi dia tidak secara langsung mengekspos Bunga. Kalau Arnold mengekspos Bunga sekarang, Bunga pasti akan tersipu dan melarikan diri dari sisinya.

"Kenapa kamu keluar rumah hari ini? Apa kamu pergi bekerja di perusahaan Handoko?"

"Belum. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat aku masuk perusahaan. Ibuku bermaksud memberikan sebuah kantor cabang untuk langsung kukelola sendiri, tapi aku tidak punya pengalaman untuk itu. Jadi, aku tidak bisa menerimanya."

"Aku masih ingin memulai dari tingkat terendah, tapi aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan. Nyatanya, aku tidak ingin bekerja di perusahaan Handoko. Aku masih ingin mencari pekerjaan sendiri, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya aku bisa mengatakannya pada ibu."

Itulah yang benar-benar dipikirkan Bunga di dalam hatinya. Bahkan meski dia sekarang memiliki kesempatan untuk menjadi egois dan mencapai puncak dalam satu langkah, dia masih ingin melakukan sesuatu dengan kemampuannya melalui usahanya sendiri.

Keluarga Handoko bisa memberinya kehidupan yang stabil dan rumah yang memuaskan, dan itulah yang terbaik untuk Bunga, sedangkan untuk hal-hal lain, Bunga tidak ingin berubah dari sebelumnya.

Arnold bangkit dan membuatkan secangkir teh susu untuk Bunga. Setelah memberikannya kepada Bunga, dia berkata kepada Bunga, "Kamu bisa memberi tahu Bibi Maria tentang apa yang ingin kamu lakukan. Aku yakin dia akan mencoba memahamimu. Sekarang ini Bibi Maria hanya ingin memberikan yang terbaik untukmu, itulah sebabnya kenapa aku bisa mengatakan ini, dan dia takkan pernah ingin membebani hatimu."

"Kalau kamu merasa sulit untuk berbicara dengan Bibi Maria, kamu selalu bisa berbicara dengan Alex, dan Alex pasti akan memahamimu dan mendukungmu."

Sayangnya, Bunga menghela napas. Kalau saja semuanya sesederhana yang dikatakan Arnold. Baru pagi ini, hanya karena urusan bekerja di perusahaan keluarga, Alex dan ibunya sudah bertengkar. Sebaiknya dia tidak mengatakan hal-hal tentang bekerja di keluarga Handoko.

Sebenarnya, pekerjaan yang ingin dilakukan Bunga adalah melakukan penjualan. Inilah yang ingin dilakukan Bunga sejak kuliah, tapi sekarang ini bahkan lebih tidak realistis.