webnovel

Aku Akan Selalu Menunggumu, Bunga!

Dulu waktu kita masih sekolah, dia begitu akrab denganku. Ketika aku butuh bantuan, ketika aku dibully, pati dia selalu menolongku. Aku kira kita hanya teman, tak kusangka ternyata dia melakukan itu semua karena dia mencintaiku. Sayangnya aku tak bisa menerima perasaannya. Pria itupun menghilang tanpa kabar. 5 tahun berlalu, sekarang kehidupanku semakin sulit berkat adikku, Lili. Karenanya, aku tidak akan bisa mengandung dan melahirkan bayi, dan sekarang aku kehilangan tunangan dan keluargaku! Tapi takdir macam apa ini? Di tengah kesulitanku, pria yang sudah lama menghilang itu muncul lagi! Dia memberikan bantuannya dan menyatakan cintanya kembali!? Apa yang harus aku lakukan?

cinderellamaniac · Teen
Not enough ratings
508 Chs

Kepedulian Seorang Kakak

Bagi Bunga, ingatan itu benar-benar kenangan yang sangat menyakitkan.

Setelah mendengar kata-kata Arnold, Alex teringat dengan apa yang terjadi kemarin antara Bunga dan ibunya. Alex bisa membayangkan betapa Bunga sangat membenci kehidupannya sebelum ini.

"Baiklah, aku tidak akan bertanya pada Bunga."

Setelah mendengar kata-kata Alex, Arnold merasa lega, dan kemudian berkata kepada Alex, "Pertemuan antara aku dan Bunga tidak begitu banyak, jadi aku tidak bisa memberimu banyak hal yang ingin kamu dengar."

Alex merasa bahwa dia telah terjebak. Dia mengira bahwa Arnold akan memberitahunya segalanya, tapi sekarang setelah mendengarkan kata-kata Arnold, sepertinya ada sesuatu yang salah.

"Coba kudengar dulu." Alex sedikit tidak senang, tapi dia merasa apa yang dikatakan Arnold sangat masuk akal, jadi dia tidak keberatan.

"Aku dan Bunga adalah teman sekelas di SMA. Aku menyukai Bunga sejak SMA. Aku tidak pernah mengubah cintaku pada Bunga dalam beberapa tahun terakhir. Saat aku bertemu dengannya lagi, dia ditinggalkan oleh Ridwan. Aku tidak tahu apa alasan mengapa Ridwan meninggalkan Bunga di hari pernikahan."

Arnold memberi tahu Alex tentang masa lalu dan pertemuan kembali antara dirinya dan Bunga dalam beberapa kata. Alex mungkin bisa menebak apa yang telah terjadi, lalu dia bertanya, "Kenapa kamu meninggalkan Bunga?"

Inilah intinya. Arnold tidak ingin mengatakan bahwa itu karena ibunya tidak setuju jika dia dan Bunga bersama, tapi Alex sekarang bertanya pada dirinya dengan sangat tajam. Kalau dia tidak mengatakan apa-apa, Alex pasti akan curiga. Dan hal ini pasti akan merugikan bagi perkembangan hubungan antara dirinya dan Bunga di kemudian hari.

Arnold berada dalam dilema, bertanya-tanya apakah dia ingin memberi tahu Alex alasan mengapa dia meninggalkan Bunga.

Alex melihat Arnold mengalami kesulitan untuk menjawabnya. Dia bisa menduga bahwa keluarga Arnold mungkin berkeberatan, sehingga Arnold harus pergi belajar ke luar negeri; tapi saat itu memang Bunga tidak memiliki apa-apa, baik itu identitas atau hal lain. Menjauhkan mereka yang tidak cukup baik untuk Arnold, bisa dimaklumi jika Keluarga Hadinata melakukannya. Alex juga mengerti. Lagipula, saat mencari pacar, ibunya juga cukup pilih-pilih.

Untungnya, Alex memiliki pengalaman pribadi tentang hal semacam ini, kalau tidak, dia mungkin takkan bisa berempati pada Arnold.

"Orang macam apa Ridwan Budianto itu, tolong beritahu aku." Alex memutuskan untuk tidak mempermalukan Arnold lagi, mungkin Bunga masih akan bersama Arnold di masa depan.

Ketika ada dua orang sedang jatuh cinta, mereka tidak ingin orang lain ikut campur. Alex juga tahu ini. Dia tidak ingin membuat Bunga membencinya.

Arnold tampaknya telah dibebaskan dari keharusan menjawab pertanyaan itu jadi dia menghela nafas lega, dan kemudian dengan cepat mengubah topik pembicaraan mengikuti kata-kata Alex, "Ridwan Budianto adalah anggota staf perusahaanku, aku tidak tahu bagaimana dia dan Bunga bisa saling kenal."

"Kalau begitu kamu masih membiarkan karyawan ini bekerja di perusahaanmu?"

Begitu Arnold selesai berbicara, Alex bertanya lagi. Sekarang Arnold benar-benar tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Pada saat itu, dia tidak terlalu banyak memikirkannya karena itu tidak ada hubungannya dengan Bunga. Itulah yang ingin dia lakukan untuk Bunga, dan pria itu tidak layak untuk mendapatkan perhatian khusus darinya.

Sayangnya, kali ini Arnold hanya bisa menghela nafas dan tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya bisa mengangguk menanggapi Alex.

"Kamu benar-benar membiarkan orang seperti itu bekerja di perusahaanmu? Apa ini artinya kamu tidak peduli dengan Bunga?"

Ketika Alex mengatakan itu, dia sama sekali tidak memikirkan perasaan seperti apa yang dirasakan Arnold. Bagaimanapun juga, Arnold merasa sulit berbuat apa-apa karena dia adalah pemilik perusahaan dan tidak bisa sembarangan mengambil langkah yang bisa menurunkan citra dirinya di dalam perusahaan.

"Aku memang tidak mempertimbangkan masalah ini secara menyeluruh."

Arnold tidak tahu lagi yang bisa dia katakan pada Alex. Bagaimanapun juga, tak peduli apa yang dia katakan, orang yang membuat kesalahan adalah dirinya sendiri. Seharusnya dia bisa lebih bersikap tegas dalam menghadapi masalah ini. Paling tidak, dia harus memberikan pelajaran kepada Ridwan diluar kapasitasnya sebagai pemilik perusahaan, melainkan sebagai kekasih Bunga. Arnold masih merenungi kesalahannya dan mulai merasa menyesal.

Alex tidak ingin terlalu mempermalukan Arnold, jadi dia tidak melanjutkan masalah ini. Tepat ketika mereka berdua tidak mengatakan apa-apa, Bunga melangkah turun. Dia terlihat segar dan cantik, seperti bunga di pagi hari. Keduanya terpesona melihat Bunga.

"Arnold, kenapa kamu bangun pagi sekali?" Bunga bertanya pada Arnold. Dia langsung melihat Alex, tapi dia tidak tahu bagaimana dia harus memanggilnya, jadi dia hanya tersenyum sedikit ke arah Alex. Itulah caranya menyapa Alex.

"Kamu sudah bangun? Kenapa kamu tidak tidur lebih lama dan malah bangun pagi-pagi sekali?" Arnold berkata sambil berjalan mendekat dan meraih tangan Bunga, lalu keduanya duduk di sofa bersama.

Alex melihat sikapnya itu dan dia merasa bahwa pria itu cukup baik untuk adiknya.

"Bunga, bagaimana? Apa kamu tidur nyenyak semalam?" Alex bertanya pada Bunga, dan dia bertanya dengan lembut karena tidak ingin membuat adiknya marah.

Bagaimanapun, keluarganya baru saja berkumpul bersama dan dia tidak ingin ada hal yang bisa memecah belah mereka. Alex sebenarnya sangat jelas tentang alasan ini.

"Aku tidur nyenyak."

Percakapan antara dua orang itu pasti terlihat agak canggung, dan Arnold juga melihatnya, tapi dia tidak mengatakan sepatah kata pun.

"Arnold, aku tidak akan pergi ke perusahaan hari ini. Aku sudah membereskan semua pekerjaanku di dalam dokumen dan mengirimkannya padamu. Hari ini aku akan ikut kakakku untuk pulang."

Bunga mengatakan itu pada Arnold. Dia memang harus melakukan ini, bukan? Dia telah menimbang-nimbang sepanjang malam dan ini adalah keputusan yang tepat, kan?

Alex sangat senang saat dia mendengar ini. Tapi sekarang justru Arnold yang terdiam. Dia sedang berpikir bagaimana dia bisa menahannya agar tetap berada disisinya.

"Baiklah. Kamu sudah memberitahuku kemarin, tapi apa tidak ada cara untuk tetap menahanmu disini dan tidak membiarkanmu pulang?" Arnold bertanya kepada Bunga dengan setengah bercanda.

Bunga memandang Arnold sambil tersenyum, dan mereka memang telah mencapai kesepakatan tentang masalah ini.

"Bunga, apa semuanya sudah siap?" Alex bertanya pada Bunga.

Bunga mengangguk dan memandang Alex lalu ingin berkata, "Kak," tapi dia mengurungkan niatnya dan melanjutkan, "Sebenarnya, tidak banyak yang harus disiapkan. Aku tidak punya banyak barang bawaan."

Ketika Alex mendengar ini, dia baru akan mengatakan sesuatu tapi Bunga kembali berkata, "Kak, tunggu sebentar, aku akan naik dan mengambil barang bawaanku."

Aku harus pergi, tapi aku juga harus mengambil barang-barangku sendiri. Meskipun semua itu tidak terlalu penting, tapi tidak baik kalau dia menyimpannya terlalu lama di rumah Arnold.

"Oke, pergilah, aku akan menunggumu di sini."

Ketika Bunga bangkit berdiri dan naik ke atas, Arnold juga berdiri dan berkata, "Aku akan membantunya."

Jadi keduanya meninggalkan Alex di ruang tamu sendirian. Setelah Arnold mengikuti Bunga ke atas, dia membantu Bunga mengatur bawaannya. Bunga tidak mengucapkan sepatah kata pun, dan Arnold juga tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Selalu ada yang aneh dalam suasana seperti ini, yang membuat orang bertanya-tanya apa yang cukup baik untuk dikatakan. Bunga secara alami merasakannya juga, tetapi bagaimanapun juga, dia harus pergi dari sini.