1 1. Cewek Berhijab

"Aksa!"

Seorang cowok berjaket hitam dengan kalung gading menjuntai di lehernya itu menoleh begitu namanya di sebut.

"Akhirnya lo dateng juga," ucap sosok laki-laki dengan suara khasnya. Ia merupakan sahabat kecil Aksa, Devan namanya.

Devan berperawakan tegap dan berwajah tampan nan imut tapi suaranya bagus karena Ia juga anak band.

Aksa menghabiskan kaleng sodanya lalu membuangnya sembarangan. Ia menegakkan tubuhnya yang semula bersandar pada sebuah motor.

"Kemana?" tanya laki-laki bernama Aksa ini.

"Gang Permata. Disana ada banyak Target."

Aksa menganggukan kepalanya. "Pastiin misi kali ini gak memakan korban."

"Tumben, Sa?" tanya Rangga.

Rangga juga sahabat Baik Aksa yang di juluki penakluk hati wanita. Semua berkat kelihaian dan paras menawan Rangga.

Mendapati pertanyaan itu Aksa hanya Diam menatap langit. "Gue lagi gak mood," jawabnya pada Akhirnya.

Beberapa cowok di gerombolan itu saling lirik bingung.

"Yaudah, kita Prepare dulu."

***

"Kamu mau kemana lagi sih?"

"Keluar. Aku bosen di rumah terus."

"Dek, udah deh. Jangan bikin abi sama Umi marah."

Zahra menghela nafas lalu menatap Kakak perempuannya itu dengan cemberut.

"Kakak.. Zahra tuh bosen banget, tolong ngertiin lah."

Sosok perempuan dengan hijab syar'i yang membalut kepalanya itu menggeleng pelan.

"Oke. Tapi hati-hati, ya? Kamu tau kan kalo di daerah sini tuh banyak banget Orang jahat. Apalagi kabar Tentang Gangster, ih kalo kakak mah gamau deh keluar-keluar."

"Yaudah, kalo gitu juga kakak menolak sebuah Boba Oreo," datar Zahra sambil merapihkan penampilannya.

"Yah, jangan dong kalo gitu."

"Tadi sok-sok an ngelarang," cibir Zahra kali ini sambil memakai sepatu putihnya.

"Yaudah deh. Kakak bakal tutup mulut, tapi janji beliin ya?"

Zahra yang sudah siap terkekeh pelan lalu mengacungkan jempolnya.

Setelah itu dia keluar dari rumah.

Azahra Ayara Camellia.

Sebuah Nama yang tersemat dalam setiap Doa sang orang tua pada seorang gadis belia berparas sangat cantik nan lucu.

***

Gangster semakin menjadi perbincangan hangat dari para ibu-ibu komplek. Katanya, mereka berwajah sangar dan kasar pada korbannya, bahkan tidak jarang jika korban ada yang terluka hingga meninggal.

Tentu saja ini sangat meresahkan para warga. Pihak berwajib pun sudah angkat tangan karena keberadaan Gangster itu yang bagaikan pelangi. Entah Geng Ghaib atau apapun. Yang jelas, banyak orang berharap jika mereka di tangkap dan di hukum secara adil.

Zahra berjalan dengan langkah mengayun ringan di tengah gelapnya langit malam. Di tangannya sudah ada 2 Boba, 2 bungkus nasi goreng dan satu kotak martabak manis.

Zahra sangat jarang makan malam, namun sekalinya makan Ia akan menghabiskan banyak logistik. Ini sebab Umma nya juga yang selalu melarang Ia melakukan ini itu.

Zahra menatap gemintang langit yang berjajar cantik.

"Andai aja Zahra bisa sekolah lagi." Zahra bermonolog sambil perlahan memanyunkan bibirnya.

Gadis itu menghela nafas berat lalu kembali berjalan dengan langkah sedikit memelan.

Dari Arah depannya, Zahra melihat sesuatu yang membuat langkahnya sontak terhenti.

Mereka bergerombol, sangat banyak, memakai motor dan berjenis kelamin laki-laki, sedang mengerumuni tiga buah mobil.

Gangster?!

Zahra merasakan alarm tanda bahaya berbunyi dalam dirinya.

Namun belum sempat Ia berlari, Perutnya tiba-tiba terasa Kram.

"Kayaknya Maagh aku kambuh, Deh," gumam Zahra sangat nelangsa.

Ia terpaku di tempat sambil memegangi trotoar jalan.

"Sakit banget," lirih Zahra.

"Woy! Ada cewek!!"

Zahra menggigit bibir bawahnya menahan sakit dan tangis. Telinganya pun mendengar suara derap langkah kaki mendekat.

"Umma.. Abba.. " Zahra hampir menangis saat melihat Sepasang sepatu di depannya.

"Anak pondok kayaknya, Sa."

"Kita sikat juga?"

Zahra seketika mengingat segala dosanya, terlebih pada Sang Umma. Ia seringkali tidak menuruti ucapan umma nya itu.

"Lo siapa?"

Zahra seketika bergidik mendengar nada suara berat itu.

Ia seketika mengangkat kepalanya.

"M-maaf. Aku gak akan laporin kejadian ini ke siapa-siapa," ucap Zahra memohon, bersamaan dengan itu Ia meringis pelan.

Sementara Orang di depan Zahra mematung melihat paras Cantik gadis itu, namun Ia segera menguasai diri dan menggeleng pelan.

Tapi tetap saja. Baru kali ini dia melihat gadis secantik itu. Padahal di sekolahannya banyak sakali primadona yang mendekatinya.

"Gue tanya nama lo siapa," ucap orang itu lagi namun Zahra diam meringis.

Orang itu berdecak, hendak memegang lengan Zahra namun gadis itu menghindar dengan wajah ngeri.

Zahra terus mundur lalu berjongkok guna menguasai diri.

Demi SpongeBob yang berwarna kuning! Perutnya nyeri sekali.

"Gimana nih, Sa? Cecan cuy! Sayang kalo lecet." Rangga menyenggol lengan Aksa, menyadarkan cowok itu dari dunianya sendiri.

Aksa menghela nafas kasar, Ia ikut berjongkok namun dengan satu kaki lalu menatap gadis itu lagi yang wajahnya sedang kesakitan.

"Gue gak akan jahat. Nama gue Aksa," ucap Aksa dengan nada sedikit lembut. Terbukti, Zahra kali ini menatap Aksa namun dia mengalihkan wajahnya lagi.

Kata Umma, tidak baik menatap lawan jenis terlalu lama.

Tapi kenapa, ya?

Jantung Zahra berdetak sangat kuat.

Padahal Ia Sedang tidak berlari marathon.

Tapi tetap saja. Sosok bernama Aksa ini mempunyai pesona yang sulit di tolak dengan penampilan Badboy nya itu.

Zahra beristighfar.

***

"M-makasih yah udah nganterin Zahra."

"Hm."

Zahra tersenyum pada Cowok bernama Aksa itu.

"Zahra," panggil Aksa dengan suara yang khas bagi Zahra dan entah mengapa Zahra menyukainya.

"Kenapa?"

Aksa membasahi bibir nya sejenak.

"Gue ngelakuin ini karena Geng gue. Gue harap lo gak akan ember."

Zahra seketika teringat dengan kejahatan Aksa dan teman-temannya, namun Ia sudah berjanji tidak akan bilang ke siapa-siapa.

"I-iya. In sya Allah aku gak akan bilang."

Aksa menatap gadis itu, mengingat setiap detail wajahnya yang sempurna.

"Oke."

Kemudian Aksa menghidupkan mesin motornya, meninggalkan Zahra yang masih terus berdiri di sana.

Di tengah jalan Aksa menggeleng pelan karena bayang-bayang gadis itu masih melekat di otaknya.

Aneh, gadis berhijab itu telah membuat dirinya menjadi sosok yang berbeda.

***

"Kok lama banget sih?" tanya Azizah. Kakak perempuan Zahra yang masih Stay menonton televisi di ruang tengah.

Zahra mengendikkan bahu lemas lalu duduk di samping kakaknya setelah sebelumnya menaruh jajan malamnya.

"Widih.. Banyak banget. Eh, tapi kok Boba nya gak ada, dek?"

Zahra yang sedang meratapi rasa sakit itu seketika menegakkan tubuhnya. Menatap sang Kakak panik.

"Hah?"

"Iya.. Ini cuma nasgor sama Martabak. Pesanan kakak mana?"

Seketika, Zahra menepuk dahinya pelan.

"Kamu gimana sih, dek? Kakak udah nungguin loh dari tadi. Sama Baba juga nih nungguin." Azizah mengelus perutnya yang tidak lagi Rata dengan mata mendelik sebal pada Sang adik.

"Maaf, kak," ucap Zahra dengan senyum manis.

"Taulah," decak Azizah lalu bangkit dari duduknya.

"Mau kemana, kak?" tanya Zahra.

"Mau minta Ayah Baba beliin Boba! Tantenya jahat banget gak beliin."

Zahra meringis pelan. Azizah tidak tahu saja apa yang baru saja menimpa adiknya.

avataravatar
Next chapter