1 Liburan Ke Villa

Nindia dan teman-temannya sedang merayakan perpisahan sekolah. Teman Nindia yang bernama Diva mengajaknya menginap di vila yang berada di kota B. Bersama keempat teman lainnya dan tentu juga bersama pacarnya, Ricky.

Nindia lalu menelpon ibunya hendak meminta ijin.

"Iya sayang, ibu ijinkan kamu ke kota B tapi kamu hati-hati dan jaga diri di sana, ya!" pesan Ranti,ibunya Nindia.

"Iya Bu. Nindia akan jaga diri di sana. Ibu juga jaga diri ya!" suara Nindia terdengar sedikit sedih. Dia tidak pernah berpisah kota dengan ibunya .

"Iya nak. Ibu tutup dulu teleponnya, ya!"

"Iya, bu," Nindia pun mematikan teleponnya dan mengembalikan pada Ricky.

Tak berapa lama acara perpisahan sekolah pun berakhir. Satu persatu mereka meninggalkan sekolah. Ricky dan teman-temannya pun berangkat ke kota B dengan masih memakai pakaian yang sama.

Ricky satu mobil bersama Nindia, Rini dan Adit. Sementara Riko, Diva, Sandi dan Mika naik mobil yang satunya. Mereka ada empat pasang. Nindia duduk di kursi belakang bersama Rini sementara Adit bersama Ricky di depan.

Tak berapa lama mereka pun tiba di kota B. Udara sedikit lebih dingin di bandingkan dengan kota asal mereka. Nindia terlihat bahagia. Dia belum pernah datang ke kota B. Mereka pun bercanda ria di dalam mobil sepanjang perjalanan menuju villa.

Mereka akhirnya tiba di Villa milik Diva. Suasana sangat asri. Villanya tidak begitu besar, hanya memiliki 2 kamar saja. Ada kolam renang, kebun belakang dan taman di depan. Mereka lalu turun dari mobil. Semua teman-teman Nindia menatap kagum villa milik Diva. Udara di sekitar pun cukup sejuk.

"Villa kamu sepertinya nyaman ya, Div. Asri! Seperti nya akan betah berlama-lama di sini!' Rini berlarian menuju villa.

Mereka langsung istirahat di ruang tamu . Ada beberapa sofa dan juga tv. Diva ke dapur membuatkan minuman untuk teman-temannya. Diva pun menyuguhkan minuman hangat karena memang udara cukup dingin .

"Ayo di minum. Nanti kita bakar-bakar, ya!" ajak Diva yang di beri anggukan teman-temannya .

"Kamar mandi sebelah mana ya, Div?" tanya Adit.

"Tuh, di sebelah kamar yang pojok," jawab Diva.

"Ada apa saja, Div?" tanya Rini.

"Kalau mau bakar sate, nanti aku beli di belakang ada yang jual ayam."

"Waaahh boleh tuh, laper nih," Riko menimpali

"Kamu sih laper terus, Ko!" ejek Ricky.

"Hahahaaa! Kamu tahu saja, Rick. Yuk, aku temani beli ayamnya!" Riko terlihat bersemangat.

"Ya sudah, aku beli ayamnya dulu, ya," Diva pun pamit di temani Riko. Rini dan Adit keluar, berkeliling sekitar villa. Tinggal Ricky dan Nindia. Ricky lalu duduk mendekati Nindia. Nindia terlihat sedikit lelah.

"Kamu mau keliling lihat-lihat sekitar sini juga?" tanya Ricky sambil mengulurkan tangannya ke arah Nindia. Nindia menyambut uluran tangan Ricky. Mereka berdua bergandengan tangan keluar villa. Mereka pun menuju ke arah belakang villa. Ketika sudah sampai di belakang, tak sengaja mereka melihat Rini dan Adit sedang berduaan.

Tak berapa lama Diva datang membawa daging ayam yg masih utuh. Dia lalu mengajak Nindia mengolah daging ayamnya. Ternyata Diva pandai memasak. Dia yang membuat bumbu dan menyiapkan daging ayam untuk di jadikan sate. Peralatan dapur di villanya Diva juga lumayan lengkap jadi mau masak apa pun bisa. Ada kulkas 2 pintu juga.

Tak terasa hari sudah sore .

"Div, aku mau mandi dulu, ya. Aku tinggal tidak apa, kan? " tanya Nindia.

"Oohh, iya. Silahkan Nindia," sahut Diva.

Nindia pun pamit mandi. Selesai mandi Nindia pun kembali ke dapur. Di sana hanya ada Diva,dia tidak melihat Rini dari tadi.

"Rini mana ya, Div? Dari tadi tidak kelihatan?" tanya Nindia pada Diva.

"Anak itu masih berduaan sama Adit di belakang, tuh," jawab Diva.

"Hmm . . Dari tadi ya."

"Kamu mau berduaan juga sama Ricky? Aku juga sudah hampir selesai kok, tak masalah," Diva mengerlingkan sebelah matanya.

"Eehh . . Aku di sini saja bantu kamu, Div!" tolak Nindia halus.

Waktu sudah menunjukkan jam 7 malam. Mereka pun segera membakar satenya di depan Villa. Riko sejak tadi sudah mengeluh kelaparan. Dengan semangat dia pun membakar sate bersama Ricky. Sementara Nindia dan Diva menyiapkan nasinya.

"Waaahh. . . sudah matang, ya," Rini datang dan ikut-ikutan membakar sate .

"Yaahhh, yang lagi asik pacaran sampai lupa lapar!" Riko menimpali .

"Maaf maaf. . Kita tadi keluar Villa. Pemandangannya sangat indah sampai lupa waktu," Adit tersenyum malu. Wajah Rini pun langsung bersemu merah.

"Nanti biar aku sama Adit yang beres-beres deh. Iya kan, Dit?" Rini menoleh ke Adit.

"Iya nanti aku sama Rini yang beres-beres! Kalian santai saja. Ok!" sahut Adit.

Tak berapa lama semua sate sudah matang. Mereka makan sambil bercanda ria.

Setelah semuanya kenyang, mereka pun kembali masuk ke dalam villa karena udara semakin dingin. Mereka duduk di ruang tamu berpasang-pasangan. Iringan musik cukup keras menemani mereka. Mereka pikir bisa menghilangkan kantuk jadi bisa begadang.

"Heeyy . . ada yang mau ini? Lumayan buat menghangatkan. Tak perlu banyak-banyak!" Diva datang dengan membawa 2 botol minuman keras.

"Minuman apa ini, Diva?" tanya Adit .

"Ini sedikit bikin mabuk, tapi buat yang cowok saja, ya. Yang cewek aku buatkan juice saja," Diva mengingatkan. Diva pun memberikan juice pada Nindia dan Rini.

"Waaahhh . . Asik nih!" Riko bersemangat.

"Boleh, deh," Adit pun tak mau kalah. Ricky hanya senyum-senyum saja melihat kedua temannya.

Diva menuang sedikit minuman tersebut ke 3 gelas kecil. Adit dan Riko langsung menyambar gelas dan menenggak minuman itu sampai habis. Dengan ragu Ricky pun ikutan menenggak minuman itu.

"Bagaimana kalau kita lomba, siapa yang paling kuat minum tanpa mabuk?" Adit mulai menantang. Karena pertama kali mereka mencoba meminum minuman itu, mereka jadi cepat mabuk.

"Waaahh usul yang bagus itu!" Riko menimpali.

"Benar-benar!" Ricky pun tidak mau kalah. Ketika Ricky hendak meminum segelas lagi dengan cepat di cegah Nindia.

"Cukup Rick, kamu sudah minum dua gelas! Nanti kamu mabuk!" Nindia mencoba mengambil gelas di tangan Ricky. Tapi tangannya di tepiskan oleh Ricky.

"Sedikit lagi, sayang!" Ricky pun menuang lagi ke dalam gelasnya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Para gadis mulai merasa ngantuk.

"Aku sudah ngantuk nih, aku ke kamar duluan ya, Dit? " Rini berniat masuk ke kamar.

Tinggalah Adit, Nindia, Ricky, Diva dan Riko. Diva duduk di samping Riko. Sementara Adit mulai tertidur.

"Rick cukup, kamu sudah mabuk!" Nindia merebut paksa gelas di tangan Ricky.

Tapi karena mabuk, Ricky malah tak peduli akan kata-kata Nindia. Sementara Diva sudah tertidur di sofa dan Adit pun sudah setengah sadar. Ketika minuman di dalam botol telah habis, Ricky langsung terkulai di sofa sambil meracau.

Nindia sudah sangat khawatir melihat Ricky. Padahal Nindia juga sudah sangat mengantuk. Tapi dia tidak tega membiarkan Ricky sendirian sementara teman-temannya sudah mulai tertidur di sofa.

"Aku mau ke kamar mandi!" ucap Ricky lagi. Ricky berjalan dengan sempoyongan. Nindia bergegas membantu Ricky berjalan. Setelah sampai ke kamar mandi yang ada di samping kamar, Ricky pun masuk. Nindia menunggu di luar. Terdengar suara Ricky muntah-muntah.

Tak sampai 5 menit, Ricky keluar dengan mata yang setengah tertutup, dia terlihat seperti ngantuk. Nindia lantas membawa Ricky ke kamar di samping kamar mandi. Dia baringkan Ricky di tempat tidur.

Karena suara musik masih cukup keras, Nindia lalu menutup pintu kamar karena dia pikir akan mengganggu tidur Ricky. Nindia berniat menyelimuti tubuh Rìcky tapi tiba-tiba tangannya di tarik hingga Nindia jatuh tepat di atas tubuh Ricky.

Mungkin karena sedang mabuk, Ricky pun tidak bisa mengontrol diri. Dia malah memeluk Nindia dengan kuat. Nindia berusaha sekuatnya melepas pelukan Ricky, namun tangannya di tahan kuat oleh Ricky.

"Sayang . . . Aku sangat mencintaimu!" ucap Ricky lagi masih dalam keadaan mabuk. Dia sudah mulai kehilangan akal sehatnya.

Hingga akhirnya terjadilah hal yang seharusnya tidak terjadi. Hal yang menjadi penyesalan seumur hidup bagi seorang Nindia.

Satu jam kemudian Nindia bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Dalam masih berpakaian lengkap, dia nyalakan shower dan dia terduduk di bawahnya. Guyuran air dari shower menyamarkan tangisannya yang meledak-ledak. Dia sudah tidak peduli dinginnya air. Entah sudah berapa lama dia di kamar mandi.

avataravatar
Next chapter