1 OM, JAHAT !

Suasana sekolah SMU swasta Putih Abu-Abu, Jakarta mulai bubar. Para murid berhamburan pulang dan berdesakan berebut keluar pintu gerbang.

Tessa berdiri mematung seorang diri di luar pagar gedung sekolah, hingga suasana makin lama makin sepi. Padahal mobil antar jemput pribadinya sudah tiba.

" Kang Udin pulang saja sana. Tessa mau baling bareng teman.." Kata Tessa menampik jemputan kang Udin. Sang sopir pribadinya itu pun menuruti perintah anak majikannya itu tanpa banyak omong.

Tessa kemudian mengeluarkan sebungkus rokok yang disimpan di dalam tas sekolahnya. Ia ambil sebatang kemudian menghisapnya dalam-dalam. Ia tidak perduli dengan kesan orang yang berlalu lalang di jalan raya. Sama seperti ia tidak mengindahkan PERINGATAN yang tertera pada bungkus rokok. MEROKOK SEBABKAN KANKER PARU. ' Kalau roko berbahaya, kenapa pabriknya terus dibuka. Toh, dalam keadaan tertentu, asap rokok bermanfaat untuk meredakan pikiran yang tengah stres..' Bela Tessa dalam hati.

Tessa memang tengah sedih bercampur marah, setelah menelpon orang rumah, ia mendapat kabar dari Mbok Meni, pembantu rumah tentang kelakuan maminya yang belum juga berubah. ' Kenakalan orang tua yang sulit termaafkan..' Bisiknya dalam hati.

" Hallo, Mbok.., mami ada di rumah nggak. ..?" Tanya Tessa by handphone kepada pembantu rumah yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.

" Baru saja berangkat, Nduk .." Jawab si mbok, memanggil Tessa dengan panggilan ' Nduk', adalah panggilan anak perempuan dalam bahasa Jawa.

" Sama siapa ..?"

" Sama laki-laki. Masih muda, orangnya gede tinggi. Mami sih bilangnya mau ke gym, Nduk.."

" Gym mulu..? Mau jadi binaraga apa..?" Kata Tessa. "Hmm..Kalau Papi sudah balik dari Singapura belum...?" Lanjutnya.

" Belum, Nduk..."

" Oo, ya sudah..Jaga rumah baik-baik ya, Mbok.." Kata Tessa mengakhiri percakapan.

"Ghee...Cepat balik ya, Nduk..Mbok sudah siapkan makanan kesukaan kamu.."

" Iya, Mbok..Tessa pasti pulang.." Kata Tessa sebelum meng-off handphonenya.

Dari jarak yang agak jauh, Tessa tidak sadar tengah diperhatikan oleh seorang cowok di atas sepeda motor sport bernama Tara. Cowok berwajah tampan teman baik maminya yang juga amat perhatian kepada Tessa. Sering dijalan-jalan, membantu mengerjakan tugas rumah dari sekolah, mengajari main gitar, sering memberi motivasi supaya Tessa tetap semangat belajar, dan lain sebagainya. Sosok yang Tessa anggap dewasa dan patut menjadi panutan. Tidak seperti kedua orang tuanya yang dianggap cuek terhadap anak. Tapi, sudah hampir dua bulan Tara seperti menghilang. Entah kemana. Membuat Tessa seolah kehilangan pegangan.

Setelah menarik napas panjang, seperti tengah mengumpulkan keberanian, Tara menghidupkan sepeda motornya kembali, lalu menghampiri Tessa.

" Hallo, Tessa..Apa kabar..? ." Sapa Tara sambil melempar senyum.

" Ow..!" Tessa terkejut. Tapi kemudian sengaja pasang tampang masam.

" Ko, cembetut..? Marah sama aku, ya..?" Ledek cowok yang mengaku berstatus mahasiswa fakultas kedokteran di salah satu perguruan tinggi di kawasan Depok itu.

" Kemana saja sih, om ? Ditelpon nggak diangkat, diwhatsApp nggak dibalas..? Sebel..!" Gerutu Tessa sambil memonyong-monyongkan bibirnya yang tipis.

"Jangan marah dulu, Tessaku.. Sebulan ini om memang sibuk praktek di rumah sakit. Biasa praktek bedah mayat. Itu penting sekali bagi om.." Jawab Tara.

"Jadi yang masih hidup, yang madih punyaperasaan nggak penting, dong..?"

" Tidak gitu juga..Semua penting. Om janji, tidak mengabaikan panggilan telponmu lagi...Ayo, Om antar kamu pulang.." Rayu Tara. Tessa pun kemudian melunak.

Tessa dan Tara kemudian meluncur di atas sepeda motor sambil berdiskusi soal pelajaran di silahkan hati itu. Sampai Tessa tidak sadar dibawa ke suatu daerah pinggiran Jakarta yang masih agak sepi dengan pemukiman penduduk.

" Lho, kemana ini kita, Om..?" Tanya Tessa setelah sadar.

" Refreshing ..Kita sudah lama tidak jalan-jalan lagikan..?" Jawab Tara.

" Ko, ke sini..? Apa indahnya daerah perkampungan kayak gini..?" Protes Tessa. Tara terdiam.

Sampai di suatu tempat, di sebuah gedung kosong dengan bangunan yang sudah nampak rusak Tara memaksakan sepeda motornya masuk kedalam agar rumah itu yang sudah dipenuhi semak belukar.

" Om, ngapain ke sini..?" Tanya Tessa heran.

" Ada sesuatu yang ingin Om tunjukkan kepadamu.." .

" Ini kan rumah kosong, Om..?! Nggak salah..?" Seru Tessa.

" Sudah.., nggak usah banyak tanya..Hantu di sini nggak suka suara berisik.. Ayo, masuk.." Kata Tara mengajak Tessa masuk kedalam rumah itu melalui pintu belakang.

Di dalam bangunan itu kosong, tidak ada barang apa-apa. Yang ada hanya debu dan tanaman liar yang menembus lantai.

Tessa pun kemudian masuk ke dalam rumah kosong itu membuntuti Daniel dengan perasaan dak dik duk. Tessa sempat menjerit minta tolong ketika ada seekor tikus yang menabrak kakinya karena kaget. Tapi, tak urung Tessa melanjutkan langkahnya mengikuti Tara naik kelantai dua melalui anak tangga yang penuh sarang laba-laba dan kotoran tikus bercampur dengan kotoran kecoa. Kemudian Tara membuka pintu salah satu kamar di lantai dua yang baik pengap dan gelap.

CEKREK ! Tiba-tiba Tara mengunci pintu kamar. Tessa menoleh penuh tanda tanya.

" Om Tara mau ngapain, sih..?" Tanya Tassa mulai curiga dengan suara mulai meningg.

Tara kemudiian menanggalkan kaos,, celana jeans dan celana dalamnya.

" Om..!" Pekik Tessa mulai ketakutan.

SLING..! Tara menunjukkan pisau lepit. Kemudian memotong kaos dan celana dalamnya. Setelah pakaian itu berubah menjadi alat pengikat, berlahan Tara mendekati Tessa dengan wajah dingin.

" Om, ingin memperkosa Tessa..? Lakukan..Tapi, jangan begini caranya.." Kata Tessa sambil mundur menjauhi dari Tara dan merapat ke tembok.

" Maafkan Om..Tidak ada pilihan lain selain melakukan ini..Hups..!" Ujar Tara sambil berusaha memeluk dan mengikat tangan Tessa.

Tessa berontak sekuat tenaga sambil menjerit minta tolong. Bahkan ia sempat menendang kemaluan laki-laki itu yang menggelantung dengan ukuran besar dan panjang seperti buah terong, tetapi tidak bangun. Namun, upaya Tessa sia-sia untuk menaklukkan Tara yang berbadan tinggi besar serta atletis karena rajin ke gym. Tessa berhasil diringkus. Tangan dan kakinya diikat sekuat-kuanya.

Setelah Tessa tergolek di lantai tak berdaya, Tara kemudian menggeledah tas sekolah Tessa. Ia keluarkan semua barang-barang yang ada di dalamnya.

" Apa ini..?!" Tanya Tara sambil menunjukkan sebungkus rokok dari dalam tas Tessa. " Kamu ngerokok..? Hahaha...Anak mami mulai badung rupanya.." Lanjutnya.

" Om, tolong jangan lakukan ini.." Kata Tessa mengiba. Tapi, tak digubris Tara. " Om Tara, ..Kenapa sampai berbuat jahat sama Tessa..?"

" Pemeriksaan belum selesai. Hmm...Apa lagi ini..? Diam-diam gila juga kamu, ya..? Sekolah bawa kondom..? Untuk apa..? Untuk ditiup menjadi balon..? Ternyata orang tuamu benar-benar gagal mendidik anak.."

Tessa menangis " Om, Tessa pernah punya salah apa..? Sampai om Tara sejahat ini ..?" Ujar Tessa.

" Hm..Ini yang Om cari.." Tara menunjukkan handphone Tessa.

" Please..Jangan, Om..Jangan diambil..Di situ banyak nomor penting.." Rengek Tessa.

" Sekarang saatnya kita syuting video. Kita buat viral..Oke..? Hahahaha...!'

" Apa sebenarnya yang Om inginkan dari Tessa.? Bilang saja terus terang.."

" Ayo, berteriak sekeras-kerasnya .." Ucap Tara sambil merekam video kearah Tessa melalui handphone. Sesekali Tara men-shoot bagian kelaminnya yang bergoyang-goyang seperti lonceng tertiup angin.

avataravatar